Galakkan Sedekah Sampah di Banyak Rumah Ibadah

Reading time: 3 menit
Foto bersama tokoh lintas agama usai seminar GRADASI dan Ramadan Minim Sampah. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Jakarta (Greeners) – Gerakan sedekah sampah (GRADASI) perlu terlaksana di banyak rumah ibadah di Indonesia. Pendekatan keagamaan bisa sangat membantu penanganan sampah di Indonesia.

Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong agar program GRADASI tak hanya sampai pada pengumpulan sampah plastik di tempat peribadatan. Namun, dikelola lebih lanjut untuk didaur ulang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah Bahan Berbahaya, dan Beracun (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, jumlah timbulan sampah di Indonesia selama tahun 2022 sekitar 68,7 juta ton. Namun, hanya sekitar 18 persen sampah plastik berhasil terdaur ulang.

Sebab, hingga saat ini Indonesia masih bergantung pada impor plastik dari negara lain. “Selama ini kita masih impor plastik sebesar 30 persen. Karena sampah kita saat tak terpilah dan tidak bersih,” katanya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (11/4).

Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Peluang Sedekah Sampah untuk Daur Ulang

Vivien menyebut, GRADASI ini dapat menjadi peluang untuk mengumpulkan, mengelola dan memanfaatkan sampah untuk kemudian didaur ulang. Melalui gerakan sedekah sampah ini, pemerintah bisa bersama-sama dengan masyarakat dan pemuka agama untuk menjaring sampah melalui tempat peribadatan.

“Saya minta lebih digalakkan rumah ibadahnya untuk menjadi tempat pengumpulan sampah. Nanti kita akan bantu untuk pengelolaannya, termasuk kita hubungkan dengan off taker untuk membantu mereka,” ujar Vivien.

Ia menambahkan bahwa masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai religius dan menghormati tokoh agama masing-masing. “Itulah kenapa kita sama-sama di sini mengendalikan sampah melalui tempat peribadatan, seperti halnya di Masjid Istiqlal,” kata dia.

Demi meningkatkan peran aktif para pemuka agama dan rumah ibadah dalam pengelolaan sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar acara Gebyar Ramadan Minim Sampah: “Dialog Lintas Agama Membangun Sinergi dan Kemitraan untuk Mewujudkan Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan” di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Selasa (11/4).

Acara yang juga didukung Danone Indonesia dan United Nations Development Programme (UNDP) ini sekaligus memperkenalkan inisiatif pengelolaan sampah oleh umat beragama berbasis rumah ibadah.

Sebagai masjid terbesar di Indonesia dan salah satu masjid percontohan untuk program eco-masjid, Masjid Istiqlal juga melambangkan kerukunan antar umat umat beragama di Indonesia. Terlebih masjid ini berhadapan dengan Gereja Katedral. Masjid Istiqlal berperan penting menggerakkan pengelolaan sampah melalui GRADASI.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyambut baik program GRADASI ini. Ia menyatakan pentingnya peranan tokoh agama dalam menggerakkan program-program yang menyentuh masyarakat.

“Imbauan sebagus apapun programnya kalau tidak menyentuh hati masyarakat akan tidak maksimal,” ujarnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Pencemaran Sampah Plastik di Laut

Senior Advisor UNDP Abdul wahib Situmorang menyatakan, pengurangan sampah harus secara bersama-sama agar tak menimbulkan pencemaran serius ke laut. “Berdasarkan salah satu studi jika kita terus menerus business as usual maka 2050 nanti sampah plastik lebih banyak daripada ikan di laut,” kata dia.

Ia juga menyatakan, pentingnya penanganan sampah mengingat dampak buruknya terhadap kesehatan, ekonomi hingga pariwisata. “UNDP mendukung sedekah sampah ini dan berharap tempat peribadatan seperti masjid menjadi penentu pemain penanganan dan pengurangan sampah,” imbuhnya.

Sementara itu,  Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo menambahkan, agama manapun telah mengajarkan untuk berbuat kebaikan, termasuk dengan memastikan tak membuang sampah sembarangan yang bisa membawa keburukan terhadap lingkungan.

Senada dengannya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sodikun menyatakan pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi masyarakat secara luas. “Kita harus mengantisipasi dampak negatif dari sampah. Semua harus meminimalkan membludaknya sampah di Indonesia,” ungkapnya.

Peran Aktif Swasta dalam GRADASI

Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto menyebut, keterlibatan Danone – Aqua di GRADASI merupakan wujud nyata komitmen yang tertuang dalam inisiasi #BijakBerplastik. Tujuannya menanggulangi permasalahan sampah plastik di Indonesia melalui pembangunan ekonomi sirkular.

“Kami berharap kolaborasi lintas sektor ini dapat mengedukasi lebih banyak masyarakat terlibat dalam mengurangi, mengelola dan memilah sampah,” ucapnya.

GRADASI ini menyasar sejumlah masjid, gereja, pesantren, dan sekolah di seluruh Indonesia. Program ini secara nasional sejak tahun 2021 dengan 6 masjid penggerak. Saat ini, terdapat 128 masjid, 46 gereja, 192 sekolah dan 98 pesantren di seluruh Indonesia terlibat GRADASI. Jumlah total sampah terkumpul mencapai 143 ton.

Gerakan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat dan jamaah. Gerakan ini pun akan terus menyebar ke rumah ibadah lainnya, termasuk pura, klenteng, dan vihara.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top