KLHK: Angka Deforestasi Indonesia Turun Menjadi 440.000 Hektare

Reading time: 2 menit
deforestasi indonesia
Deforestasi juga disebabkan oleh kegiatan pertambangan. Foto: wikimedia commons

Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan angka deforestasi di Indonesia pada tahun 2018 berhasil diturunkan. Angka penurunan ini bahkan lebih rendah dari target penurunan deforestasi yang ditetapkan pemerintah Indonesia dalam dokumen kontribusi nasional untuk penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia (Nationally Determined Contribution/NDC).

Hasil pemantauan hutan Indonesia, pada 2017-2018 menunjukkan total lahan berhutan Indonesia seluas 93,5 juta hektare, dimana 71,1% atau 85,6 juta ha berada di dalam kawasan hutan. Dalam periode ini, deforestasi netto di dalam dan di luar kawasan hutan Indonesia mencapai 440.000 ha. Angka ini berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 490.000 ha dikurangi reforestasi sebesar 50.000 ha.

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK RA Belinda Arunawati Margono mengatakan bahwa luas deforestasi tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder yaitu 300.000 ha. Dari luasan itu 51,8% atau 160.000 ha berada di dalam kawasan hutan, sisanya seluas 150 ribu ha di luar kawasan hutan.

“Untuk penurunan deforestasi 440.000 hektare ini perhitungannya dari hutan alam dengan menggunakan sistem global yakni citra satelit, jadi memang kajian yang dilakukan dan pemantauan di Indonesia sangat signifikan,” kata Belinda dalam konferensi pers “Pengakuan Dunia Internasional Terhadap Upaya Penurunan Deforestasi Negara Indonesia” di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Rabu (08/05/2019).

BACA JUGA: Ancaman Keluar dari Kesepakatan Paris, WALHI: Pernyataan Menko Maritim Serampangan 

Secara nasional, data penurunan deforestasi ini didapat dari Sistem Monitoring Hutan Nasional (SIMONTANA) yang dibangun KLHK. SIMONTANA ini tidak hanya memantau hutan yang ada di dalam kawasan hutan namun juga di seluruh daratan di Indonesia.

Di tingkat global, University of Maryland melalui GLAD (Global Land Analysis and Discovery) juga mencatat adanya penurunan angka deforestasi yang signifikan di Indonesia. Data ini dirilis oleh Global Forest Watch dan dikutip oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia.

Sistem, metodologi dan peristilahan GLAD berbeda dengan SIMONTANA. GLAD menggunakan istilah tree cover loss yang mencakup tidak hanya deforestasi atau kehilangan hutan alam, namun juga pemanenan pada hutan tanaman. Meski demikian, GLAD dan SIMONTANA menunjukkan kesimpulan yang sama.

“Bila mengacu pada GLAD, di tahun 2018, angka primary forest loss (hutan alam versi Indonesia) 40 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata tingkat kehilangan hutan tahunan di periode 2002-2016,” kata Belinda.

BACA JUGA: Pantau Hutan, KLHK Siapkan SIMONTANA 

Adapun upaya yang dilakukan KLHK untuk menurunkan angka deforestasi di Indonesia, antara lain moratorium pemberian izin baru pengelolaan hutan alam primer dan lahan gambut, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengendalian kerusakan gambut, pengelolaan hutan lestari, perhutanan sosial, serta rehabilitasi hutan dan lahan.

Meski hutan Indonesia saat ini menunjukkan penurunan deforestasi dan luasannya masih di bawah target penurunan deforestasi yang ditetapkan dalam dokumen NDC yaitu sebesar 450.000 ha pada tahun 2020, Belinda menyatakan bahwa Indonesia belum berada pada situasi memberi angka nol deforestasi.

Penulis: Dewi Purningsih

Top