Atasi Timbulan Sampah 2.800 Ton Per Hari, Bekasi Dorong GRADASI

Reading time: 3 menit
Gerakan Sekedah Sampah (GRADASI) di Kabupaten Bekasi. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Bekasi (Greeners) – Kabupaten Bekasi aktif mendorong Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) untuk mengatasi timbulan sampah di wilayahnya. Saat ini kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Burangkeng, Kabupaten Bekasi overload. Luasan timbulan sampah mencapai 2 juta meter kubik setinggi 25 meter. Per harinya TPA ini mendapat limpahan sampah mencapai 2.800 ton.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Rahmat Atong mengatakan, Pemerintah Bekasi telah mengupayakan berbagai cara menanggulangi permasalahan tersebut, Termasuk mengkolaborasikan pendekatan agama dalam penanganan sampah.

“Karena ini persoalan serius, status darurat sampah di Bekasi maka kami aktif mendorong gerakan GRADASI yang melibatkan unsur rumah ibadah dan komunitas di dalamnya,” katanya dalam acara GRADASI di Masjid Baitul Makmur, Bekasi, Rabu (14/9).

Tujuan gerakan ini, sambungnya tak sekadar mengurangi kapasitas sampah di Bekasi. Akan tetapi juga mendorong perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah.

Senada dengannya, Kabid Pengendalian Pencemaran Lingkungan Provinsi Jawa Barat, Resmiani menyatakan, jumlah penduduk di Jawa Barat sangat tinggi, yakni 49 juta jiwa. Kondisi ini memicu timbunan sampah yang perkiraannya mencapai 24.000 ton per hari dengan berbagai macam jenis sampah.

Namun sayangnya hanya sekitar 10-15 % sampah plastik yang bisa terdaur ulang. Sementara 60 -70 % terbuang ke TPA, serta 15-30 % belum terkelola dan bocor ke lingkungan. “Oleh karena itu perlu tindakan pencegahan penanganan sampah dari mulai hulu ke hilir,” ucapnya.

Tak hanya itu, perbaikan pengelolaan sampah juga turut berkontribusi terhadap penurunan gas rumah kaca. “Mengacu dalam pemantauan evaluasi dan pelaporan RAD GRK th 2021 ternyata pengelolaan sampah melalui bank sampah telah menurunkan emisi GRK sebanyak 1.543 Ton CO2eq,” ungkapnya.

Resmiani menyebut, pengelolaan sampah tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Oleh karena itu butuh dukungan dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk melalui GRADASI.

Cegah Kebocoran Sampah ke Laut

Mengusung tema “Kolaborasi Membangun Energi Kebaikan Menuju Indonesia Bersih dan Laut yang Berkelanjutan”, GRADASI bertujuan untuk menggerakkan masyarakat dan komunitas agama untuk mengurangi sampah. Selain itu juga menanamkan perubahan perilaku masyarakat sebagai salah satu cara dalam mengamalkan prinsip ajaran agama yaitu kebersihan.

Kegiatan ini mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL).

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perubahan paradigma dan dukungan masyarakat tentang sampah penting dilakukan. Caranya dengan komunikasi untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran itu. Hal ini harapannya dapat menekan sampah plastik ke ekosistem laut.

“Dengan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah, diharapkan dapat menjadi suatu tindakan pencegahan agar sampah. Terutama sampah plastik, tidak bocor ke ekosistem laut,” kata Vivien.

Saat ini Indonesia telah berkomitmen mengurangi 70 % sampah plastik di laut di tahun 2025. Sementara sampai dengan tahun 2021 sudah berhasil mengurangi 28,5 % kebocoran sampah plastik ke laut dan masih menyisakan target pengurangan sebesar 41,5 %.

Untuk menangani masalah sampah laut tersebut, Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 Tentang Penanganan Sampah Laut. Dalam Perpres tersebut, ada Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut yang terdiri atas 59 kegiatan dari 16 kementerian/lembaga. Tujuannya untuk mendukung pengurangan sampah di laut Indonesia yang Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) koordinasikan.

Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati dalam acara GRADASI di Kabupaten Bekasi. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

GRADASI Targetkan Pengurangan Timbulan Sampah

GRADASI merupakan strategi pendekatan keagamaan dalam menggerakkan masyarakat dan komunitas agama untuk mengurangi sampah. Selain itu juga menanamkan perubahan perilaku masyarakat sebagai salah satu cara dalam mengamalkan prinsip ajaran agama yaitu kebersihan.

Vivien menyebut, banyaknya jumlah rumah ibadah di Indonesia membuat pendekatan agama memegang peranan penting membangun kesadaran masyarakat. “Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat yang beragama. Harapannya dapat menyentuh sisi religius dari masyarakat secara umum sehingga kesadaran akan permasalahan sampah semakin meningkat,” ucapnya.

Perwakilan dari 300 rumah ibadah, 100 bank sampah se-Kabupaten Bekasi juga turut hadir dalam acara hari ini. Hal ini merupakan sinergi yang baik untuk pengelolaan sampah di Indonesia melalui circular economy.

Saat ini timbulan sampah di TPA Burangkeng, Kabupaten Bekasi mencapai 2.800 ton/hari. Namun Pemerintah Kabupaten Bekasi hanya mampu mengangkut 800 ton/hari. Jika 1 rumah ibadah GRADASI mampu mengelola sampah 1 ton/bulan, maka jika ada 500 rumah ibadah bisa berkontribusi mengelola sampah di Kabupaten Bekasi hingga 6.000 ton/tahun.

Targetnya, sebanyak 500 rumah ibadah di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Kali Bekasi akan diberikan pelatihan tentang pengelolaan sampah dan penerapan GRADASI.

“Saya berharap, sampah-sampah yang sudah terpilah dan sudah bersih dari hasil sedekah sampah dapat dijadikan sebagai sumber bagi bank sampah. Lalu bank sampah pun dapat membagikan pengetahuannya untuk pemilahan sampah bernilai ekonomi bagi para pengurus rumah ibadah, sehingga dapat terwujudnya kolaborasi yang baik antar kedua gerakan yang luar biasa ini,” tutur Vivien.

Ia menambahkan, dengan adanya kolaborasi ini maka kesadaran masyarakat akan permasalahan sampah semakin meningkat dan dapat membawa perubahan signifikan untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top