Hari Laut Sedunia: Laut Indonesia Masih Menjadi Tempat Sampah

Reading time: 2 menit
hari laut sedunia
Ilustrasi. Foto: pinterest.ph/pin/330803535110043007

Jakarta (Greeners) – Pada peringatan Hari Laut Sedunia (World Ocean Day), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengimbau seluruh masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik. Pasalnya, sampah plastik bisa mengakibatkan dampak buruk bagi ekosistem laut.

“Salah satu upaya menjaga kesehatan laut adalah dengan memastikan laut bebas dari sampah plastik. Sebagaimana diketahui, sampah plastik dapat berdampak buruk bagi ekosistem laut, termasuk terumbu karang,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Jakarta, Jumat (08/06/2018).

Ia juga mengatakan bahwa menjaga lingkungan perairan termasuk terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan ikan adalah tugas semua pihak. Sampah plastik di laut akan mengganggu makhluk hidup di air dan akan berdampak pula pada industri pariwisata.

BACA JUGA: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, KLHK Soroti Pengendalian Sampah Plastik

Pusat Data dan Informasi dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) pada Mei 2018 mencatat, sedikitnya 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di laut setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung tiap kilometer persegi.

“Indonesia ditempatkan sebagai runner–up (posisi kedua) setelah Cina dari 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik ke laut setiap tahunnya disusul Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria, dan Bangladesh. Masih banyak orang yang berpikir bahwa laut adalah tempat sampah besar padahal laut adalah sumber pangan yang strategis,” kata Susan Herawati, Sekretaris Jenderal KIARA kepada Greeners.

Susan menyatakan bahwa dalam siklus 11 tahun, jumlah plastik mengalami peningkatan dua kali lipat. Sampah kemasan dan bungkus makanan atau minuman merupakan jenis sampah plastik terbesar yang ditemukan.

“Sampah plastik ini jelas sekali buruknya karena membuat rusak pesisir Indonesia. Namun dampak yang paling mengerikan sebenarnya kalau ikan itu, baik sengaja ataupun tidak, makan plastik. Dampaknya kembali kepada kita yang mengonsumsi ikan,” kata Susan.

BACA JUGA: KLHK Tegaskan Indonesia Siap Mengendalikan Sampah Plastik

Menurut Susan, pendidikan dan penyadaran mengenai laut dan sampah plastik penting dilakukan oleh lintas kementrian seperti KKP, KLHK dan Kemenko Maritim karena sampai saat ini laut masih dipahami sebagai tempat pembuangan akhir sampah manusia.

“Harapan masyarakat pesisir kepada laut sebenarnya sederhana. Pertama, mereka berharap kedaulatan seutuhnya, artinya mereka menjadi bagian penting dalam tata kelola pesisir dan laut. Di sisi lain, adanya upaya-upaya konkrit untuk mengubah stigma buruk kalau laut adalah tempat sampah besar atau tempat pembuangan akhir. Perubahan stigma ini harus dilakukan dengan pendidikan atau penyadaran kepada semua pihak. Di sisi lain, harus ada penegakan hukum bagi mereka pelaku perusakan pesisir. Selama ini negara kita tidak bertindak tegas pada pelaku pengerusakan pesisir dan laut Indonesia,” tandas Susan.

Penulis: Dewi Purningsih

Top