Hari Pangan Sedunia dan Kerentanan Sistem Pangan Nasional di Masa Pandemi

Reading time: 3 menit
Hari Pangan Sedunia dan Kerentanan Sistem Pangan Nasional di Masa Pandemi
Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini dibayangi kerentanan sistem pangan nasional di masa pandemi. Foto: Shutterstock.

Jakarta (Greeners) – Hari Pangan Sedunia tahun ini diperingati di tengah ancaman kerawanan pangan dan kelaparan akibat pandemi Covid-19. Pada tingkat global, Perserikatan Bangsa-bangsa bagian Pangan dan Agrikultur (Food and Agriculture Organization) mencanangkan tema “Grow, nourish, sustain. Together. Our actions are our future”. Tema ini relevan dengan kondisi sistem pangan yang sedang goyah, baik di tingkat global maupun nasional.

Said Abdullah, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), mengakui pandemi menghadirkan dampak yang luar biasa pada kehidupan masyarakat. Pandemi mengakibatkan ancaman rawan pangan dan kelaparan meningkat tajam. Sementara konsumen mengalami kesulitan mengakses pangan, lanjutnya, produsen dan petani terancam pendapatan dan kesejahteraannya akibat turunnya harga jual.

“Pandemi ini memberikan pelajaran penting karena menampilkan wajah sistem pangan kita yang sesungguhnya. Sistem pangan nasional sangat rentan, tidak resilient ketika ada guncangan, serta belum berkeadilan. Oleh karenanya momentum hari pangan harus dijadikan tonggak perbaikan sistem pangan nasional” ujar Said pada Konferensi Pers Peringatan Hari Pangan Sedunia dan Konser Virtual Lagu untuk Negeri Agraris secara daring, Kamis (15/10/2020).

Baca juga: Aktivis: Kesejahteraan Petani Sawit Bukan Prioritas Pengembangan Biodiesel

KRKP Menilai Pendekatan Pemerintah Sering Salah Sasaran

Said menilai pemerintah telah memberikan respons atas kondisi sektor pangan. Namun, menurutnya respons pemerintah belum memadai, bahkan cenderung salah arah. Lebih jauh, Said mereken kuasa pasar dan kelompok pemburu rente begitu kuat. Dia memonten, ketergantungan Indonesia pada sistem pangan global yang dikendalikan oleh korporasi dan pemburu rente melanggengkan kerentanan pangan nasional.

Said kemudian menuturkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Data BPS menunjukan nilai impor pada Juni 2020 sebesar US$ 10,76 miliar. Nilai impor yang tinggi ini, lanjutnya, didominasi oleh barang konsumsi yang naik 37,15 persen, terutama barang pangan. Di sisi lain, petani dan sumberdaya pangan lokal makin lemah dan tersisih.

“Padahal kita memiliki sumber daya pangan yang melimpah dan petani yang kuat. Saatnya kita kembali memperkuat sistem pangan yang berbasis sumber daya lokal,” tegasnya.

Hari Pangan Sedunia dan Kerentanan Sistem Pangan Nasional di Masa Pandemi

Konferensi Pers Peringatan Hari Pangan Sedunia dan Konser Virtual Lagu untuk Negeri Agraris, Kamis (15/10). Foto: Istimewa.

Hari Pangan Sedunia, Petani Muda Imbau Orang Tua Sokong Generasi Baru Petani

Pentingnya sistem pangan yang adil dan berdaulat bagi petani juga diingatkan Hermanu Triwidodo, Ketua Tani Center Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB).

“Kebijakan dan sistem pangan harusnya didorong dari kepentingan petani sebagai subyek pembangunan pertanian dan penyedia pangan bangsa, bukan dari kepentingan pihak luar” ungkapnya.

Hermanu menyampaikan, perubahan sistem dan kebijakan pangan harus menempatkan petani pada posisi yang baik. Dia menilai, pemerintah seyogyanya berempati kepada petani, dan tidak mereka-reka kebutuhan petani berdasarkan pikiran pemerintah yang justru jauh dari realitas petani.

Baca juga: Hari Mencuci Tangan: Menyorot Urgensi CTPS di Kala Pandemi

Menggema Hermanu, Duta Petani Muda dari Pematang Siantar Apni Naibaho juga menekankan pentingnya peran petani dalam masa pandemi.

“Saya dan petani di Blok Songo, Pematang Siantar terus menanam pada situasi pandemi ini. Penyediaan pangan harus terus dilakukan walaupun petani sendiri menghadapi berbagai persoalan. Saat sekarang ini saya sebagai petani muda bangga bisa berkontribusi menjaga ketahanan pangan negara” ujar Apni.

Apni mengajak semua pihak terutama generasi muda untuk ambil bagian. Dia pun menggaungkan upaya menjadi penjaga negeri dengan menjadi petani. Selain itu, Apni juga mengimbau orang tua untuk memberi dukungan pada anak muda yang mau terjun ke dunia pertanian.

“Untuk menguatkan peran kami, petani muda, tentu saja dukungan pemerintah diperlukan. Selain kebijakan dan sistem pangan yang menguatkan posisi petani, pada tataran teknis perlu penguatan kapasitas petani dan fasilitasi dengan peralatan yang modern” pungkasnya.

Sebagai informasi, dalam rangka perbaikan sistem pangan yang lebih berdaulat, adil dan resilient, KRKP Bersama Tani Center IPB mencanangkan Indonesian Food System Summit (IFSS) yang dijadwalkan pada pertengahan 2021. IFSS digagas untuk menghasilkan gagasan dan model sistem pangan yang berdaulat, adil dan resilient. Penyelenggara berharap gagasan dan model yang dihasilkan dalam IFSS dapat menjadi kerangka kebijakan pangan nasional.

Penulis: Dewi Purningsih

Editor: Ixora Devi

Top