Jakarta dan Pantura Berpotensi Tenggelam 10 Tahun Mendatang

Reading time: 3 menit
Banjir rob
Banjir rob sering terjadi seiring kenaikan air laut dan turunnya permukaan tanah. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Jakarta dan wilayah Pantura seperti Semarang dan Pekalongan punya potensi tenggelam karena meningkatnya permukaan air laut akibat pemanasan global. Laju penurunan permukaan tanah turut memperburuk potensi tenggelamnya sejumlah daerah itu di 10 tahun mendatang. 

Isu pemanasan global sangat berhubungan dengan perubahan iklim. Kondisi ini berdampak serius terhadap wilayah DKI Jakarta dan daerah pesisir pantai utara lainnya seperti Semarang, Pekalongan, Cirebon dan Surabaya. Ahli memprediksi daerah-daerah pesisir Pantai Utara (Pantura) akan tenggelam dalam kurun waktu 10 tahun ke depan tanpa upaya pengendalian.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, riset dapat menjadi potensi solusi untuk menyelamatkan Pantura dan Jakarta dari laju penurunan permukaan tanah. Sebab laju penurunan ini menjadi salah satu faktor penyebab daerah pesisir Pantura berpotensi tenggelam.

“Periset yang ahli di bidangnya dapat terus berkontribusi aktif memberikan solusi dan pencerahan terhadap masalah ini,” kata Handoko di Jakarta, baru-baru ini.

Dalam webinar bertajuk “Benarkah Jakarta dan Pantura akan Tenggelam?” ini Handoko berharap, para ahli tidak sekadar mengungkapkan masalah, tapi harus bisa menjadi problem solver. Webinar juga menghadirkan para ahli geoteknologi dan atmosfer.

Profesor riset Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Eddy Hermawan mengatakan, ada tiga faktor utama yang menyebabkan Jakarta dan daerah Pantura lainnya bisa tenggelam.

Ketiga faktor itu yakni, meningkatnya tinggi muka air laut atau sea level rise (SLR), meningkatnya penurunan tanah atau land subsidence (LS) dan faktor lokal yang merupakan daerah rawa atau dataran rendah.

Pekalongan Paling Terancam

Setidaknya ada tiga daerah di Jakarta dan wilayah Pantura yang Eddy sebut terancam tenggelam karena aktivitas penurunan permukaan tanah. Ketiga daerah itu yakni Jakarta, Semarang dan Lamongan. Dari ketiga daerah itu, Pekalongan menjadi daerah yang paling rawan tenggelam karena aktivitas penurunan permukaan tanah paling tinggi.

Hal ini, terungkap berdasarkan hasil penelitian dan penginderaan jauh Lembaga Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2015-2020 pada daerah DKI Jakarta, Cirebon, Surabaya, Semarang dan Pekalongan. Hasil perhitungan laju rata-rata penurunan permukaan tanah secara vertikal di Pekalongan dan sekitarnya selama periode 2015-2020 adalah bervariasi antara 2,1- 11 cm per tahun.

“Untuk DKI Jakarta ini, laju penurunannya (penurunan permukaan tanah,red) tidak terlalu besar, antara 0,1 hingga 8 cm per tahun. Yang sangat besar adalah justru Pekalongan antara 2,1 cm hingga 11 cm per tahun dan diikuti Kota Semarang (bervariasi antara 0,9- 6,0 cm per tahun),” paparnya.

Eddy menambahkan, faktor yang paling memengaruhi potensi tenggelamnya Jakarta dan daerah pesisir kawasan Pantura yakni penurunan permukaan tanah. Sehingga, perlu upaya serius agar level penurunan permukaan tanah ini tidak terus terjadi.

Di samping itu, dampak naiknya permukaan air laut akan semakin besar jika penurunan permukaan tanah terus terjadi dan tidak terkendali. Salah satu dampaknya, wilayah yang akan terendam banjir rob meluas.

Oleh sebab itu lanjut Eddy, dalam 10 tahun ke depan, wilayah yang paling terancam tenggelam akibat penurunan permukaan tanah adalah Pekalongan dan Semarang.

“Kenaikan muka air laut kemungkinan tidak bisa dibendung karena perubahan iklim, tetapi penurunan permukaan tanah bisa dicegah,” ucap Eddy.

Pesisir rawan tenggelam

Kawasan pesisir Jakarta dan Pantura rentan tenggelam. Foto: Shutterstock

Penyelamatan Jakarta dan Pantura

Perlu sejumlah langkah bijak menyikapi prediksi tenggelamnya Jakarta. Eddy menyebut, perlu penyiapan skenario berbasis penggabungan antara SLR dan LS dengan berbagai kombinasi data SLR dan LS menggunakan teknik spatial temporal analysis.

Sementara itu, masalah dan potensi tenggalamnya daerah Pantura beragam. Di antaranya, perkembangan dan eksploitasi pemanfaatan lahan yang relatif cepat di kota-kota besar Pantura Jawa. Sejumlah daerah itu antara lain Tangerang, DKI Jakarta, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang dan Surabaya.

Perubahan pemukiman, mangrove dan perubahan garis pantai menjadi masalah lain yang menambah potensi tenggelamnya kawasan pesisir Pantura. Selain itu, endapan aluvial dan batuan lempung mendominasi susunan tanah lunak di sana.

Cegah Penurunan Tanah

Sementara itu, Profesor riset bidang Geoteknologi, Hidrologi Air Tanah BRIN Robert Delinom menambahkan, ada empat faktor penyebab amblasnya tanah di Jakarta. Empat faktor tersebut yakni kompaksi batuan, pengambilan air tanah secara berlebihan, pembebanan bangunan dan aktivitas tektonik.

Robert menyebut, sosialisasi kepada masyarakat, khususnya warga Jakarta menjadi hal penting dalam mencegah Jakarta tenggelam. Masyarakat perlu memahami penyebab dan solusi mencegah terjadinya penurunan tanah secara masif. Hal ini menjadi salah satu solusi dalam periode jangka pendek.

“Sedangkan jangka panjang dengan melakukan integrasi secara tuntas terkait penyelesaian masalah yaitu dengan kombinasi konsep mitigasi dan adaptasi yang tidak tumpang tindih, zero run off dan no land subsidence city, serta mengubah pola pikir masyarakat,” papar Delinom.

Upaya mitigasi lainnya, kata Delinom, dapat dibangun “pertahanan” di garis pantai, pinggiran sungai dan bantarannya serta pembangunan “tempat parkir” air dan antisipasi penyebab penurunan tanah.

Penulis : Sol

 

Top