Kadar Oksigen di Laut Menurun Lebih Cepat dari yang Diperkirakan

Reading time: 2 menit
kadar oksigen
Ilustrasi: pixabay.com

LONDON, 10 Mei 2017 – Para peneliti AS yang telah mengingatkan bahwa menghangatnya lautan akan mungkin kekurangan oksigen, kini  menunjukkan bahwa kadar oksigen terus menurun dan akan dipercepat akibat adanya peningkatan suhu udara di air.

Air yang dingin mampu menahan gas ketimbang air hangat merupakan fisika dasar: itu merupakan salah satu alasan kenapa lautan di kutub dipenuhi dengan kehidupan laut dan tropis yang biru, jernih dan relatif kekurangan.

Pada tahun 2013, sebuah konsorisum internasional untuk peneliti laut telah memperingatkan bahwa kadar oksigen di lautan dapat menurun antara 1 persen dan 7 persen pada akhir abad ini. Hal ini dapat, menurut prediksi para peneliti, berujung kepada yang mereka sebut sebagai “stres pernapasan” bagi kehidupan laut.

Pemanasan laut

Para ahli ekologi kelautan asal AS dan Jerman memperingatkan bahwa bagian dari bawah laut sudah menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen yang berkaitan dengan zona mati, pada tahun lalu.

Awal tahun ini, sebuah grup peneliti melihat simulasi komputer antara tahun 1920 hingga 2100 dan memprediksi kekacauan yang timbul akibat pemanasan.  Sekarang tim tersebut mulai mengangkat isu itu kembali.

Mereka menulis laporan pada Geophysical Research Letters yang mereka lihat pada data sepanjang 50 tahun terakhir dan menemukan bahwa kadar oksigen mengalami penurunan pada tahun 1980an, saat suhu laut mulai meningkat dan menurun secara cepat.

“Tren dari menurunnya oksigen adalah dua hingga tiga kali lebih cepat dari yang kita prediksikan dari kenaikan solubilitas dengan pemanasan laut,” jelas Takamitso Ito, pemimpin studi yang berasal dari School of Earth and Atmospheric Sciences, Georgia Institute of Technology.

“Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada sirkulasi laut dan percampuran yang diasosiakan dengan pemanasan pada permukaan air laut dan melelehnya es kutub.”

Kandungan oksigen di laut berasal dari udara yang diserap di permukaan atau dilepaskan oleh fotosintesis phtyoplankton dan dibawa ke dalam laut yang dalam. Namun, saat air menghangat, udara menjadi ringan, artinya dapat bercampur dengan substansi yang dingin menjadi sangat jarang terjadi. Dan, melelehnya air memberikan suplai air bagi permukaan laut yang berdampak kepada pola sirkulasi.

“Setelah pertengahan 2000an, tren ini menjadi semakin kentara, konsisten, dan signifikan secara statistik, melebihi fluktuasi dari tahun ke tahun,” jelas Dr. Ito. “Tren tersebut sangat kuat di daerah tropis, bagian timur, dan Pasifik utara.”

Bahwa lautan mulai menghangat sudah mulai terlihat. Bahwa lautan menjadi lebih asam akibat karbon dioksida yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil meningkat di atmosfer mulai diterima.

Kekurangan oksigen

Bahwa lautan berisiko kekurangan oksigen lebih sulit untuk dibuktikan: lautan meliputi 7/10 dari planet dan penelitian sistematik tentang lautan baru-baru saja dilakukan. Dan, tentu saja penelitian semacam itu agak sulit karena pola natural dari variasi lokal: semakin lebih berat untuk mengaitkannya dengan pemanasan global akibat manusia.

Namun, para peneliti menyimpulkan bahwa, “bukti yang konsisten dengan pemanasan antropogenik berperan sebagai penggerak utama dari tren jangka panjang pada O2 lautan. Tren yang berhasil kami dokumentasikan menyarankan dampak pemanasan mulai menggantikan variabilitas alam dan muncul sebagai sinyal yang dapat dikenali.”

Mereka menambahkan, “jika itu merupakan sinyal pemanasan, kita harus sudah siap melihat penurunan O2 di laut secara menyeluruh. Dampak dari deoksigenasi laut mungkin akan sangat luas.”  – Climate News Network

Top