Kelangkaan Sumber Air Diperkirakan Meningkat

Reading time: 2 menit
kelangkaan air
Ilustrasi. Foto: wikimedia common

Jakarta (Greeners) – Berdasarkan data WWF, dari jumlah keseluruhan air di Bumi, 97% merupakan air laut dan hanya 3% yang merupakan air tawar. Namun dari 3% tersebut, 2% nya adalah gletser/es sedangkan 1% sisanya tidak semuanya layak dikonsumsi. United Nations World Water Development juga mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar 1,9 miliar orang hidup di daerah yang mengalami kelangkaan sumber air.

Seperti diberitakan dalam keterangan resminya, CEO WWF-Indonesia Rizal Malik mengatakan, kelangkaan sumber air diprediksi akan meningkat sekitar 3 miliar orang pada tahun 2050. Kemudian, berdasarkan data dari Earth Day Network, 90% dari miliaran sampah plastik yang mengotori lautan, danau, sungai berasal dari limbah daratan dan telah mengancam kualitas dan kuantitas air bagi manusia, tumbuhan, dan satwa liar. Hal itu menjadi salah satu mengapa tema perayaan Hari Bumi tahun ini yaitu End Plastic Pollution.

“Selama lebih dari 15 tahun, WWF-Indonesia dan HSBC telah bekerjasama mengatasi berbagai isu lingkungan termasuk isu ketersediaan air dan pendidikan lingkungan yang sudah dimulai sejak 2016 di Rimbang Baling dan Bandung. Kami sepakat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang sudah seharusnya dikelola dan digunakan dengan bijak. Melalui program konservasi air ini, kami mendorong praktik-praktik pengelolaan terbaik pada bidang pertanian, kehutanan, dan budidaya perikanan yang ramah lingkungan agar tercipta peningkatan kuantitas dan kualitas air di wilayah Koto Panjang,” kata Rizal Malik, Jakarta, Minggu (22/04/2018).

BACA JUGA: UNICEF: Perubahan Iklim Juga Berdampak pada Anak-Anak

Lebih lanjut, program konservasi ini juga tidak hanya akan menciptakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran Sungai Kampar, tetapi juga meningkatkan kualitas dan aliran air, mewujudkan listrik yang berkelanjutan, serta menghidupkan kembali habitat Harimau Sumatera, tapir, gajah, primata, ikan, burung, serta kekayaan hayati di dalamnya.

“Upaya lain yang kami lakukan adalah revitalisasi fungsi PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) sebagai pemasok listrik dengan cara peningkatan kapasitas para pihak untuk dapat menggunakan perangkat PLTA berkelanjutan (Hydropower Sustainability Assessment Protocol), serta upaya dalam meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi kolektif bersama bagi semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas,” ujar Rizal.

Di Hari Bumi yang diperingati seluruh dunia sejak tahun 1970 ini, World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia berkolaborasi dengan PT Bank HSBC Indonesia mengadakan Water Wise Festival. Tujuannya bersama-sama menjaga keberlanjutan dan kualitas air sebagai komponen terpenting kehidupan di bumi melalui program konservasi air yang akan dilakukan di wilayah Koto Panjang, Riau & Sumatera Barat pada 2018-2020 mendatang.

Penulis: Dewi Purningsih

Top