Kemacetan di Malang Raya Diambang Parah

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co

Malang (Greeners) – Tingkat kemacetan di beberapa titik di Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang kian parah. Titik-titik kemacetan memang terjadi di titik tertentu terutama di akhir pekan atau libur panjang. Hal ini bisa dilihat di pertigaan Karanglo, Singosari, maupun di jalur provinsi, mulai pintu masuk Malang di Kecamatan Lawang hingga memasuki Kota Malang.

Beberapa ruas jalan menuju Kota Wisata Batu juga demikian, baik dari arah Kota Malang maupun dari arah Karanglo, Singosari. Hampir setiap akhir pekan selalui dipadati kendaraan dari dalam maupun luar kota. Di pusat Kota Malang juga demikian, terutama di jalan yang melintasi pusat-pusat perbelanjaan dan di kawasan sekitar kampus.

Kondisi ini membuat tiga pemerintah daerah berkumpul membahas solusinya guna mengurai kemacetan. Di antara solusi yang dihasilkan dalam pertemuan tiga pemerintah daerah adalah pengadaan transportasi massal terpadu dan pelebaran infrastruktur jalan atau penambahan jalan. Selain itu, solusi lain yang ditawarkan, antara lain penyediaan bus sekolah, bus untuk pegawai, transportasi bus trans di Malang Raya.

Pakar planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Ibnu Sasongko, mengatakan, perlu ada tindakan guna mengurai kemacetan yang dipicu pesatnya pembangunan seperti kampus, pusat perbelanjaan, serta kawasan industri di kota ini.

Menurutnya, perlu ada angkutan massal cepat guna mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. “Transportasi massal harus terintegrasi antara tiga wilayah, Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu,” katanya, Rabu (1/10/2014).

Bentuk transportasi massal ini, kata Ibnu, bisa berupa bus metro atau komuter yang menghubungkan tiga wilayah. Selain itu, perlu ada penyetaraan pusat kegiatan sehingga tidak terpusat di tengah kota.

Ia menyontohkan, kegiatan pendidikan misalnya, untuk pelajar SD dan SMP bisa jalan kaki, siswa SMA naik motor atau angkutan umum, dan mahasiswa dibangun asrama yang dekat dengan kampus sehingga bisa mudah ditempuh dengan jalan kaki. “Bus sekolah serta bus pegawai juga bisa dilakukan,” katanya.

Walikota Malang, M Anton, menawarkan sistem transportasi umum terpadu kereta gantung untuk mengatasi kemacetan di Malang Raya. Selain lebih murah, transportasi ini, kata Anton, tidak membutuhkan lahan banyak dan bisa disinergikan di tiga daerah.

Ia berharap, Kota Malang bisa menjadi pilot project pembangunan transportasi umum kereta gantung di Indonesia. Menurut Anton, tranportasi ini bisa dikembangkan hingga wilayah Malang Kabupaten serta Kota Batu.

Pakar transportasi Universitas Brawijaya, Achmad Wicaksono mengaku tidak mempermasalahkan usulan Walikota Malang membangun transportasi massal terpadu kereta gantung. Namun, ia berharap kebijakan ini harus pro rakyat miskin.

Menurutnya, kapasitas kereta gantung bisa mencapai 3 ribu penumpang per jam dengan kecepatan 4-6 meter per detik. Jenis kabin kereta gantung yang sering digunakan adalah gondola dengan kapasitas 4 sampai 12 orang. “Ada juga kabin yang lebih besar dengan kapasitas 25 penumpang,” ujarnya.

Kendati demikian, rencana ini harus dipersiapkan dengan matang terutama di titik naik dan turunnya penumpang yang harus diintegrasikan dengan tiga daerah. Selain itu, apapun keputusan transportasi massal yang akan digunakan harus memerhatikan aspek kenyamanan dan dengan tarif murah.

(G17)

Top