Lapan: Matikan Lampu dan Saksikan Keajaiban Langit Malam

Reading time: 2 menit
lapan
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengajak masyarakat untuk menyaksikan langit bertabur bintang besok (06/08) pukul 20.00-21.00 waktu setempat di seluruh Indonesia. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengajak masyarakat mematikan lampu yang berada di luar ruangan pada Sabtu (6/8) pukul 20.00-21.00 waktu setempat, untuk menyaksikan langit bertabur bintang dengan mata telanjang, mulai dari rasi bintang Angsa (Cygnus), Salib Selatan (Cygnus), hingga rasi Kalajengking (Scorpiro).

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk mendorong kesadaran astronomis dalam menyelamatkan keindahan langit malam dan pengendalian polusi cahaya dengan mencanangkan kampanye Malam Langit Gelap (dark sky night) setiap 6 Agustus pukul 20.00-21.00 waktu setempat di seluruh Indonesia yang juga bertepatan sebagai Hari Keantariksaan.

“Jika seluruh warga kota ikut serta dalam gerakan ini, maka sejumlah keajaiban akan tampak. Khusus untuk besok, kita bisa melihat “Segitiga Musim Panas” yang terdiri dari bintang Vega, Deneb, Altair. Bintang-bintang yang tersusun dalam bentuk segitiga ini sangat legendaris. Di Jepang, gugusan ini dikenal dengan “Gingga”. Selain itu, kita juga dapat menyaksikan planet merah Mars, Saturnus dan bintang raksasa merah Antares,” katanya, Jakarta, Jumat (05/08).

BACA JUGA: Ini Alasan Mengapa Gerhana Matahari Total 2016 Istimewa untuk Indonesia

Saat ini, kata Thomas, kota-kota besar di seluruh dunia telah terpapar banyak sekali polusi cahaya. Bahayanya, hal tersebut tidak disadari karena masyarakat hanya paham dengan polusi yang jelas terlihat di hapan mereka seperti polusi udara, air maupun limbah. Ia mengatakan, salah satu kota di dunia yang paling parah menghasilkan polusi cahaya adalah Singapura dan Dubai.

“Di sana, terangnya malam dengan siang sama. Riset yang berkembang, sensor mata sangat peka antara malam dan siang. Ketika kondisi malam seterang siang, warga akan minim penggunaan sensor untuk malam. Indikasi yang paling mungkin dirasakan dengan adanya polusi cahaya itu adalah gangguan pola tidur pada masyarakatnya,” katanya menerangkan.

BACA JUGA: 288 Titik Api di Sumatera dan Kalimantan Terdeteksi Satelit

Riset Science Advances awal 2016, menyebut 80 persen penduduk bumi terpapar polusi cahaya. Sepertiga penduduk bumi tidak lagi bisa menikmati galaksi bima sakti. Saat ini, Lapan menyiapkan observatorium nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan akan diusulkan ke Kementerian Pariwisata. Pemprov NTT ingin mendirikan kawasan Taman Nasional Langit Gelap.

“Ini masih dalam tahap perizinan karena berada di kawasan Hutan Lindung Gunung Timau dan mungkin harus memangkas pohon. Tapi kami berkomitmen akan menanamnya kembali di sekitar lokasi observatorium tersebut,” tutupnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top