Kota Bandung Kurangi Penggunaan Kantong Plastik di Pasar Tradisional

Reading time: 3 menit
bandung kurangi plastik
Kota Bandung Kurangi Penggunaan Kantong Plastik di Pasar Tradisional. Foto: Shutterstock.

Walaupun pelan, gerakan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai mulai awam resapi. Contohnya di ibu kota provinsi Jawa Barat. Dalam sepuluh tahun terakhir, kondisi penggunaan plastik kota Bandung mengalami perbaikan. Namun, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus segera diselesaikan oleh semua pihak. 

Jakarta (Greeners) – Kota Bandung menjalankan komitmen pengurangan kantong plastik melalui kegiatan Pasar Bebas Plastik dan Ramah Lingkungan. Program ini merupakan kolaborasi antara pemerintah kota Bandung, dinas terkait, dan juga Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Adapun saat ini baru dua pasar yang menjadi pilot project yaitu pasar Kosambi dan Cihapit.

Koordinator Nasional GIDKP, Rahyang Nusantara, mengatakan pihaknya melakukan riset Bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Bandung sebagai landasan program. Riset tersebut menunjukan adanya temuan 300 juta lembar kantong plastik dalam timbulan sampah dari pasar tradisional di Kota Bandung.

“Pasar tradisional harus kita perhatikan sebab masyarakat masih banyak berbelanja ke pasar tradisional dan timbulan sampah sangat banyak sekali,” ujar Rahyang, dalam peluncuran Pasar Bebas Plastik dan Ramah Lingkungan, Kamis (18/2/2021).

Progres Pengurangan Sampah Kota Bandung Harus Terus Meningkat

Lebih jauh, Rahyang menyebut dalam sepuluh tahun terakhir ada perkembangan dalam pengurangan timbulan sampah plastik di Kota Bandung. Masih berdasarkan riset yang sama, kondisi kantong plastik di Kota Kembang menurun hingga 16 persen.

Dia menambahkan Kota Bandung masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam pengurangan sampah plastik. Adapun dalam Peraturan Walikota nomor 37 tahun 2019 tentang Pengurangan Penggunaan Sampah Plastik, Kota Bandung menargetkan pengurangan kantong plastik hingga 100 persen.

bandung

Dalam sepuluh tahun terakhir ada perkembangan dalam pengurangan timbulan sampah plastik di Kota Bandung. Masih berdasarkan riset yang sama, kondisi kantong plastik di Kota Kembang menurun hingga 16 persen. Foto: Shutterstock.

“Kalau ini tercapai bisa mendahului target dari kebijakan di tingkat nasional. Sebab, tahun 2030 merupakan deadline bagi semua sektor di Indonesia menghentikan penyediaan kantong plastik dan jenis plastik sekali pakai lainnya,” jelasnya.

Rahyang melanjutkan pihaknya beserta Dinas LHK akan meneliti perkembangan proyek perdana Pasar Bebas Plastik dan Ramah Lingkungan ini. Dia berharap keberhasilan proyek ini nantinya bisa menjadi contoh bagi pasar lain di Kota Bandung.

“Kami akan meriset baseline untuk (pasar) Cihapit dan Kosambi dalam mengukur perubahan prilaku penggunaan plastik sekali pakai. Ini mengukur tingkat kesadaran baik konsumen dan penjualnya,” ujarnya.

Pengurangan Kantong Plastik jadi UMKM Kota Bandung

Pada kesempatan tersebut, Wakil Walikota Kota Bandung, Yana Mulyana, mengapresiasi adanya program Pasar Bebas Plastik dan Ramah Lingkungan. Pasalnya, program ini sejalan dengan regulasi di tingkat daerah dan program KangPisman (Kurangi, Pisah, Manfaatkan).

Dia meminta program ini juga diikuti ketersediaan produk alternatif pengganti plastik. Menurutnya, hal tersebut juga bisa menjadi peluang bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kota Bandung.

“Ini peluang UMKM menyediakan produk kreatifnya berupa kemasan yang ramah lingungan. Kebutuhan pengganti plastik bisa diisi oleh UMKM kota bandung yang terkenal dengan kreativitasnya,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas LHK Kota Bandung, Kamalia Purbani, menyatakan pihaknya telah menyurvei persepsi masyarakat terkait plastik sekali pakai. Dari survei tersebut, 92 persen responden sudah menyadari pentingnya pengurangan plastik sekali pakai untuk diri maupun lingkungan. Sedangkan 98 persennya juga mengaku telah memiliki kantong pengganti kantong plastik untuk belanja.

“Namun, partisipasi ritel yang konsisten dalam menjalankan kebijakan (pengurangan kantong plastik) ini hanya 12 persen. Ini harus kita tingkatkan. Selain itu, hanya 29 persen di antaranya menyediakan kantong plastik belanja yang bisa dipakai ulang. Sisanya harus jadi PR bagi kita semua,” imbuhnya.

Penulis: Muhamad Ma’rup

Top