Lara Tiga Gili di Lombok Hadapi Abrasi

Reading time: 2 menit
Kondisi pantai di Gili Trawangan, Lombok. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Lombok (Greeners) – Terjangan abrasi terus mengancam Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan (Matra) di Lombok Utara setiap tahunnya. Pulau-pulau kecil terus terkikis. Penanaman pohon di pesisir pantai terus dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi di wilayah yang punya daya tarik wisata.

Abrasi merupakan pengikisan tanah di daerah pesisir pantai karena ombak dan arus laut yang sifatnya merusak. Garis pantai pun akan terus menyusut akibat fenomena alam ini. Sehingga lahan daratan utama semakin berkurang dan membahayakan masyarakat pesisir yang tinggal di pinggir pantai.

Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang, Imam Fauzi mengatakan, siklus oseanografi menjadi salah satu faktor terjadinya abrasi. Berdasarkan kajiannya, pasir yang ada di sini akan terus berputar secara alamiah mengikuti pola arusnya.

“Masing-masing pulau ada siklus oseanografinya sendiri. Setiap tahun seperti itu mungkin ada yang bergeser satu titik di sini berkurang pindah lagi,” kata Imam kepada Greeners saat penanaman pohon cemara di Gili Meno, Lombok, Jumat, (14/7).

Gili Trawangan menjadi salah satu wilayah abrasi terparah dibandingkan kedua gili lainnya. Imam menambahkan, di lokasi itu abrasinya bisa lebih dari enam meter dan mengakibatkan jalan pantai yang dulunya biasa digunakan, kini hilang.

Menurut Imam, infrastruktur menjadi salah satu faktor yang memperparah abrasi. Misalnya pembangunan dermaga yang menganggu pola arus. Akibatnya pasir bisa tertahan dan oseanografinya berubah arah.

Bangunan wisata yang menyentuh air juga mengakibatkan perubahan pola arus. “Arus lautnya di sini ngumpul, di sini tergerus. Jadi satu sisi ngumpul satu sisi abrasi,” imbuhnya.

Penanaman pohon cemara di garis pantai Gili Meno dalam kegiatan COREMAP CTI. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Tanam Pohon Tiga Gili di Lombok

Untuk mencegah parahnya abrasi, ada upaya penanaman pohon cemara, santigi dan waru laut di garis pantai di Gili Matra.

Ketika pohon tumbuh besar, akarnya pun akan semakin kuat menahan abrasi. Imam menambahkan, pengkajian dalam membangun infrastruktur juga bisa mencegah abrasi. Pemerintah daerah perlu mengawasi ketat pembangunan di tiga Gili tersebut.

“Adanya reklamasi dan infrastruktur yang menetap di situ saya yakin ini akan mengubah pola arus,” tegas Imam.

Suasana pantai Gili Meno. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Ikut Tangani Abrasi

Kepala Dusun Gili Meno, Masrun menyatakan, beberapa perusahaan sektor pariwisata telah melakukan penanggulangan abrasi secara mandiri.

“Beberapa perusahaan sudah melakukan penganggulangan secara mandiri seperti pelepasan batu bronjong atau batu kali yang dominan untuk mengurangi abrasi,” ungkap Masrun.

Ia juga menegaskan masyarakat, pemerintah, perusahaan juga harus memperhatikan masalah ini. Sebab, hampir setiap tahunnya abrasi terjadi sebanyak tiga kali.

Akhir tahun 2019, Masrun bersama pengurus dusun dan akademisi Universitas Mataram mengadakan pelatihan penanganan abrasi bagi perusahaan.

“Kita berupaya bersama komunitas di sini untuk memperhatikan hal-hal tersebut. Setiap ada kegiatan di sini kita pasti lakukan penanaman di sisi pantai,” tambah Masrun.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top