Aktivis Desak Perlunya Edukasi Perubahan Iklim untuk Masyarakat

Reading time: 2 menit
Aktivis Desak Perlunya Edukasi Perubahan Iklim untuk Masyarakat. Foto: Shutterstock.

Fenomena perubahan iklim makin terasa di tengah aktivitas manusia. Pembiaran terhadap perubahan iklim akan memperburuk dampak di kemudian hari. Di sisi lain, masih ada masyarakat yang tidak peduli terhadap fenomena ini meski dampaknya semakin nyata.

Jakarta (Greeners) – Founder & Chief of Project Buzz IDN, Angelyna Victoria, menyebut tidak sedikit orang berpikir bahwa perubahan iklim bukan masalah besar. Dia mereken, awam masih menilai perubahan iklim yang tengah terjadi hanya fenomena alam biasa. Jikapun sampai terjadi bencana, lanjutnya, masyarakat tersebut menganggap penyebabnya hanya cuaca.

Dia menjelaskan paradigma tersebut merupakan salah satu bentuk disinformasi yang menambah daftar masalah dalam perubahan iklim. Menurutnya, perlu ada edukasi yang menyeluruh terkait dampak perubahan iklim. Dengan begitu, semakin banyak pihak bisa tersentuh dan tergerak melakukan perubahan dalam menangani perubahan iklim.

“Banyak orang mengira perubahan iklim hanya fenomena alam biasa atau dampak yang ada hanya karena cuaca. Padahal penyebabnya lebih buruk dari itu. Faktanya ini merupakan masalah yang harus kita cegah untuk kehidupan kedepannya. Tapi di sisi lain pemahaman masyarakat soal itu masih kurang,” ujar Angelyna dalam diskusi Green Youth Talk #1, Minggu, (21/2/2021).

Manfaatkan Media Sosial untuk Sarana Edukasi Perubahan Iklim

Angelyna menilai media sosial bisa menjadi ruang bermanfaat dalam mengedukasi masyarakat terkait perubahan iklim. Sifat media sosial yang lintas batas merupakan peluang untuk mengajak banyak orang terlibat dalam aksi pencegahan perubahan iklim. Semakin banyak orang terlibat, maka pendekatan untuk mengatasi perubahan iklim kian beragam.

Dia menyebut, edukasi paling dasar adalah dengan menyadarkan pentingnya hal-hal kecil dalam aktivitas sehari-hari. Dia menyebut untuk mengurangi sampah plastik dan tidak membuang sampah pada tempatnya, masyarakat belum benar-benar menyadari dampak positifnya. Gaya hidup ramah lingkungan harus menjadi tren di masyarakat.

“Kita harap ada lebih banyak yang meng-influence tentang dampak yang bisa terjadi. Baik dampak dari perubahan iklim maupun dampak dari perubahan gaya hidup. Selain itu, perlu ada langkah yang lebih strategis dan sistemik untuk menangani perubahan iklim secara serius,” jelasnya.

deforestasi

Angelyna Victoria menjelaskan disinformasi masyarakat menambah daftar masalah dalam perubahan iklim. Foto: Shutterstock. 

Kampanye Perubahan Iklim Harus Berdasarkan Fakta dan Data

Pada kesempatan tersebut, Angelyna menyebut kampanye perubahan iklim, terutama di media sosial, harus berdasarkan data. Data, lanjut dia, bisa menjadi semacam bukti konkret dari dampak perubahan iklim. Pasalnya, masih ada orang yang menganggap isu perubahan iklim juga isu politik saja.

Dia juga menekankan adanya bukti otentik terkait dampak perubahan iklim. Dia menyarankan bukti tersebut berasal dari kegiatan yang dekat dan terjadi sehari-hari. Dengan begitu, masyarakat bisa mudah memahami fakta tersebut.

“Cara termudah menyadarkan masyarakat adalah menghadapkan mereka dengan fakta dan data. Itu cara efektif untuk bisa meyakinkan mereka tentang isu tersebut. Bentuknya bisa dari hal terdekat,” pungkasnya.

Sementara itu, Founder & Creative Designer of Be Someone World, Pamela Elizarraras, mengungkapkan bahwa kampanye perubahan iklim harus sampai pada aksi nyata. Di sisi lain, keberlanjutan aksi tersebut harus terus terjaga baik dalam skala besar maupun kecil. Semua orang, kata Pamela, punya kesempatan yang sama sesuai dengan kapasitas masing-masing.

“Adanya ancaman perubahan iklim merupakan akibat dari aktivitas manusia. Tidak bisa jika menyepelekan isu ini. Bagi saya tidak terlalu buruk untuk masyarakat sedikit meneliti, membaca, dan berdiskusi terkait perubahan iklim dengan orang sekitar,” tutupnya.

Penulis: Muhamad Ma’rup

Top