Pemerintah Tindak Lanjuti Temuan Telur Berdioksin di Jawa Timur

Reading time: 2 menit
Pemerintah tindak lanjuti temuan dioksin dalam telur
Kiri ke kanan: Dr. Setyo Sarwanto Moersidik, Pakar lingkungan Universitas Indonesia, Profesor Mochamad Lazuardi, Ahli Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Novrizal Tahar, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3, Dr. Setiyo Gunawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Karliansyah, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, dalam diskusi media “Isu Kandungan Dioksin Dalam Telur”, di Jakarta Pusat, Selasa, 3 Desember 2019. Foto: www.greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun, dan Berbahaya (PSLB3) menindaklanjuti temuan telur berdioksin di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pemerintah akan meneliti secara ilmiah kadar dioksin yang ditemukan lembaga Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton), Surabaya.

Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengatakan kajian tidak hanya meneliti kadar dioksin dalam telur, tapi juga aspek sosial-ekonomi. “Pemerintah akan menindaklanjuti permasalahan telur berdioksin ini supaya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, proporsional, dan independen,” ujar Novrizal, di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Selasa (03/12).

Menurut Novrizal penelitian yang dilakukan lembaga masyarakat sipil masih perlu dikritisi, sebab, jumlah sampel tidak merepresentasikan kondisi secara utuh, protokol sampling, dan uji laboratorium. Ia mengatakan hal tersebut harus dikomparasi dengan data dan evaluasi hasil sampling maupun uji laboratorium. Kaitan sifat dan karakteristik hewan uji, kata dia, juga perlu diperlu dikaji.

Baca juga: Dioksin Bakaran Sampah Plastik Mengontaminasi Telur di Jawa Timur

“Kalau kita lihat jenis hewan yang dipakai sebagai uji yaitu ayam, sebenarnya itu adalah hewan yang sensitif. Secara teori ayam bisa mati duluan sebelum racunnya masuk ke telur. Meskipun bisa saja ada teori akumulasi,” ucap Profesor Mochamad Lazuardi, Ahli Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Karliansyah.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Karliansyah. Foto: www.greeners.co/Dewi Purningsih

Dari aspek lingkungan, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Karliansyah menuturkan ada tiga penyebab kemungkinan telur ayam terkontaminasi. Pertama retak, kedua direndam di air yang terkontaminasi dioksin, dan ketiga kualitas udara di desa tersebut buruk. Namun, sesuai hasil pengecekan di lapangan ketiga kemungkinan tersebut tidak ditemukan.

“Kami akan melakukan analisa juga pada air permukaan dan tanah. Kalau dari udara kemarin bagus hasilnya dan tidak ada yang terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Namun, ada laporan enam penduduk yang merasakan ngilu. Jadi, itu perlu kita dalami lagi,” kata Karliansyah.

Baca juga: Menteri LHK: Kita Akan Lakukan Re-ekspor Untuk Impor Sampah Plastik Ilegal

Pakar lingkungan Universitas Indonesia Dr. Setyo Sarwanto Moersidik mengatakan sejak 1980 masyarakat di Jawa Timur sudah memulai bisnis sampah dan menjadi bagian dari rantai ekonomi. Menurutnya pelarangan bisnis sampah akan berdampak bagi perekonomian masyarakat di sana.

“Jalan alternatifnya, masyarakat harus memulai kembali menggunakan tungku kayu bakar. Pemerintah bisa membantu menyumbangkan tungku berbahan gas dan pemda yang harus mengayomi masyarakatnya,” kata Moersidik.

Penelitian kimia dioksin dan lingkungan awal dipimpin oleh Dr. Setyo Gunawan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kemudian akan dilanjutkan oleh Dr. Setyo Sarwanto Moersidik dari Universitas Indonesia dan tim. Sampling penelitian hanya melibatkan Desa Tropodo. Desa tersebut dinilai sebagai kawasan utama dengan jumlah dusun dan industri rumah tangga (IRT) terbanyak dibandingkan Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pengujian akan memeriksa enam sampai delapan butir telur.

Penulis: Dewi Purningsih

Editor: Devi Anggar Oktaviani

Top