Petugas Apresiasi Warga Sukaluyu yang Konsisten Pilah Sampah

Reading time: 3 menit
warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani
warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Bandung (Greeners) – Para petugas sampah di Kawasan Bebas Sampah (KBS) RW 09 Kelurahan Sukaluyu, Kota Bandung, mengapresiasi konsistensi warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Mereka merasakan banyak perubahan baik saat mengangkut sampah terpilah.

“Konsistensi warga Sukaluyu dalam memilah sampah telah memberikan manfaat positif, kemudahan, dan keamanan bagi para petugas sampah,” ungkap Tatang Suhardiman, salah satu petugas sampah di RW 09.

BACA JUGA: Blibli Cinta Bumi Ajak Pengunjung Festival Musik Pilah Sampah

Sejak tahun 2015, RW 09 di Sukaluyu terpilih menjadi salah satu wilayah KBS. Warga RW 09 ini menjadi salah satu kawasan yang masih konsisten memilah sampah. Faktanya, sebanyak 88% warga di wilayah RW sudah memilah sampah organik, daur ulang, dan residu di rumah masing-masing.

warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Ada Manfaat Ekonomi dari Pemilahan Sampah

Tatang Suhardiman yang akrab disapa Mang Ajang sudah sudah lebih dari delapan tahun bekerja sebagai petugas sampah di RW 09. Sejak ada pemilahan sampah di tingkat RW, ia mengalami perubahan yang lebih baik dalam mengangkut sampah warga.

“Sebelum adanya pemilahan, bau banget. Saya juga jadinya harus ganti baju. Kalau sekarang mah enak lebih bersih, mudah, enggak bau. Saya habis angkut sampah enggak perlu ganti baju lagi karena enggak bau,” ungkap Mang Ajang di sela-sela kegiatannya mengangkut sampah di Kelurahan Sukaluyu, Bandung, Sabtu (16/9).

BACA JUGA: Petunjuk Pemilahan Sampah di Fasilitas Publik Harus Mudah Dipahami

Selain terbebas dari bau sampah yang menyengat, Mang Ajang juga menuai manfaat peningkatan ekonomi dari hasil sampah daur ulang warga. Misalnya, ia menjual kembali sampah daur ulang kepada pengepul.

Nah, lumayan dari penjualan sampah yang daur ulang ini bisa dapat Rp40 ribu sampai Rp50 ribu sehari,” tambah Mang Ajang.

Ketua KBS RW 09 Kelurahan Sukaluyu, Iwan Poernawan menambahkan, pemilahan sampah bisa menghindarkan dampak negatif sampah untuk petugas angkut sampah.

“Pemilahan juga bisa memberikan keselamatan untuk petugas sampah. Pernah ada beberapa kasus yang sebelumnya pernah terjadi. Seperti petugas sampah di sana menginjak tusuk satai sampai meninggal dunia,” ucap Iwan.

warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Petugas Sampah Terhindar dari Penyakit

Selaras dengan Iwan, Koordinator Manajer Kota Zero Waste Cities Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), Ratna Ayu Wulandari mengatakan petugas sampah sudah jarang terserang penyakit. Menurut fasilitator program KBS di RW 09 ini, dulu Mang Ajang kerap sakit-sakitan saat mengangkut sampah yang belum terpilah.

“Setelah kami menjalankan aturan pengumpulan terpilah, malah enggak pernah sakit,” tutur Ayu.

Ayu lantas menceritakan pengalaman pahit petugas sampah yang lain, Udin. Ia mengalami penyumbatan darah di otak. Berdasarkan pemeriksaan dokter, penyebabnya adalah paparan zat-zat dari sampah yang sudah tercampur.

Sampah Tercampur Tidak Diangkut

Dedikasi Mang Ajang sebagai seorang ayah dua anak ini telah menjadi garis terdepan untuk mewujudkan keberhasilan KBS RW 09 di Sukaluyu. Dari konsistensinya, Mang Ajang pun tidak mau mengangkut sampah warga yang masih tercampur.

“Kalau sampahnya tercampur, ya, enggak saya ambil. Biarin aja,” kata Mang Ajang.

Ia mulai bekerja pukul setengah enam pagi hingga pukul tiga sore. Mang Ajang tidak sendirian dalam mengangkut sampah. Ada dua petugas sampah lainnya yang bekerja untuk mengangkut sampah di RW 09.

warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Warga Sukaluyu dalam memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Wilayah kerja mereka bertiga pun berbeda-beda. Bersama gerobak sampah dengan tiga wadah terpisah, Mang Ajang bertugas berkeliling mengangkut sampah di RT 01, 02, 03, dan 07. Pengangkutan ini sebanyak tiga kali dalam satu minggu.

Usai mengangkut sampah, pria kelahiran 1979 ini langsung melanjutkan ke tahap pengelolaan sampah selanjutnya. Ia membuat kompos sampah organik di kawasan Taman Lansia RW 09. Kemudian, mengumpulkan sampah daur ulang tersebut ke gudang kecil. Sampah tersebut selanjutnya dijual kepada para pengepul. Sisa sampah residu pun akan dibawa ke TPA dengan truk sampah.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top