Riau, Jambi dan Sumut Dua Kali Kemarau, Waspada Karhutla

Reading time: 2 menit
Waspadai potensi karhutla di Riau, Jambi dan Sumatra Utara. Foto: Ilustrasi Greeners

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi daerah Riau, Jambi serta Sumatra Utara (Sumut) alami dua kali musim kemarau. Imbasnya, tiga wilayah tersebut sangat rentan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, tiga wilayah yaitu Riau, Jambi dan Sumut merupakan tiga wilayah yang memasuki musim kemarau lebih awal daripada wilayah lain, yakni pada Februari 2023.

“Februari nanti kemarau terjadi di Riau, sebagian Jambi, sebagian Sumatra Utara. Ini lazim terjadi di daerah tersebut, dua kali mengalami musim kemarau. Artinya lebih kering dari wilayah lainnya,” kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (27/1).

Ia menyatakan, tiga wilayah tersebut harus meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman karhutla. Dwikorita mengungkap, setelah musim kemarau pada bulan Februari, tiga wilayah tersebut akan mengalami musim hujan pada Maret dan April 2023 sama dengan wilayah lain di Indonesia.

Menurut prediksi BMKG, potensi ancaman karhutla akan semakin tinggi pada April-Mei 2023, terutama untuk daerah-daerah yang memiliki kawasan hutan dan lahan gambut.

Kemarau Lebih Kering

Ia juga menuturkan, kondisi kemarau tahun ini lebih kering daripada tiga tahun terakhir. Ini menyebabkan potensi terjadinya karhutla semakin mudah terjadi.

“Kalau tiga tahun terakhir ini saat musim kemarau masih sering terjadi hujan, maka di tahun ini, intensitas hujan akan jauh menurun,” kata dia.

Ia pun meminta agar daerah-daerah yang masuk dalam kategori rawan karhutla seperti Sumatra dan Kalimantan agar meningkatkan kewaspadaan.

Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menyatakan, perbedaan musim kering pada tiga wilayah tersebut sebagai akibat pergerakan semu matahari dari selatan ke utara, lalu kembali lagi ke selatan.

“Pola hujan wilayah-wilayah tersebut, termasuk Riau mempunyai dua pola. Artinya ada musim kemarau yang lebih pendek di bulan Februari-Maret, lalu naik kembali dan turun sekitar Mei menyamai tempat-tempat yang lain,” ungkap Dodo.

Berdasarkan hasil monitoring BMKG, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan intensitas La Nina yang terus melemah. Indeks per Januari 2023 dasarian pertama sebesar -0,80 dan pada dasarian kedua adalah sebesar -0.65.

Curah hujan tahun 2023 bakal turun. Waspadai potensi karhutla. Foto: Freepik

La Nina Semakin Melemah

Kondisi La Nina ini diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju kondisi ENSO (El Nino-Southern Oscillation) Netral pada Februari–Maret 2023. Kondisi ENSO Netral akan terus bertahan hingga pertengahan tahun 2023.

Untuk semester kedua tahun 2023 mendatang, terdapat peluang sekitar 40-50 % kondisi ENSO Netral akan bertahan hingga akhir tahun.

Di sisi lain, juga terdapat peluang yang relatif sama bahwa kondisi ENSO Netral akan berkembang menjadi El Nino lemah terutama setelah periode Juni, Juli dan Agustus 2023.

Berdasarkan catatan sejarah masa lalu, El Nino kategori lemah yang terjadi setelah pertengahan tahun umumnya berlangsung dengan durasi yang pendek.

Hingga enam bulan ke depan, BMKG memprediksi bahwa curah hujan bulanan kategori normal. Meskipun, secara volume curah hujan bulanan tahun 2023 ini relatif menurun daripada curah hujan bulanan selama tiga tahun terakhir.

Penulis: Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top