Siaga Potensi Gempa Bumi dari 295 Sesar Aktif di Indonesia

Reading time: 3 menit
Bangunan tahan gempa menjadi kunci mitigasi bencana gempa bumi. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Sebagai negara yang terletak di cincin api Pasifik atau ring of fire, Indonesia memiliki banyak sesar aktif yang tersebar di sejumlah wilayah. Kondisi ini harus Indonesia waspadai, sebab potensi sesar aktif dapat pemicu gempa bumi.

Hingga saat ini diketahui ada 295 sesar aktif di Indonesia. Sebanyak 45 kali gempa bumi mematikan di Indonesia penyebabnya adalah sesar aktif.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyatakan, ada sebanyak 13 zona megathrust dan 295 sesar aktif yang harus diwaspadai.

“Sebenarnya gempa yang bersumber dari sesar aktif tidak kalah potensinya dibanding dengan zona penunjaman. Saat ini sudah ada 45 kali gempa mematikan dipicu sesar aktif,” katanya kepada Greeners, Minggu (11/12).

Patahan atau biasa disebut sesar aktif merupakan patahan lapisan kulit bumi atau kerak bumi yang mengalami pergerakan atau pergeseran. Sesar ini menjadi pemicu guncangan atau gempa bumi bila bergerak cepat dan melepas energi.

Daryono menyatakan, 45 kejadian gempa mematikan tersebut tercatat BMKG mulai tahun 1674 hingga 21 November 2022 di Indonesia.

Terbaru, sesar aktif memicu gempa bumi di Cianjur berkekuatan magnitudo 5,6 dengan pusat gempa di darat kedalaman 10 kilometer. BMKG memastikan bahwa pemicu gempa Cianjur yaitu sesar Cugenang.

Ancaman Sesar Aktif Sangat Tinggi

Senada dengan itu, Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mudrik Rahmawan Daryono menyatakan, ancaman sesar aktif sangat tinggi. Utamanya hampir di seluruh kawasan Pulau Jawa sehingga memicu gempa besar.

“Terlebih di Jawa dengan jumlah permukiman yang padat. Ancaman ini harus kita waspadai,” kata dia.

Ia juga menyebut, bahwa kejadian gempa bumi memiliki pola dan periode ulang yang sama. Misalnya, gempa bumi yang terjadi di Cianjur telah terjadi sejak 1842 dengan sumber dan lokasi yang sama. “Kalau kita tarik maka memiliki periode ulang 180 tahun,” imbuhnya.

Mudrik menambahkan, setelah periode perulangan maka sesar lepas energi dan akan memulai fasenya lagi dari nol. Yakni dari fase menghimpun energi selama 180 tahun. Kemudian, juga ditransfer pada daerah kanan dan kirinya.

Penyelidik Bumi Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Supartoyo mengungkapkan, persebaran sesar aktif tersebar dari Sabang hingga Merauke harus menjadi perhatian.

Sesar aktif di wilayah Sumatra, misalnya zona sesar Sumatra, zona subduksi Sumatra Megathrust melewati kawasan padat penduduk. “Kita masih ingat gempa megathrust akibat sesar ini menimbulkan gempa Aceh pada tahun 2004 lalu dengan magnitudo 9,5,” kata Supartoyo.

Sementara sesar aktif di Jawa, misalnya Sesar Lembang, lalu Sesar Opak sempat memicu gempa di Yogyakarta pada tahun 2006. Selanjutnya, sesar aktif juga ada di wilayah Sulawesi yaitu sebanyak 48, dan Maluku serta Papua sebanyak 79 sesar aktif.

Supartoyo merekomendasikan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap gempa-gempa karena sesar aktif. Pemerintah daerah juga harus segera tanggap dengan memastikan mitigasi kebencanaan gempa bumi.

“Pemda harus aktif, bahkan kami mendorong agar mitigasi kebencanaan ini menjadi regulasi. Misalnya di kawasan rentan seperti Cianjur. Pemda harus memastikan pembangunan permukiman di kawasan gempa,” ungkapnya.

Ia juga meminta agar pemerintah daerah aktif melakukan sosialisasi dan simulasi gempa bumi agar masyarakat tetap waspada.

Gempa rusak infrastruktur jalan. Foto: Freepik

Fenomena Gempa Bumi

Sementara itu, gempa mengguncang beberapa wilayah Pulau Jawa seperti Cianjur, Garut, Sukabumi dan Probolinggo akhir-akhir ini. Supartoyo menyatakan, sumber gempa di daerah-daerah tersebut berbeda dan tak ada saling keterkaitan.

Gempa di Cianjur dan Garut misalnya pemicunya adalah sesar aktif. Sementara gempa yang terjadi di Garut dan Probolinggo sebabnya adalah zona penujaman.

Namun, secara umum gempa yang terjadi belakangan ini pemicunya adalah gerakan tektonik yang muncul bersamaan. “Kemungkinan ini merupakan saatnya melepas energi dan zona intraslab sedang aktif. Jadi itulah kenapa sekarang lebih aktif,” ungkapnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top