Taman Nasional Gunung Rinjani Terapkan Sistem Baru Bagi Pendaki Pada 2017

Reading time: 2 menit
sistem baru bagi pendaki
Foto: greeners.co/Syaiful Rochman

Jakarta (Greeners) – Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani (BBTNGR) akan menerapkan sistem baru bagi pendaki pada tahun 2017. Sistem baru ini, dikatakan oleh Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani, Agus Budi Santosa, akan bernama sistem deposit sampah. Sistem ini akan mewajibkan para pendaki menaruh uang jaminan sekitar Rp 150.000 dan mendapatkan reuse trash bag dari bahan terpal bolak-balik yang bisa dipakai berulang kali. Setelah pendaki turun gunung, reuse bag tersebut dikembalikan dengan isi sampahnya.

Selain itu, ada pula program take in dan take out. Setiap barang yang berpotensi menghasilkan sampah, akan dibuat daftar dan diisi oleh pendaki. Saat pendaki tersebut turun, akan dicocokkan kembali barang yang ada dalam daftar tersebut. Jika sesuai, uang jaminan akan dikembalikan secara utuh.

“Kalau tidak sesuai, ya, uangnya hangus dan bahkan pendaki itu akan dapat denda juga. Rencananya, sistem ini akan dimulai per 1 April 2017 karena mulai Januari hingga Maret 2017 jalur pendakian akan ditutup. Selama penutupan ini kita akan godok teknisnya akan seperti apa,” jelasnya kepada Greeners di Jakarta, Selasa (13/12).

BACA JUGA: Gunung Rinjani Bersiap Menjadi Geopark Dunia

Nantinya, jika selama tiga kali pendaki tidak mengindahkan sistem tersebut dan tidak berpartisipasi dalam program itu, maka akan masuk dalam daftar black list atau daftar hitam di sistem registrasi Gunung Rinjani. Tahun 2017 juga akan diberlakukan sistem pendaftaran online yang menggunakan kode identitas yang memungkinkan data dari pendaki masuk dalam sistem penyimpanan data milik TNGR.

“Kalau sudah diblack list, nama pendaki itu tidak akan boleh masuk lagi ke Gunung Rinjani lagi,” kata Agus.

Terkait sistem keamanan pendaki, BBTNGR akan menerapkan sistem tracker finder system yang akan digunakan untuk keselamatan pendaki dan menambah jumlah kamera pengawas. Menurut Agus, dengan tracker finder system, lokasi pendaki bisa diketahui berada di mana. Saat sudah diketahui, kamera pengawas akan mencari gambar lokasi pendaki tersebut sesuai dengan titik koordinatnya. Sistem ini akan sangat mempermudah proses pencarian jika ada pendaki yang hilang sehingga tim rescuer (penyelamat) bisa dikirim sesuai medan yang ditempuh.

BACA JUGA: Masalah Sampah di Gunung, Penikmat Alam Belum Peduli

Lebih lanjut Agus menjelaskan, sistem ini akan menggunakan anggaran dari TNGR. Namun untuk pelaksanaan ujicoba akan melibatkan banyak pihak seperti guide, porter, tracking organizer, Pemerintah Daerah serta TNI dan Polri. Untuk penambahan kamera pengawas, ia mengakui bahwa kamera tersebut adalah miliki Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPERA). Taman Nasional hanya menggunakan fasilitas tersebut.

“Jadi (kamera) yang sudah terpasang di lapangan itu dua. (Kamera) Dalam proses pasang ada dua, dari Kementerian Pariwisata dan dari Sekjen Pusat Data dan Informasi. Tahun depan Taman Nasional dapat anggaran akan pasang dua. Jadi enam totalnya. Kalau terpasang enam kamera pengawas, maka 91 persen kawasan Taman Nasional akan terpantau,” kata Agus.

Cara kerja tracker finder system sendiri akan menggunakan jaringan back bone data yang sudah terpasang melintasi Taman Nasional Gunung Rinjani yang dibangun oleh Kementerian PUPERA dengan alokasi bandwith sebesar 100 megabite per detik. Sistem ini yang akan digunakan untuk memantau titik koordinat pendaki dengan menggunakan jaringan intranet.

“Semoga sistemnya jalan dan jadi percontohan untuk Taman Nasional yang lain,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top