Jakarta (Greeners) – Taman Nasional Gunung Rinjani berkomitmen untuk menerapkan pendakian bebas sampah, atau ‘Zero Waste Trekking’, dengan mendorong para pendaki membawa perbekalan pakai wadah guna ulang untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Komitmen ini telah disepakati melalui ‘Deklarasi Rinjani Bebas Sampah’ dan akan mulai diterapkan pada tahun 2025.
Salah satu komitmen dari Deklarasi Bebas Sampah adalah TN Gunung Rinjani akan mendukung konsep zero waste yang sejati, dengan menegaskan bahwa zero waste bukan berarti menghilangkan sampah dengan cara dibakar yang dapat merusak lingkungan. Sebaliknya, komitmen ini akan fokus pada pencegahan timbulnya sampah sejak awal melalui perencanaan perjalanan yang matang dan peduli lingkungan.
Sejak tahun 2017, TN Gunung Rinjani memiliki master plan pengelolaan sampah dan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat. Hal itu untuk mengurangi potensi timbulan sampah di kawasan Gunung Rinjani. Saat ini, pengelola akan memperkuat komitmen itu dengan uji coba sistem zero waste dalam pendakian, termasuk mendorong penggunaan wadah guna ulang seperti wadah makanan dan tumbler.
BACA JUGA: Pendakian Gunung Bisa Perempuan Taklukkan dengan Cara Ini!
Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Madya Balai TN Gunung Rinjani, Muhammad Faisyal MY berharap sistem zero waste ini dapat mengurangi sampah kemasan melalui konsep guna ulang.
“Konsep ini masih dalam proses sosialisasi dan uji coba di jalur yang tidak terlalu ramai. Di bulan November-Desember, kami berharap dapat mengimplementasikan sistem ini di Sembalun. Sehingga, pada tahun depan, bisa melaksanakannya secara lebih masif,” ujar Faisyal lewat sambungan telepon kepada Greeners pada Senin (9/9).
Untuk mencapai rencana tersebut, TN Gunung Rinjani juga sedang menyusun SOP pelayanan tamu bagi Trekking Organizer. Mulai dari penerimaan pesanan hingga penanganan sampah dan packing barang bawaan pendaki.
Aturan Ketat untuk Mengurangi Sampah
TN Gunung Rinjani memiliki visi untuk mewujudkan pendakian kelas dunia yang berkelanjutan. Untuk mencapainya, pengelola juga akan terus memastikan tidak ada sampah yang menumpuk di kawasan Gunung Rinjani.
Faisyal menjelaskan bahwa setiap pendaki wajib mengikuti prosedur yang ada. Mereka harus melakukan registrasi jauh sebelum pendakian, termasuk mencantumkan barang-barang yang berpotensi menjadi sampah dalam aplikasi.
Saat tiba di lokasi, ada pengecekan ulang dan verifikasi terhadap barang bawaan yang berpotensi menghasilkan sampah. Setelah pendaki selesai melakukan pendakian, barang bawaan yang telah menjadi sampah harus dibawa turun dan dikeluarkan sebelum pendaki bisa melakukan check-out.
Pengelola juga melakukan pemantauan ketat terhadap pendaki yang tidak mematuhi aturan ini. Salah satunya blacklisting pendaki yang tidak membawa sampah turun. Sebab, hal itu termasuk ke dalam pelanggaran yang berat.
“Beberapa tahun lalu, terdapat kasus pendaki kami blacklist karena tidak membawa sampah turun. Kami juga memantau pendaki yang tidak melaporkan kepulangan yang menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak membawa sampah turun,” ungkap Faisyal.
Tumpukan Sampah Berkurang
Berdasarkan hasil kegiatan pembersihan oleh TN Gunung Rinjani bersama Forum Wisata Lingkar Rinjani pada Oktober 2023, total sampah yang terkumpul mencapai 130 kg. Sampah tersebut berasal dari jalur wisata pendakian Sembalun dan jalur wisata pendakian Torean.
Faisyal menambahkan, aturan ketat bagi para pendaki untuk meminimalisasi sampah berdampak pada pengurangan sampah di gunung. Berdasarkan tren data sampah TN Gunung Rinjani, jumlah sampah yang diambil turun (takeout) lebih banyak dibandingkan dengan sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembersihan (cleanup) di gunung.
“Artinya, sudah semakin banyak pendaki yang taat aturan dengan membawa sampahnya turun,” imbuh Faisyal.
BACA JUGA: Pendaki Mesti Ubah Pola Pikir Soal Sampah
Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Rahman Mukhlis, juga mengungkapkan bahwa komitmen untuk mendorong zero waste dengan membawa wadah guna ulang merupakan langkah awal yang penting untuk membangun kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam mengurangi timbulan sampah.
“Ini bisa lebih efektif untuk mengurangi sampah. Apalagi dengan adanya penguatan regulasi dan ketegasan di lapangan,” ujarnya.
Rahman menambahkan bahwa sosialisasi dan edukasi yang menyeluruh serta kolaborasi dan konsistensi dalam penerapan konsep zero waste sangat penting.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia