Jakarta (Greeners) – Peringatan hari sejuta pohon internasional mengingatkan dunia pentingnya keberadaan pohon untuk menopang keberlangsungan ekosistem. Peringatan hari satu juta pohon sedunia setiap 10 Januari. Indonesia sendiri mempunyai peringatan khusus penanaman pohon setiap 28 November.
Pengamat biodiversitas dari Universitas Nasional Tatang Mitra Setiawan menilai, gerakan satu juta pohon di Indonesia belum ada evaluasinya. Terutama berapa persen pohon yang hidup dan bagaimana pemanfaatannya.
Ia mengatakan, gerakan penanaman pohon ke depannya bisa menyesuaikan dengan kebutuhan ekosistem lokal. “Hal ini untuk meningkatkan biodiversitas lokal atau keperluan lokal. Misalnya kalau di lingkungan sekolah untuk fungsi edukasi terkait biodiversitas,” katanya kepada Greeners di Jakarta, Senin (10/1).
Tatang menjelaskan, di bumi ini, pohon berfungsi sebagai bagian dari penopang kehidupan dari setiap ekosistem. Pohon berperan sebagai penghasil oksigen dan penyerap Karbon dioksida (CO2), penyerap debu dan bebauan, sebagai habitat satwa.
Tak hanya itu, pohon juga berfungsi sebagai penyedian pakan. Jika manusia kaitkan dengan kehidupan tentunya juga bermanfaat sebagai penyedia sandang pangan dan papan, mengatur perubahan iklim, penyejuk kejiwaan, nilai estetika, nilai pendidikan dan lainnya.
“Sehingga jika kita melakukan program penanaman kembali sebaiknya mempertimbangkan fungsi-fungsi tadi dan ada keragaman jenis yang ditanam,” ungkapnya.
Terkait program penanaman pohon yang selama ini Indonesia lakukan, Tatang mengaku belum mengamatinya sehingga perlu data dan analisis lebih lanjut.
Tanam Pohon Juga Ikut Berkontribusi Dalam Pemulihan DAS
Direktur Konservasi Tanah dan Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Zainal Arifin mengatakan, berbagai faktor menjadi penyebab kerusakan daerah aliran sungai (DAS). Salah satunya berkurangnya daya dukung dan tampung lingkungan karena populasi dan aktivitas buruk manusia.
Oleh sebab itu, KLHK memiliki program pemulihan ekosistem DAS melalui rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Kegiatan penanaman rehabilitasi DAS tersebut sebagai pemenuhan kewajiban pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH). Salah satunya penanaman di hutan lindung gambut Sei Londerang oleh pemegang PPKH di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi).
Selain penananam langsung, KLHK juga melakukan pembibitan untuk kegiatan RHL yang produksinya pada tahun 2021 mencapai bibit persemaian 38,8 juta batang, bibit produktif 2,5 juta batang, kebun bibit rakyat 31,1 juta batang dan kebun bibit desa 4,4 juta batang.
“Menanam pohon tidak melulu berbicara jumlah pohon tetapi bagaimana mengelola masyarakat, sehingga perlu perhatikan gerakan economically feasible (layak ekonomi), socialy acceptable (diterima masyarakat) dan environmentally sustainable (lingkungan lestari),” kata Zainal kepada Greeners.
Untuk itu maka perlu kombinasi dan pemilihan jenis sehingga ada kesesuaian lahan dengan keinginan atau kebutuhan masyarakat. Harapannya melalui kegiatan penanaman pohon untuk memulihkan DAS mendapatkan outcome. Di antaranya berupa menjaga menara air alami, tata air, konservasi tanah, meningkatkan produktivitas, pemberdayaan peran masyarakat, destinasi wisata, ketahanan pangan, peningkatan ekonomi nasional, mitigasi bencana dan penyerapan karbon.
Selain itu tambahnya, penentuan lokasi juga harus memerhatikan tutupan lahan, kekritisan lahan, tingkat kerawanan bencana dan gangguan kebakaran. Dengan begitu masyarakat bisa langsung menerima manfaat lingkungan dan peningkatan produktivitas.
“Guna mencapai keberhasilan maka kegiatan harus dilakukan oleh semua pihak. Sehingga perlu mendorong adanya gerakan massal agar setiap individu cinta pohon dan cinta menanam pohon sebagai upaya perbaikan DAS secara keseluruhan,” tandasnya.
Penulis : Ari Rikin