Semut peluru tropis (Paraponera clavata) merupakan salah satu spesies semut dari famili Formicidae yang kerap dapat cap berbahaya.
Semut ini berkerabat dekat dengan semut Dinoponera australis, Dinoponera grandis dan Dinoponera gigantea. Keluarga semut ini memiliki ukuran tubuh yang besar. Sengatan semut peluru dikenal sangat menyakitkan dan berpotensi menimbulkan gejala seperti demam, gemetar, aritmia jantung, dan keringat dingin yang dapat bertahan hingga 24 jam.
Sengatan semut peluru terkenal yang paling menyakitkan, kerap disandingkan seperti rasa sakit saat tertembak peluru. Semut hitam besar, semut conga, semut pemburu raksasa, dan semut 24 jam menjadi julukan bagi semut ini.
Morfologi dan Ciri-ciri Umum
Tubuhnya tergolong besar jika kita bandingkan dengan semut-semut pada umumnya, berkisar antara 1,8 cm sampai 3 cm dengan bobot tubuh mencapai 60 mg. Tubuhnya berwarna hitam kemerahan dengan kelenjar mandibula di kepalanya.
Morfologi kelenjar mandibula bervariasi bergantung pada kasta sosial dalam koloninya. Kelenjar mandibula pada semut peluru berkaitan dengan produksi feromon dan komunikasi sesamanya.
Semut peluru menyuntikkan racunnya melalui alat racun yang terdiri dari kelenjar yang terhubung dengan sengat di perutnya. Organ ini juga berguna untuk menangkap mangsa dan perlindungan diri dari predator. Selain itu, semut peluru memiliki racun neurotoksin yang dapat memblokir transmisi pada sistem saraf pusat serangga.
Sebuah penelitian menunjukkan, racun semut peluru mengandung protein yang kompleks dan berpotensi untuk sebagai insektisida. Pada otot rangka katak, racun semut peluru dapat menyebabkan kelumpuhan dan mengubah aktivitas saluran ion natrium katak.
Habitat dan Distribusi
Semut peluru tersebar di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, tepatnya di wilayah hutan hujan neotropis basah. Semut peluru biasa hidup secara berkelompok (koloni) di bawah pohon ataupun pada celah-celah batang pohon.
Menurut penelitian dengan pemodelan, semut ini lebih sensitif terhadap faktor abiotik (suhu, curah hujan, dan tanah) daripada faktor biotik (tipe vegetasi) dalam distribusinya.
Perilaku Semut Peluru Tropis
Semut peluru termasuk kategori hewan karnivora atau pemakan daging. Mereka biasa memangsa serangga dan hewan yang berukuran lebih besar darinya seperti burung dan mamalia kecil.
Meski umumnya tidak bersifat agresif, tetapi mereka sering bertarung dengan koloni semut peluru lainnya untuk memperebutkan makanan. Di habitat aslinya, semut peluru juga memiliki parasit alami yang selalu mengincarnya.
Lalat phorid (Apocephalus paraponerae) adalah salah satu parasit yang selalu mengincar semut peluru. Lalat phorid tertarik pada feromon yang muncul dari luka pada semut (hasil perkelahian antar koloni).
Begitu mereka menemukan semut yang terluka, lalat phorid akan langsung menaruh telurnya pada luka tersebut. Biasanya, betina lalat phorid akan bertelur hanya pada satu inang saja. Kemudian setelah dua sampai 3 hari kita bisa melihat sekitar 30 larva di atas tubuh semut peluru.
Taksonomi Semut Peluru Tropis (Paraponera clavata)
Penulis : Anisa Putri
Editor : Ari Rikin