Kaliandra Merah, Sumber Energi Alternatif dari Guatemala

Reading time: 2 menit
Kaliandra merah berpotensi menjadi sumber energi alternatif. Foto: Shutterstock

Kaliandra merah adalah spesies tumbuhan semak berbunga yang jamak publik manfaatkan sebagai tanaman hias. Flora ini sejatinya berasal dari Guatemala, Amerika Tengah, namun kini ramai dibudidayakan terutama di daerah tropis.

Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kaliandra. Di sini kita dapat menemukan setidaknya dua varietas tumbuhan tersebut, yakni kaliandra putih dan merah.

Dibandingkan saudaranya, kaliandra merah atau Calliandra calothyrsus memang terhitung lebih populer. Tanaman ini bisa beradaptasi dengan baik, sehingga lebih mudah dibiakkan.

Selain itu, kelompok kaliandra juga memiliki segudang manfaat. Tidak cuma penghias, flora ini bisa kita gunakan untuk pakan ternak, pengontrol erosi, hingga sumber energi alternatif.

Morfologi dan Ciri-Ciri Kaliandra Merah

Pertumbuhan kaliandra merah terbilang sangat cepat dengan tinggi maksimal mencapai 12 meter. Diameter batangnya rerata berkisar 20 cm, dengan warna kulit merah atau abu-abu.

Sistem perakaran terdiri atas akar tunjang dan beberapa akar halus yang berbiak sampai ke luar permukaan tanah. Ukuran daun relatif kecil, bertekstur lunak serta berwarna hijau tua.

Panjang daun tersebut mencapai 20 cm dengan lebar 15 cm. Seperti tanaman Leguminosae pada umumnya, daun-daun kaliandra merah akan melipat ke arah batang saat malam hari.

Tandan bunga berkembang dalam posisi terpusat dan bergerombol di ujung batang. Mekar dalam waktu semalam, bunga ini memiliki benang putih serta merah pada bagian ujungnya.

C. calothyrsus berbunga sepanjang tahun pada bulan Maret dan Juli. Karena memiliki sifat andromonecious, ia mampu menghasilkan bunga jantan, betina ataupun berkelamin ganda.

Habitat dan Distribusi Kaliandra Merah

Selain Guatemala, kaliandra dapat kita jumpai di Meksiko, Suriname, serta seluruh wilayah Karibia. Mereka berbiak di area tepian sungai, yang biasanya ternaungi oleh sedikit pohon.

Di Meksiko dan Amerika Tengah, tanaman ini tumbuh di daerah rendah sampai ketinggian 1.860 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan curah hujan berkisar 1.000-4.000 mm.

Suhu yang mereka kehendaki berkisar 18-22 Celsius. Tipe tanahnya bisa bermacan-macam, bahkan ada pula jenis kaliandra yang bisa berkembang pada tanah masam dengan pH 4,5.

Di Pulau Jawa, pertumbuhan kaliandra merah ditemukan pada daerah berketinggian lebih dari 250 mdpl. Ia tidak menyukai drainase yang buruk atau tanah yang selalu tergenang air.

Perlu Anda ketahui, budi daya kaliandra merah dapat dilakukan dengan menyemai bijinya. Biji tersebut berbentuk oval dengan permukaan berbintik serta berwarna hitam-cokelat.

Budi Daya dan Manfaat Kaliandra Merah

Di tempat asalnya, waktu berbiji tanaman tersebut terjadi antara bulan November dan April. Sedangkan di Indonesia, fase ini umumnya berlangsung pada bulan Juli sampai November.

Setelah disemai, biji kaliandra merah dapat diskarifikasi pada kedalaman 1-3 cm. Jika tidak, Anda bisa memindahkan bibit yang telah mencapai tinggi 20-50 cm dari tempat pembibitan.

Bibit tersebut dapat Anda tanam berbaris dengan jarak 3-4 meter. Bila akan dimanfaatkan sebagai sumber pakan, tanam bibit kaliandra dengan jarak 0,5-1 meter secara menyebar.

Penggunaan inokulasi mungkin bermanfaat pada daerah yang baru ditanami. Pertumbuhan awalnya memang lambat, tetapi cenderung lebih cepat jika tanaman mencapai usia remaja.

Menurut penelitian, kaliandra merah berpotensi besar sebagai sumber energi alternatif. Ini diperoleh dari pellet kayunya, yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar kualitas tinggi.

Taksonomi Spesies Calliandra Calothyrsus

Penulis : Yuhan al Khairi

Top