Mengkudu, Keajaiban Buah Purba

Reading time: 3 menit
Mengkudu. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Kawasan Asia Tenggara memang menjadi pusat dari beragamnya sumber daya flora. Karakteristik wilayah yang tropis dan subur menjadikan Asia Tenggara sebagai penghasil buah-buahan yang memiliki kandungan zat dan vitamin yang tinggi, salah satunya adalah mengkudu.

Mengkudu merupakan salah satu tanaman obat yang paling banyak peminatnya. Penamaan lokalnya pun bermacam-macam seperti eodu, lengkudu, bangkudu, bakudu, pamarai, mangkudu, beteu (Sumatera), kudu, cangkudu, pace, kemudu (Jawa), tibah, wungkudu, ai kombo, manakudu, bakudu (Nusa Tenggara), mangkudu, wangkudu, labanau (Kalimantan), baja, noni (Sulawesi).

Berdasarkan hasil penelitian ilmiah terbukti bahwa hampir di seluruh bagian tanaman mengkudu mengandung metabolik sekunder (senyawa bermolekul kecil) yang berguna untuk pengobatan dan kesehatan manusia. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman mengkudu diantaranya alkaloid dan antrakuinon yang berfungsi sebagai antibakteri dan anti kanker (Rukmana, 2002).

Tanaman mengkudu yang ada di Indonesia terbagi menjadi 6 jenis (Heyne, 1987) yaitu Morinda citrifolia L, Morinda eliptica, Morinda bracteaca, Morinda speciosa, Morinda linctoria, dan Morinda oleifera. Dari spesies-spesies tersebut, yang paling umum dimanfaatkan adalah M. citrifolia L atau yang dikenal sebagai mengkudu Bogor.

Menurut Buletin Plasma Nuftah (2006), sejak tahun 1998 di kawasan Jabotabek telah tumbuh sekitar 50 perusahaan pengolah buah mengkudu, baik perusahaan skala besar maupun skala rumah tangga. Bahkan di Bogor terdapat satu perusahaan pelopor produk sari buah mengkudu yang sudah sangat terkenal di seluruh Indonesia hingga di manca negara.

Mengkudu. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Mengkudu merupakan tanaman tropis dan liar. Secara morfologi dan fisiologi, mengkudu termasuk jenis tanaman yang rendah dan umumnya memiliki banyak cabang dengan ketinggian pohon sekitar 3-8 meter di atas permukaan tanah serta tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan, pinggiran sungai, dan di pekarangan.

Mengkudu dapat tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat dataran rendah sampai 1.500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 1500– 3500 mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30° C dan kelembaban 50-70% (Rukmana, 2002).

Buah mengkudu berbentuk bulat sampai lonjong, panjang 10 cm, berwarna kehijauan tetapi menjelang masak menjadi putih kekuningan (Djauhariya, 2003). Tipe mengkudu yang ukuran buahnya besar apabila sudah masak buah langsung jatuh. Sebaliknya, tipe yang buahnya berukuran kecil dan rasanya pahit setelah masak, buahnya tidak langsung jatuh masih kuat menempel di pohon.

Daun mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata dengan ukuran panjang 10-40 cm dan lebar 15-17 cm (Heyne,1987). Bunga mengkudu berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota yang menyerupai bentuk terompet.

Masyarakat telah mengonsumsi buah ajaib ini sejak dulu kala. Ada yang bilang buah mengkudu telah digunakan untuk pengobatan oleh orang Polenisia selama lebih dari 2000 tahun lalu dan dilaporkan mempunyai efek terapeutik luas seperti antibakteri, antivirus, antitumor, antelmintik, analgesik, hipotensif, anti-inflamasi dan peningkatan sistem imun (Wang dkk., 2002).

Ada juga sumber yang menyatakan bahwa, pada 100 tahun Sebelum Masehi (SM) penduduk Asia Tenggara telah memanfaatkan tanaman mengkudu sebagai obat di negeri Cina. Bagi penduduk kepulauan Hawai, mengkudu dikenal dengan istilah “noni” karena dipercaya mempunyai manfaat dan bisa mengobati berbagai penyakit, karena mengkudu merupakan tanaman yang sangat toleran.

Mengkudu memiliki nilai jual yang tinggi. Seiring berkembangnya jaman maka pengolahan tanaman mengkudu pun menjadi lebih inovatif atau ‘kekinian’. Bahan baku tanaman mengkudu diolah agar dapat dikonsumsi secara praktis oleh masyarakat luas, misal dari hasil fermentasinya dimasukkan ke dalam botol kemasan (jus dan sirup mengkudu), ada lagi yang dijadikan permen herbal, lalu dijadikan sebagai ‘kopi mengkudu’ yang terbuat dari campuran bubuk mengkudu, teh celup mengkudu, kemudian ada juga yang dijadikan sebagai selai mengkudu.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top