Pohon Cendana, Kayu Wangi Asli NTT yang Rentan Punah

Reading time: 3 menit
Foto : Shuttterstock

Dikenal sebagai Sandalwood di dunia perdagangan, Pohon Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu tumbuhan asli asal Nusantara. Mereka tergolong sebagai flora endemik karena hanya bisa kita temukan di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku Tenggara Barat.

Secara umum terdapat dua jenis cendana yang paling populer di dunia; Cendana Merah dan Putih. Cendana merah tertanam di daerah Funan dan India, sedang varietas putih berasal dari Indonesia.

Meski tumbuh subur di sekitar Pulau Flores, Alor, Sumba, Solor, Adonara, Lomblen, Timor, Rote hingga Sabu, nyatanya pohon cendana putih sudah bisa kita jumpai di Pulau Jawa dan Sumatera.

Namun berkat karakteristiknya yang sukar dibiakkan, tumbuhan penghasil kayu berkualitas ini ahli nilai semakin langka. Hal tersebut diperparah dengan aktivitas eksploitasi cendana di habitatnya.

Habitat dan Karakteristik Pohon Cendana

Pohon cendana dapat tumbuh secara optimal pada kawasan bercurah hujan 850 – 1.350 mm per tahun. Mereka hidup di area bermusim kering lama, dengan periode musim hujan yang pendek.

Spesies Santalum album L. sendiri tidak menyukai daerah yang tergenang air. Mereka memerlukan asupan sinar matahari cukup, serta tumbuh di area yang terbuka sekitar kawasan pinggiran hutan.

Sehingga jangan heran jika cendana tumbuh subur di lahan yang cenderung kering. Asal drainasenya baik, mereka dapat berbiak pada tanah bertekstur lempung dari bahan induk batu gamping.

Pada tanah dangkal, berbatu-batu dan kurang subur, pohon cendana masih dapat tumbuh bahkan menghasilkan kayu berkualitas. Karena itu, kayu cendana tergolong istimewa serta berharga mahal.

Perlu diketahui dari 29 spesies Santalaceae di dunia, tercatat hanya ada 8 varietas yang sering publik manfaatkan. Kedelapan varietas ini dieksploitasi untuk diambil minyak serta dijadikan kayu olahan.

Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Cendana

Salah satu ciri pohon cendana dapat kita lihat dari kebiasaannya dalam menggugurkan daun. Mereka tumbuh hingga ketinggian 20 m, memiliki diameter berkisar 40 cm dengan tajuk ramping dan lebar.

Akar pohon ini tidak berbanir, batangnya tampak bulat serta berlekuk-lekuk. Daun cendana sendiri tergolong daun tunggal, ukurannya berkisar 4 – 8 cm x 2 – 4 cm dengan dominasi warna hijau.

Bentuknya bulat seperti pasak, dengan pinggiran daun bergelombang serta tangkai berwarna kekuningan sepanjang 1 – 1,5 cm. Bagian daun ini tidaklah rimbun, bahkan cenderung agak jarang.

Bunga pohon cendana berbentuk seperti payung menggarpu atau malai, dengan hiasan bunga seperti tabung dan berbentuk lonceng sepanjang kurang lebih 1 mm.

Mulanya, bagian tersebut akan tampak bercorak kekuningan, lalu warna berubah menjadi merah gelap kecoklat-coklatan saat mulai dewasa. Buah cendana memiliki ukuran diameter 1 x 0,75 cm.

Buah ini bentuk batu (drupe), jorong, kecil, berwarna merah kehitam-hitaman, mempunyai lapisan eksokarp, mesokarp berdaging, endokarp keras dengan ciri khas garis dari ujung ke pangkalnya.

Saat sudah matang daging buah berubah menjadi kehitaman. Periode berbuahnya dimulai saat usia pohon mencapai lima tahun, lalu mereka berbuah dan berbunga sebanyak dua kali tiap tahunnya.

Kandungan Zat dan Manfaat Pohon Cendana

Pohon cendana sejatinya sudah masyarakat manfaatkan sejak 400 tahun silam. Para pemeluk agama Hindu dan Buddha bahkan menggunakan serbuk kayu ini sebagai bahan baku pembuat dupa.

Bagi masyarakat Bali, kayu cendana diolah menjadi bahan baku pembuatan bangunan suci, arca dan cinderamata. Agar tahu lebih banyak potensi tanaman ini, berikut Greeners rangkum untuk Anda.

  1. Penghasil Minyak Atsiri
    Menurut penelitian, kayu akar cendana mengandung minyak atsiri sebesar 10%. Pada bagian kayu batang, kandungan minyak tersebut disinyalir sebesar 4 – 8 %, sedang rantingnya berkisar 2 – 4%.
    Berkat aromanya yang semerbak, minyak atsiri dikenal luas sebagai bahan campuran parfum. Ia juga bermanfaat sebagai essential oil yang mampu meredakan stres, sakit kepala hingga peradangan.
  2. Dijadikan Furnitur Ruangan
    Berkat karakterisitiknya yang kokoh dan halus, kayu cendana bisa kita manfaatkan sebagai bahan baku pembuat mebel. Sebab sangat wangi, kayu ini juga tergolong sebagai furnitur yang mewah.
  3. Penting bagi Ritual Keagamaan
    Seperti yang telah disebutkan, jenis kayu pohon cendana cukup penting bagi masyarakat Hindu dan Buddha. Konon, di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri raja sejak abad ke-9.

Melansir IUCN, status Santalum album L. di Tanah Air diketahui termasuk dalam kategori vulnerable (rentan punah). Hal ini disebabkan oleh eksploitasi kayu secara besar-besaran sejak tahun 1980-an.

Selain itu, menurunnya populasi cendana juga disebabkan oleh kebakaran dan penggembalaan ternak. Upaya pelestarian sendiri masih terus digalakkan dengan cara reboisasi di beberapa daerah.

Referensi:

Top