Kima, Kerang Berukuran Gigantis

Reading time: 3 menit
kerang kima
Large Giant Clam (Tridacna maxima). Foto: wikimedia commons

Pada bulan April 2018 lalu publik sempat dihebohkan oleh tayangan di televisi nasional bergenre petualangan. Dalam acara tersebut dua orang host memasak dan menyantap kerang spesies kima (giant clams). Disebut giant clams atau kerang raksasa dikarenakan ukuran cangkangnya sangat besar dan berat.

Kima menjadi salah satu hewan laut yang dilindungi di Indonesia. Dilansir pada laman bpsplpadang.kkp.go.id, hewan bercangkang ini telah dilindungi sejak tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan dan Jenis Tumbuhan dan Satwa menetapkan tujuh jenis kima yang hidup di Indonesia ke dalam kategori satwa dilindungi.

Ketujuh kima yang dilindungi tersebut yaitu kima tapak kuda/kuku beruang (Hippopus hippopus), kima Cina (Hippopus porcellanus), kima kunia (Tridacna crocea), kima selatan (Tridacna derasa), kima raksasa (Tridacna gigas), kima kecil (Tridacna maxima), dan kima sisik/seruling (Tridacna squamosa). Peraturan tersebut ditetapkan karena populasi kima di alam sudah sangat menurun disebabkan tingginya pemanfaatan kima (over exploitation) pada tahun-tahun sebelumnya.

Kima merupakan salah satu jenis bivalvia (kerang-kerangan) yang sering ditemukan pada perairan ekosistem karang. Tubuhnya lunak dan dilindungi sepasang cangkang bertangkup. Cangkang kima terdiri dari 2 tangkup simetris yang terbuat dari zat kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) dan umumnya berwarna putih kekuningan. Kima dapat tumbuh menjadi sangat besar di lingkungan terumbu karang.

Di antara tujuh jenis kima yang tersebar di perairan terumbu karang Indo Pasifik, Tridacna gigas merupakan jenis terbesar yang dapat mencapai panjang cangkang sampai 1,5 m dengan berat badan lebih dari 300 kg (Panggabean, 1990). Menariknya, kima merupakan ciri khas kerang-kerangan terumbu karang yang sudah berevolusi dan hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan terumbu karang yang tidak subur dan miskin akan nutrien dan fitoplankton.

kerang kima

Morfologi dari setiap jenis kima ditentuan oleh bentuk bagian luar cangkangnya. Foto: wikimedia commons

Morfologi dari setiap jenis kima ditentukan oleh bentuk bagian luar cangkangnya. Perbedaan bentuk cangkang ini biasanya digunakan sebagai petunjuk identifikasi kima sampai ke tingkat jenisnya. Kima mempunyai dua organ utama yaitu organ keras berupa cangkang sebagai identifikator spesies kima, dan organ lunak yang dilindungi mantel luar berwarna cemerlang (hijau, biru, ungu, dan kuning).

Organ bagian dalam kerang kima dilapisi oleh mantel yang relatif tebal. Bagian permukaan mantel terdapat dua lubang yang berperan sebagai tempat keluar dan masuknya air. Lubang yang berfungsi sebagai alat masuknya air disebut inhalant siphon atau incurrent siphon, bagian ini terletak dekat posterior (belakang tubuh) dan bentuknya agak memanjang. Sedangkan lubang yang berfungsi sebagai alat keluarnya air disebut exhalant siphon atau excurrent siphon, terletak di bagian dorsal (punggung) dan bentuknya bulat.

Kima bernapas dengan insang yang bentuknya seperti lembaran yang berlapis-lapis.  Alat geraknya berupa kaki perut yang termodifikasi, fungsinya untuk menggali pasir atau dasar perairan.  Hewan laut ini mempunyai kaki otot berbentuk seperti lidah, mulut dengan palps (lembaran berbentuk seperti bibir), tidak memiliki radula (gigi), insang dilengkapi dengan silis untuk filter feeding (makan dengan menyaring larutan). Bagian perut terdapat lubang tempat keluarnya alat perekat (byssus) yang disebut byssal orifice. Bagian punggung merupakan bagian yang membuka dan menutup jika kima disentuh oleh rangsangan.

Secara tradisional kima dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar pantai untuk bahan makanan, material bangunan, kebutuhan rumah tangga, suvenir dan biota akuarium. Walaupun biota ini dilarang untuk diambil namun pemanfaatannya masih saja berlangsung.

Berdasarkan Pedoman Monitoring Populasi Kima (Tridacna Sp.) Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2015, di beberapa wilayah bahkan hingga saat ini masih bisa ditemukan daging kima segar yang dijual di pasar tradisional dan internasional. Di luar negeri biota ini juga masih diperdagangkan dengan harga yang sangat tinggi.

kima

Penulis: Sarah R. Megumi

Top