Duo Desainer London Luncurkan Beton Alternatif dari Kerang

Reading time: 2 menit
Duo Desainer London Luncurkan Beton Alternatif dari Kerang
Beton yang terbuat dari semen meninggalkan begitu banyak jejak karbon. Desainer dan peneliti pun berlomba hadirkan bahan alternatif untuk beton. Salah satunya beton berbahan kerang. Foto: Dezeen.

Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menjadi biang kerok utama penghasil emisi karbon. Tepat di bawah energi batu bara adalah pabrik semen. Setiap tahun, semen menyumbang 5 persen produksi karbon dioksida global. Beton, salah satu material populer untuk membangun infrastruktur, merupakan campuran dari semen.

Beton yang masih meninggalkan begitu banyak jejak emisi, mendorong para peneliti dan desainer untuk berinovasi mencari ganti bahan baku semen pada beton. Salah satu inovasi ramah lingkungan yang ditawarkan ke publik adalah beton berbahan dasar kerang. Inovasi ini diluncurkan oleh Newtab-22, studio desain milik duo desainer London, Hyein Choi dan Jihee Moon.

“Meski sebagian kerang telah didaur ulang dan digunakan sebagai pupuk, sebagian besar dibuang ke tempat pembuangan sampah atau di tepi pantai,” jelas Newtab-22 dalam Dezeen.

Newtab-22 bergerak dalam bidang material, yang berupaya untuk memanfaatkan bahan lama ataupun baru yang bersifat natural. Temuan mereka beton dari kerang ini mereka namakan ‘Sea Stone’. Temuan mutakhir ini pun masuk ke dalam nominasi Dezeen Awards 2020 dalam kategori desain berkelanjutan.

Sebelumnya, Newtab-22 juga menawarkan material ramah lingkungan yang mirip dengan beton dari limbah industri makanan laut. Kali ini, mereka menggunakan sisa kulit kerang yang dibuang ke penampungan sampah.

“Sea Stone menggunakan kulit kerang yang dibuang untuk menciptakan material yang ramah lingkungan dan ekonomis daripada berkontribusi pada masalah sampah dunia,” ujar pemangku studio.

Baca juga: SeaClear, Proyek Robot Pembersih Dasar Laut Uni Eropa

Beton Kerang Sea Stone Dimanfaatkan sebagai Dekorasi Interior

Newtab-22 mengembangkan proyek Sea Stone karena cangkang kerang mengandung kalsium karbonat, dan memiliki sifat yang mirip dengan batu kapur yang biasa digunakan untuk semen. Dalam pembuatannya, cangkang kerang digiling dan dicampurkan dengan bahan perekat alami. Setelah itu, cangkang ditempatkan di cetakan sehingga membentuk potongan-potongan beton. Saat ini, metode pengolahan kulit kerang ini dilakukan secara manual untuk menghindari penggunaan panas, listrik dan bahan kimia. Dengan demikian, proses pengerjaan beton kerang pun terjangkau dan lebih berkelanjutan.

Sejauh ini, Sea Stone telah digunakan untuk beberapa produk, seperti ubin dekoratif, permukaan meja, alas piring, dan vas. Namun, Sea Stone belum tersedia sebagai pengganti beton bagi perusahaan infrastruktur. Alasannya, untuk digunakan dalam pembuatan bangunan, Sea Stone memerlukan proses pemanasan dengan energi yang besar.

“Kekuatan materialnya berbeda,” jelas Hyein Choi, salah satu pendiri Newtab-22, kepada Dezeen. “Kami tidak ingin merusak lingkungan dalam proses atau hasilnya,” ujarnya kembali.

Lebih jauh, tak kurang dari 7 juta ton cangkang moluska dibuang oleh industri makanan laut setiap tahunnya. Selain itu, sebagian besar cangkang ini dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dibuang ke laut. Pembuangan sisa kulit kerang ini sangat disayangkan karena limbah kerang merupakan salah satu biomaterial yang memiliki nilai guna. Selain itu, praktik pembuangan sampah cangkang kerang juga berbahaya secara ekologis.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Top