Kucing Bakau, Perenang dan Pemancing Ulung dari Asia

Reading time: 3 menit
kucing bakau
Kucing Bakau, Perenang dan Pemancing Ulung dari Asia. Foto: Shutterstock.

Seperti namanya, Kucing Bakau (Prionailurus Viverrinus) adalah salah satu anggota famili Falidae yang konsentrasi utamanya di habitat lahan basah. Ukuran tubuhnya paling besar di antara anggota Prionailurus. Mereka banyak hidup di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Siapa bilang kucing selalu takut dengan air? Nyatanya, Kucing Bakau (Prionailurus Viverrinus) justru dapat hidup di sekitar perairan, serta memiliki kemampuan renang tak kalah dari hewan lainnya.

Di alam liar, hewan ini dapat kita temukan di kawasan rawa, daerah aliran sungai, hutan mangrove, hingga tepi pantai. Mereka terkenal juga sebagai Fishing Cat karena kebolehannya dalam menangkap ikan.

Berkat daya adaptasinya, mereka dapat menyelam dan berenang di perairan dalam jarak yang jauh. Meski sayangnya, populasi kucing bakau kini semakin menipis bahkan sudah terancam punah.

Habitat dan Persebaran Kucing Bakau

Habitat P. Viverrinus kurang lebih mirip seperti Kucing Kuwuk (Prionailurus bengalensis). Mereka hidup di kawasan rawa bakau, lalu mencari makan di sepanjang kawasan sungai.

Bila kita lihat dari peta persebarannya, spesies kucing bakau dapat kita jumpai mulai dari timur Pakistan, India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Vietnam, Thailand, Laos, Malaysia sampai Indonesia.

Merujuk blog Universitas Atma Jaya Yogyakarta, fishing cat sebenarnya dapat hidup di area dataran tinggi dan rendah. Ketinggian maksimal habitat kucing ini diketahui berkisar 1.525 mdpl.

Di Tanah Air, konsentrasi persebaran P. Viverrinus dulunya berada di sekitar Pulau Jawa. Namun populasinya kini makin sukar kita temui, akibat masifnya pembangunan tambak di daerah mangrove.

Karakteristik dan Ciri-Ciri Kucing Bakau

Ukuran kucing bakau rerata dua kali lebih besar daripada kucing domestik. Jika kita ukur dari kepala sampai ke badan, panjang tubuh mereka mencapai 57-78 cm dengan ekor berukuran 20-30 cm.

Selain coraknya, ciri fisik fishing cat juga bisa kita kenali dari bentuk mukanya. Wajah mereka memanjang, dengan bentuk hidung yang khas karena terlihat rata (atau pesek).

Terdapat corak berwarna putih di bagian bawah tubuh mereka. Sedang bagian belakang telinganya tampak corak berwarna hitam, dengan bintik-bintik putih di bagian tengahnya.

Bintik hitam dengan pola longitudinal menyelmuti tubuh mereka. Terdapat enam sampai delapan garis gelap di sekitar belakang mata sampai ke tengkuk.

Ada pula sepasang garis gelap di sekitar tenggorokan, serta sejumlah cincin hitam di bagian ekor. Kaki kucing bakau tidak sepenuhnya berselaput seperti spesies Macan Tutul (Panthera pardus).

Walaupun tidak terlalu berkembang ketimbang kucing hutan lainnya, jenis kaki webbed yang mereka miliki merupakan sebuah karakter atau ciri khas tersendiri dari hewan tersebut.

Menurut pakar, tubuh P. Viverrinus dapat tumbuh sampai seberat 5-16 kg. Tidak semua individu memiliki warna bulu serupa. Warna tersebut bergantung pada habitat masing-masing spesies.

kucing bakau

Satwa ini dapat menyelam dan berenang di perairan dalam jarak yang jauh. Foto: Shutterstock.

Reproduksi dan Perkembangbiakan Kucing Bakau

Secara umum, masa kawin kucing bakau sejatinya terjadi sepanjang tahun. Meski begitu, periode perkembangbiakkan ini paling sering mereka lakukan antara bulan Januari hingga Februari.

Sang betina membangun sarang di daerah terpencil layaknya semak padat dan alang-alang. Di sana ia melahirkan 2-3 anak kucing, setelah masa kehamilan usai antara 63-70 hari.

Pada saat lahir, berat fishing cat anakan berkisar 170 g. Bayi-bayi ini baru bisa aktif bergerak di usia satu bulan, kemudian mulai mengonsumsi makanan padat pada usia dua bulan.

Anak kucing bakau memasuki usia dewasa jika sudah mencapai 8,5 bulan. Periode pertumbuhan gigi dewasanya terjadi saat usia sebelas bulan, dengan rentan waktu hidup rerata sepuluh tahun.

Status Konservasi dan Penyebab Kelangkaan

Berdasarkan daftar merah IUCN, status konservasi P. Viverrinus terancam punah atau rentan. Di benua Asia populasinya menurut drastis akibat alih fungsi lahan secara besar-besaran.

Tidak cuma itu, melansir berbagai sumber kepunahan spesies kucing bakau terjadi akibat aktivitas perburuan liar. Mereka diburu untuk diambil kulit, rambut, serta bagian tubuh lainnya.

Miris, namun fakta penangkapan fishing cat sebagai satwa peliharaan juga terjadi di masyarakat. Berkat tampilannya yang menarik, banyak oknum yang tertarik memelihara satwa liar tersebut.

Bila kita telaah lebih jauh, perlindungan terhadap satwa bergenus Prionailurus ini sejatinya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Namun rendahnya kontrol pemerintah dan kesadaran masyarakat, membuat aktivitas perburuan dan jual beli satwa tersebut tak kunjung dapat diredam sampai sekarang.

Taksonomi Kucing Bakau

Taksonomi Kucing Bakau

Referensi:

Alfi Nur Diyana, Universitas Jember

Laman Blog Universitas Gajah Mada

Laman Blog Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah R. Megumi

 

Top