Longkida, Tanaman Rawa yang Tak Hanya Unggul Merehabilitasi Lahan

Reading time: 2 menit
longkida
Longkida (Nauclea orientalis). Foto: wikimedia commons

Nauclea orientalis merupakan jenis pohon multiguna dan termasuk ke dalam famili Rubiaceae atau suku kopi-kopian. Tanaman yang dalam Bahasa Sulawesi disebut longkida atau gempol dalam penamaan Jawa ini merupakan jenis tanaman yang tergolong cepat tumbuh. Tanaman tersebar di Indonesia, Papua Nugini, Australia dan Peru (Zhang et al., 2001). Di Indonesia secara khusus tumbuhan ini tumbuh di beberapa tipe habitat di Sulawesi.

Menurut jurnal ilmu kehutanan (2017), tumbuhan ini memiliki kisaran habitat yang luas, baik di ekosistem lahan basah diantaranya rawa, gambut dan hutan sepanjang aliran sungai maupun di lahan kering seperti savanah dan padang rumput. Longkida dapat ditemukan mulai dari wilayah pantai sampai pada ketinggian 1400 m dpl, namun tumbuhan ini lebih menyukai tumbuh pada tanah aluvial di sepanjang tepi sungai (World Agroforestry Centre, 2011).

Secara morfologi longkida merupakan pohon berukuran sedang hingga besar. Tingginya dapat mencapai 30 meter dengan diameter 100 cm. Daunnya berbentuk hati (obovate stipules), berwarna hijau tua, dan memiliki lapisan lilin yang mengilap. Tanaman ini memiliki bunga majemuk berwarna merah kekuningan, dengan buah berdaging dan memiliki banyak biji.

Longkida termasuk salah satu pohon yang memiliki banyak manfaat baik dari kayu, bunga, buah, maupun daunnya. Menurut Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan (2014) tumbuhan ini dikenal sebagai penghasil kayu untuk memenuhi kebutuhan industri, antara lain perkayuan, pulp dan kertas, bahan obat, serta sebagai tanaman untuk agroforestri, dan fitoremediasi.

Longkida juga merupakan salah satu tanaman yang digunakan dalam rehabilitasi lahan yang tergenang air, namun dengan ketersediaan benih yang masih terbatas menyebabkan bibit longkida masih sulit diperoleh. Kegunaan lain yang tidak kalah penting adalah sebagai penahan erosi pada daerah sekitar sungai, sebagai tanaman reklamasi, dan juga tanaman hias (World Agroforestry Centre, 2011).

longkida

Buah dan daun longkida. Foto: wikimedia commons

Secara umum longkida memiliki buah yang dapat dimakan walaupun rasanya pahit dan biasanya dimakan oleh orang-orang Aborigin di Australia. Bunganya yang berwarna mencolok dan harum, merupakan sumber nektar yang dapat dimanfaatkan lebah untuk menghasilkan madu.

Kayu tanaman ini dapat digunakan untuk lantai interior, kerangka bangunan dan lainnya untuk penggunaan di dalam ruangan. Oleh masyarakat di Taman Nasional (TN) Wasur, Papua dimanfaatkan sebagai kayu untuk bahan bangunan.

Longkida termasuk tumbuhan obat tradisional yang bersifat anti mikroba dan anti parasit. Di TN Wasur, longkida digunakan sebagai obat malaria, batu ginjal dan paru-paru (Winara, 2016 dalam Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol.13).

Sebagai tanaman obat, daun dan kulitnya dapat dimanfaatkan untuk obat sakit perut, mempercepat penyembuhan oleh gigitan hewan, dan juga luka. Luka terbuka yang dibalurkan dengan ekstrak kulit kayu ini nantinya bisa mempercepat proses penyembuhan luka lebih cepat. Daunnya bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit gigi dengan cara menempelkan daun langsung pada bagian gigi yang sakit.

longkida

Penulis: Sarah R. Megumi

Top