Malapari, Tanaman Penghasil Biodiesel dari Pesisir

Reading time: 2 menit
buah malapari
Malapari, Tanaman Penghasil Biodiesel dari Pesisir. Foto: Shutterstock.

Tanaman memiliki beragam jenis fungsi, salah satunya adalah sebagai bahan baku biodiesel. Biodiesel adalah salah satu jenis bahan bakar nabati non fosil (biofuel) yang saat ini sedang pemerintah galakkan. Inilah, Malapari.

Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) adalah salah satu bahan baku biodiesel yang paling potensial untuk masyarakat Indonesia kembangkan.

Tanaman ini secara alami tersebar mulai dari Sumatra sampai Papua. Berdasarkan tulisan Aminah et al (2017), dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan, tanaman ini mengandung 30 – 40 % minyak kaya trigliserida.

Persebaran Malapari

Malapari adalah tanaman asli India dan Asia Tenggara dan tersebar ke daerah- daerah tropis pada beberapa belahan dunia seperti Australia, Amerika, New Zealand dan Cina.

Menurut beberapa tulisan ilmiah, di Indonesia tanaman ini tersebar luas dari Pulau Sumatra bagian timur (Taman Nasional Berbak, Teluk Berikat – Pulau Bangka), Pantai di sekitar Tanjung Lesung (Banten), Pantai Batu Karas (Ciamis), Ujung Blambangan (Taman Nasional Alas Purwo), Pantai Lovina (Bali Utara), Pantai Sembelia (Lombok Timur), dan Pantai Barat Pulau Seram (Maluku).

Umumnya tumbuh di areal pesisir kawasan tropis karena sifatnya yang tahan terhadap salinitas, penggenangan, dan udara yang terbuka.

Nama Ilmiah dan Nama Lokal Malapari

Nama ilmiah tanaman ini adalah Pongamia pinnata (L.) Pierre, tetapi juga memiliki sinonim dengan beberapa nama, yaitu Millettia pinnata (L.) Panigrahi, Millettia novo-guineensis.

Di samping itu, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah seperti Mabai (Bangka), Ki pahang Laut (Jawa Barat), Bangkongan, Kepik (Jawa), Kranji (Madura), Marauwen (Minahasa), Hate hira (Ternate), Butis, Sikam (Timor) dan Kuanji (Bali).

Nama internasional tanaman ini adalah Pongam, Karanj, Karanja, Honge, Indian beech.

bunga malapari

Nama internasional tanaman ini adalah Pongam, Karanj, Karanja, Honge, Indian beech. Foto: Shutterstock.

Morfologi Malapari

Dari segi morfologinya, mengutip tulisan Ni Luh Arpiwi (2015), Universitas Udayana, malapari merupakan jenis tanaman perdu atau pohon dari familia Leguminosae yang memiliki percabangan tersebar, tumbuh dengan cepat (dalam 4 – 5 tahun) dengan tinggi tanaman antara 15 sampai 25 meter.

Tanaman ini memiliki batang berwarna abu-abu dengan diameter batang bisa mencapai 80 cm.

Bunga malapari majemuk berbentuk tandan semu di ketiak daun berwarna putih, merah muda dan ungu.

Untuk buahnya berbentuk lonjong, menyerong hingga menjorong, berdinding tebal, di dalamnya terdapat 1-2 biji berwarna coklat berbentuk elip.

Baca juga: Dugong, Hewan Laut Legendaris yang Terancam Punah

Kegunaan Malapari

Selain sebagai bahan baku biodiesel, malapari adalah pohon serbaguna yang sangat baik karena setiap bagian pohon memiliki kegunaan khusus.

Daunnya sebagai pakan ternak dan juga sebagai pupuk hijau. Sedangkan daun kering untuk mengusir serangga. Zat aktif dari daun juga warga gunakan untuk mengusir dingin, batuk, diare, dispepsia, perut kembung, gonoroe, dan kusta.

Bunga malapari sebagai obat herbal untuk mengobati diabetes. Akarnya untuk membersihkan gusi, gigi, bisul. Serta bagian kulit kayunya untuk pendarahan yang menggumpal.

Selain itu, kayu malapari juga cocok sebagai bahan pembuatan mebel dan untuk kayu bakar.

Taksonomi Malapari

taksonomi malapari

Penulis: Sarah R. Megumi

Editor: Ixora Devi

 

Top