Melati, Si Puspa Bangsa yang Wangi Semerbak

Reading time: 3 menit
melati putih
Melati Putih (Jasminum sambac). Foto: wikimedia.org

Bunga nasional adalah bunga yang dapat mewakili karakteristik sebuah bangsa dan negara. Indonesia memiliki tiga bunga nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 4/1993. Spesies bunga yang ditetapkan sebagai bunga nasional dalam Keputusan Presiden tersebut antara lain bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai “Puspa Pesona”, bunga Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai “Puspa Langka”, dan bunga Melati Putih (Jasminum sambac) sebagai “Puspa Bangsa”. Dari ketiga bunga nasional tersebut, bunga yang paling banyak dan mudah ditemukan keberadaannya adalah bunga melati putih.

Plasma nutfah (sumber genetik) flora melati berasal dari daerah tropis di Asia. Sumber genetik flora melati yang tumbuh di dunia diperkirakan 200 jenis/spesies. Tanaman melati tumbuh lebih dari setahun (perennial), bersifat perdu dan merambat. Umumnya flora ini tumbuh menumpang pada tanaman lain atau pada struktur.

Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 3 meter atau lebih, batangnya berkayu, berbentuk bulat sampai segi empat, berbuku-buku dan bercabang banyak seolah-olah merumpun. Daun bertangkai pendek, helaian daun berbentuk bulat telur, tepi daun rata, panjang 2.5 – 10 cm, lebarnya 1.5 – 6 cm.

Bunga melati umumnya berwarna putih, meski beberapa spesies memiliki warna kuning. Tidak seperti kebanyakan genera di Oleaceae yang memiliki empat lobus corolla “kelopak”, bunga melati sering memiliki lima atau enam lobus, dan mempunyai aroma kuat juga manis.

melati putih

Melati Putih (Jasminum sambac). Foto: wikimedia.org

Melati sangat menyukai sinar matahari, oleh karena itu bunga ini dapat hidup dengan baik ditempat-tempat yang terbuka atau ditempat yang sedikit terlindung dari sinar matahari, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (1 – 1.000 meter di atas permukaan laut). Disamping itu, untuk perbanyakan bunga ini sendiri dapat dilakukan dengan cara pencangkokan atau stek batang.

Bunga melati memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sebagai bahan baku industri dan akrab dengan lingkungan. Di dalam kehidupan sehari-hari bunga melati dimanfaatkan sebagai pengharum, penghias ruangan, pengindah suasana, pelengkap upacara adat, penabur pusara dan lain sebagainya. Selain itu, bunga melati juga banyak digunakan untuk rangkaian bunga dan pewangi teh.

Tanaman melati banyak dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat dengan luas area 1,52 ribu ha dan produksi 13.45 ribu ton. Jenis yang banyak ditanam di Jawa Tengah adalah J. sambac dan J. officinale. Di Jawa Tengah luas area tanaman dan produksi melati masing-masing adalah 1,42 ribu ha dan 12,27 ribu ton, di Jawa Timur 46 ribu ha dan 650 ton, dan di Jawa Barat 16,6 ha dan 244 ton per tahun (dikutip dalam Balai Penelitian Pascapanen Pertanian).

Kabupaten Tegal merupakan salah satu sentra produksi komoditas hortikultura di Jawa Tengah, yang berorientasi ekspor. Bunga melati merupakan salah satu komoditas andalan ekspor hortikultura dari Kabupaten Tegal dengan total produksi pada tahun 2013 mencapai 9.456 ton, seperti yang dilansir pada laman majalah hortus.com.

Disamping memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, bunga melati menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri melati dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri kosmetik, sabun, parfum, farmasi dan aroma terapi.

Selain itu, bunga melati juga memiliki sejumlah senyawa kimia penting, seperti indole, linalcohol, asetat benzilic, alkohol benzilic, dan jasmon, yang apabila dimanfaatkan dapat menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan. Riset menunjukkan bahwa melati bisa menjadi alat detoksifikasi aman yang dapat digunakan oleh hampir semua orang untuk menghilangkan racun dan membersihkan tubuh (dilansir laman lifestyle.kompas.com).

Penulis: Sarah R. Megumi

Top