Paku Sarang Burung, Tanaman Hias yang Hidup secara Epifit

Reading time: 3 menit
Paku sarang burung
Fauna ini cantik dijadikan tanaman hias sekaligus punya kandungan herbal untuk kesehatan manusia. Foto: Shutterstock

Polypodiaceae merupakan suku paku sejati yang mempunyai anggota terbesar dalam divisi Pteridophyta. Kelompok ini sering masyarakat jadikan sebagai tanaman hias, seperti varietas paku tanduk rusa dan paku sarang burung.

Asplenium nidus adalah nama binomial spesies paku sarang. Mereka ahli gabungkan dalam keluarga flora Aspleniaceae, yang hidup secara epifit pada pohon atau tumbuhan lainnya.

Dari segi adaptasi, paku sarang burung terbilang cukup istimewa. Ia tidak membutuhkan sinar matahari langsung, sehingga cocok jika kita jadikan sebagai penghias interior rumah.

Perlu Anda ketahui, Polypodiaceae setidaknya memiliki 60 marga dan 1.000 ragam spesies. Mereka dapat kita tandai dari rimpangnya yang menjalar serta ukuran daunnya yang lebar.

Habitat dan Distribusi Paku Sarang Burung

Habitat paku A. nidus berada di teresterial dan epifit pada permukaan pohon. Ia ilmuwan temukan di daerah berketinggian 1.100 sampai dengan 1.500 m di atas permukaan laut.

Melansir berbagai riset, kawasan Malesiana adalah habitat asli flora ini. Mereka menyebar ke berbagai daerah, seperti Afrika Timur, India, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.

Indonesia merupakan salah satu sentral tanaman paku sarang burung. Ia dapat kita jumpai di berbagai daerah, mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua.

Di berbagai daerah, sebutan spesies paku ini juga cukup beragam. Ia publik kenal sebagai Kadaka/Badaba di Jawa Barat, Simbar Merah di Jawa Timur serta Lokot di Kalimantan.

Bukan cuma itu, masyarakat Maluku mengenal mereka sebagai Tatoe Hoekoen/Tato Hukung. Sedangkan warga Bugis umum menyebut paku ini sebagai Bunga Minta Doa.

Lokasi pertumbuhan paku sarang burung biasanya ternaungi banyak atau sedikit pohon. Mereka menyukai habitat yang lembap, meski cenderung akan mati jika tergenang air.

Baca juga: Paku Pedang, Satu Lagi Jagoan Penghalau Polusi Udara

Morfologi dan Ciri-Ciri Paku Sarang Burung

Varietas A. nidus terkecil pernah pakar temukan berbiak sepanjang 7 cm dengan lebar 3 cm. Sedang spesies terbesarnya, tumbuh sepanjang 120-150 cm dengan lebar 26-30 cm.

Daunnya yang tunggal memiliki panjang 7 -150 cm dan lebar 5-30 cm. Tepi daun terlihat rata dengan permukaan bergelombang, berwarna hijau pucat dengan tangkai yang pendek.

Saking kecilnya, bagian tangkai paku sarang burung kerap kali tidak terlihat. Ia berwarna cokelat kehitaman, dengan sorus yang terletak di pertulangan rusuk daun bagian bawah.

Sorus atau tempat berkumpulnya sporangium ini menguasai setidaknya 3/4 panjang daun. Tersedia pula pelindung berupa indusium, tampak lebar  yang berguna melindungi sorus.

Jika kita lihat dari samping, gelungan daun A. nidus pada batang pohon memang seperti sarang burung. Atas dasar itu pulalah, mungkin spesies paku ini publik namai demikian.

Akar rimpang paku sarang burung terbilang kokoh. Bagian ujungnya bertugas mendukung pertumbuhan daun, sedang bawahnya merupakan tempat berkumpulnya akar-akar besar.

Khasiat dan Manfaat Paku Sarang Burung

Memang, riset terhadap manfaat paku A. nidus masih terhitung minim di Indonesia. Namun sebagian ahli berpendapat, bahwa flora tersebut bisa dikembangkan sebagai obat herbal.

Merujuk berbagai literatur, paku sarang burung berpotensi sebagai obat penyubur rambut, pereda demam, sakit kepala, kontrasepsi, hingga obat gigitan atau sengatan hewan berbisa.

Dalam ekstrak daun tersebut, tersimpan zat-zat aktif yang bermanfaat sebagai antiradang dan pelancar peredaran darah. Karena itu, potensi pasar flora ini terbilang sangat besar.

Bagi yang tertarik memanfaatkan kadaka sebagai tanaman obat, ada beberapa langkah pengolahan yang patut Anda ketahui. Agar tidak salah, simak penjabarannya berikut ini.

  • Penyubur rambut; daunnya bisa kita tumbuk lalu dicampur dengan parutan kelapa. Kemudian, oleskan bahan tersebut pada permukaan rambut yang rontok.
  • Pereda bengkak; petik daunnya yang segar sebanyak 15 g. Cuci dan tumbuk halus daun tersebut, serta tambahkan sedikit anggur. Setelah tercampur, borehkan ramuan tersebut pada permukaan kulit yang bengkak.
  • Obat luka memar; ambil daun paku sarang burung segar sebanyak 15 g. Cuci dan rebus dengan air sebanyak 200 ml selama 15 menit. Setelah mendidih, dingin beberapa saat lalu saring. Minum air saringan tersebut dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Seperti yang disebutkan, penelitian terhadap paku A. nidus masih sangat terbatas. Sehingga penting untuk berkonsultasi ke dokter atau ahli, sebelum Anda mengolah daun tersebut.

Baca juga: Pohon Pule, Tanaman Obat Berselimut Beragam Mitos

Taksonomi Spesies Paku Asplenium Nidus

Penulis : Yuhan al Khairi

Top