Ular Kepala Dua, Makhluk Mitologi yang Benar-Benar Ada

Reading time: 2 menit
Ular ini senang bersembunyi di bawah kayu-kayu dan serasah yang membusuk. Foto: Shutterstock

Apa yang terlintas di benak Anda jika mendengar ular kepala dua? Sebagian orang mungkin berpikir bahwa ular tersebut ialah hewan mitologi atau khayalan belaka. Namun bagaimana jika spesies semacam ini benar-benar ada? Apakah ia berbahaya?

Ular kepala dua atau ular pipa ekor merah tergolong dalam famili Cylindrophiidae dan ordo Cylindrophis. Mereka merupakan spesies ular purba yang tidak menggigit dan tidak berbisa.

Pemberian nama “kepala dua” sendiri merujuk pada ciri fisik satwa tersebut. Karena bentuk ekornya yang bulat, bagian belakang ular ini sering kali disalahartikan sebagai kepala kedua.

Cylindrophis ruffus adalah nama binomial spesies reptil ini. Kelompoknya juga mempunyai sejumlah nama lokal seperti oray totog atau oray teropong, majara, hingga ular gelenggang.

Morfologi dan Ciri-Ciri Ular Kepala Dua

Secara morfologi, tampilan ular kepala dua terbilang sangat indah dengan garis-garis dorsal di sekujur tubuhnya. Garis-garis ini umumnya berwarna merah cerah, jingga bahkan oranye.

Panjang C. ruffus hanya berkisar 1 meter, tubuhnya berbentuk silindris dengan ekor pendek dan tumpul. Leher dan kepalanya tidak bisa dibedakan, matanya hitam dan berukuran kecil.

Warna dasar ular kepala dua sejatinya hitam, coraknya akan memudar seiring pertambahan usia. Sisi bawah tubuh juga hitam, tetapi dihiasi garis berwarna putih yang berselang-seling.

Uniknya, pola belang hitam-putih itu terkadang sangat mirip dengan kotak hitam-putih pada papan catur. Bagian ekornya berwarna merah, sedangkan kepala asli berwarna hitam pekat.

Dibanding jenis Cylindrophis lain, sisik dorsal C. ruffus berjumlah sedang. Ular ini setidaknya memiliki 19 deret, sedangkan kelompok lainnya terdiri atas 17, 21, hingga 23 deret dorsal.

Habitat dan Distribusi Ular Kepala Dua

Ular kepala dua pada dasarnya adalah satwa asli Asia Tenggara. Tetapi berdasarkan catatan taksonomis terbaru, dapat kita ketahui bahwa C. ruffus hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa.

Mulanya, hewan ini dianggap menyebar secara luas mulai dari kawasan Tiongkok dan Haina utara, Hongkong, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Semenanjung Kra, sampai ke Indonesia.

Tapi anak jenis yang berasal dari Burma ternyata adalah Cylindrophis burmanus. Sedangkan kelompok yang ahli temukan di Vietnam merupakan spesies baru, yakni Cylindrophis jodiae.

Begitu pula di Thailand, Indochina, Semenanjung Kra, serta Pulau Sumatera dan Kalimantan. Belum dapat dipastikan apakah spesies di wilayah ini tergolong sebagai C. ruffus atau tidak.

Ular kepala dua sendiri biasanya mendiami wilayah hutan hujan yang lembap, perkebunan dan perkotaan. Mereka tergolong sebagai hewan peliang yang dapat hidup di air dan darat.

Pola Hidup dan Kebiasaan Ular Kepala Dua

Spesies ular ini beraktivitas di lahan gembur dan berlumpur. Mereka senang bersembunyi di bawah kayu-kayu yang telah lapuk, tumpukan serasah yang membusuk, atau batu berlumut.

Sebagai hewan peliang, ular kepala dua menggunakan moncongnya untuk menggali tanah. Ia aktif pada malam hari untuk berburu larva serangga, kadal, tikus, cacing, serta belut kecil.

Karena tidak berbisa, populasi C. ruffus dinilai tidak membahayakan untuk manusia. Mereka juga tidak tergolong agresif, bahkan cenderung menghindari konfrontasi terhadap predator.

Jika merasa terancam, ular kepala dua akan menggulung serta menyembunyikan kepalanya di tengah badan. Lalu ekornya akan terangkat dan bergerak-gerak, mirip gerakan kepalanya.

Merujuk IUCN Red List, status konservasi C. ruffus berada pada level risiko rendah atau least concern. Tren populasinya juga relatif stabil, meski dibayangi oleh risiko kerusakan habitat.

Taksonomi Spesies Cylindrophis Ruffus

Penulis : Yuhan al Khairi

Top