Endgame 2050: Krisis Dunia Beberapa Dekade Ke Depan

Reading time: 2 menit
Banjir
Krisis ikllim turut menyumbang berbagai bencana di Bumi, salah satunya banjir. Foto: Kanal Youtube Resmi Endgame 2050.

Judul: Endgame 2050

Genre: Dokumenter

Durasi: 1 jam 32 menit

Sumber: Kanal Youtube Resmi Endgame 2050

Endgame 2050 merupakan dokumenter karya Sofia Pineda Ochoa, seorang psikiatris dan co-founder Meat Your Future. Mulanya film ini menceritakan prediksi masalah yang akan terjadi pada manusia bila sektor bisnis tetap dilakukan seperti saat ini.

Dimulai dengan menampilkan proyeksi kehidupan masyarakat di 30 puluh tahun mendatang, Endgame 2050 ini mengangkat enam permasalahan utama. Pertama adalah terjadinya kepunahan massal akibat rusaknya habitat hewan dan tumbuhan yang hidup di Bumi. Topik masalah lain yang dibahas adalah semakin tingginya kadar pH laut akibat pertambahan CO2 sehingga menyebabkan laut menjadi semakin asam.

Di masa mendatang, kemungkinan besar lautan lebih banyak terisi oleh sampah plastik dibandingkan ikan. Plastik merupakan bahan yang dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun, seringkali digunakan dalam sekali pakai dan berakhir menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Pada akhirnya sampah laut lain, seperti jaring penangkap ikan yang dibuang sembarangan membahayakan dan menjebak biota laut di dalamnya.

Kura-kura terjebak sampah

Salah satu cuplikan film Endgame 2050 yang memperlihatkan seekor penyu terjebak di jaring penangkap ikan. Foto: Kanal Youtube Resmi Endgame 2050.

Isu lain yang disinggung dalam film ini adalah tingginya populasi manusia. Populasi yang semakin tinggi menyebabkan permintaan akan lahan dan makanan juga semakin meningkat. Hal ini membuat Bumi membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk menghidupi manusia. Padahal, ukuran planet ini juga tidak bertambah besar.

Pandora yang terakhir dibuka ialah masalah krisis iklim mengenai terlepasnya gas metana dari es di lautan dan semakin lama semakin berkurang. Gas metana sendiri merupakan gas terkuat yang mampu mengikat panas matahari untuk tetap berada di Bumi.

Moby, tokoh utama dalam dokumenter sekaligus seorang musisi dan aktivis lingkungan juga berbagi kisahnya. Ia bercerita mengenai akibat permasalahan lingkungan yang terjadi di Bumi. Misalnya mengenai anomali spesies primata yang tidak berbulu. “Ini mengerikan hingga pada skala yang bahkan tidak bisa kita bayangkan,” ujar Moby dalam dokumenter ini.

Selain Moby, Sofia juga turut menjadi pembawa arus film ini. Ia mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan lingkungan yang terjadi secara lebih umum dan diperkuat dengan pendapat ahli dari beragam bidang.

Dokumenter berdurasi satu setengah jam ini membawa penonton masuk ke dalam rangkaian permasalahan lingkungan yang pelik, tetapi dapat dimengerti. Beragam persoalan lingkungan diangkat dalam satu kemasan. Selain itu film ini membuka wawasan penonton terkait masalah lingkungan dan seberapa parah hal itu terjadi.

Informasi yang diberikan dalam film ini cukup jelas dan akurat. Analisisnya juga diperkuat dengan pendapat berbagai narasumber kredibel di bidang isu lingkungan. Masalah-masalah lingkungan yang diungkapkan secara keras membuat penonton merasa tertampar dengan bahaya yang seringkali terabaikan.

Namun, penamparan keras masalah lingkungan ini tidak diimbangi dengan solusi yang memadai. Akan lebih baik bila dokumenter ini menjelaskan juga opsi penyelesaian masalah untuk menghadapi persoalan yang ada secara lebih konkret. Khususnya dalam menanggulangi permasalahan plastik dan gas metana yang terlepas ke Bumi.

Film ini juga sedikit menyinggung tentang bagaimana pola makan sehari-hari dapat berpengaruh positif bagi lingkungan. Gaya hidup vegan dinilai berperan untuk memerangi krisis iklim dan masalah lingkungan lainnya sekaligus membuat masyarakat berkaca diri terhadap kebiasaan yang diakukan selama ini.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Top