Kandungan protein nabati yang terdapat dalam kacang-kacangan seringkali membuat bahan pangan ini dikonsumsi sebagai sumber protein pengganti bagi orang yang tidak mengonsumsi protein hewani dari daging atau susu. Salah satu sumber protein nabati ini adalah lentil.
Lentil (Lens culinaris) memang kurang populer di Indonesia, namun tanaman ini sudah ditemukan di Mesir sejak 2400SM. Dan sekarang banyak dibudidayakan di Timur Tengah dan India. Masuk bagian dari keluarga Legume, lentil dalam setiap butirnya mengandung air (10%), protein (22,7%), serat (13%), karbohidrat (50%), abu (2,60%) dan gula (2%), asam folat dan beberapa kandungan mineral didalamnya, mulai dari kalium, fosfor, magnesium, kalsium, natrium, zat besi, dan selenium. Lentil juga mengandung vitamin B1, B2, B3, B4 dan B6, vitamin E juga vitamin C, K, J.
“Lentil dengan segala kandungannya bisa menjadi alternatif sumber protein yang baik termasuk untuk orang vegetarian dan juga buat orang yang sedang diet,” kata Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, MS.
Untuk orang yang baru memulai diet, mengonsumsi lentil sangat baik karena kandungan protein dan seratnya yang tinggi bisa memberikan kalori yang cukup bagi tubuh. Serat yang tinggi juga baik untuk mengatur aktivitas usus dan mengontrol tingkat kolesterol dalam darah.
Namun Dosen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor ini mengingatkan, sebanyak dan sebaik apapun kandungan gizi yang dikandungnya, seseorang tidak cukup hanya mengonsumsi lentil sebagai asupan tubuhnya terus-menerus setiap hari, masih perlu pangan lain sebagai pelengkap. “Sebagai contoh, lentil tidak mengandung asam amino dan vitamin B12, sementara itu terdapat pada tempe,” ujar Hardinsyah.
Butuh Inovasi
Lentil memiliki bentuk yang khas, bulat pipih sedikit cembung dikedua sisinya, menyerupai bentuk lensa. Sementara untuk tekstur dan rasanya gurih lembut seperti kacang hijau. Lentil sendiri terdiri atas tiga jenis, yaitu lentil kuning, hijau, dan merah. Umumnya lentil kuning yang banyak diolah menjadi makanan.
Baik di Timur Tengah maupun India, lentil umumnya disajikan dalam bentuk sup, namun sering juga dijadikan sebagai campuran salad atau kebab. Di India lentil juga diolah menjadi panganan yang disebut puree atau dal.
Kurang populernya lentil di Indonesia, menurut Hardinsyah, salah satunya dikarenakan rasanya yang kurang cocok dan belum ada inovasi pengolahan pangan yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. “Kalau dibuat sup, menurut saya lentil kalah bersaing dengan bubur kacang hijau yang sudah lebih dulu ada,” katanya.
Menurut Hardinsyah, lentil bisa digunakan sebagai isian makanan seperti kue, roti atau bisa juga makanan khas indonesia seperti mochi. “Harus kreatif menyesuaikan kebiasaan orang Indonesia, biar bisa populer,” tambahnya.
Kurang populernya lentil juga berujung pada sulitnya lentil ditemukan dipasaran Indonesia. Saat ini hanya supermarket tertentu toko-toko masakan India yang menjual lentil. Jika melihat negara asalnya yang merupakan kawasan sub-tropis seperti Indonesia, lentil tentu bisa dibudidayakan juga di Indonesia. “Pasti bisa ditanam di Indonesia, meskipun secara kuantitas tidak bisa sebanyak di Timur Tengah sana,” katanya.
Penulis: AT/G39