Mempertahankan “Rasa” Tradisional Dalam Busana Pria Siap Pakai

Reading time: 2 menit
Koleksi busana pria siap pakai dalam tema "Luxury Man" rancangan Musa Widyatmodjo. Foto: greeners.co/Gloria Safira

Jakarta (Greeners) – Keeksotisan kain tenun Indonesia selalu menarik bagi perancang busana dalam negeri. Banyak motif dari kain tenun yang bisa menginspirasi lahirnya karya fesyen yang indah. Perancang busana kenamaan Musa Widyatmodjo pun tidak ketinggalan mengeksplorasi kain tenun. Ia menampilkan tenun dalam rancangan terbarunya yang ditujukan untuk pria dalam tema “Luxury Man”.

Dalam koleksinya kali ini, Musa menampilkan perpaduan kain tenun Bali, Nusa Tenggara Timur, Pekalongan, Troso, Tuban, Jogja, dan daerah lainnya dengan bahan modern.

“Saya banyak menggunakan kain dari penjuru tanah air karena saya memiliki keinginan untuk mengangkat kain tradisional dari Indonesia. Saya lebih banyak menggunakan kain dari Nusa Tenggara Timur dalam karya ini,” ujar Musa saat ditemui usai “Luxury Man” digelar di Jakarta Fashion and Food Festival , Jakarta (21/05/2015).

Walau nuansa etnik begitu lekat pada rancangannya, namun Musa memasukkan cita rasa urban sehingga membuat busana tersebut tampil elegan serta modern. Seperti pada jas yang lekat dengan busana Eropa, Musa menambahkan potongan-potongan kain tradisional pada bagian leher serta saku jas untuk memunculkan unsur etnik Indonesia.

“Walaupun saya membuat busana yang bergaya Eropa, tapi saya tetap memasukkan unsur budaya kita, seperti ada unsur Padang-nya, Sumatera, NTT dan lainnya yang mencerminkan negeri ini,” ujar pria yang sudah 24 tahun berkiprah dalan dunia fesyen Indonesia ini.

"Saya banyak menggunakan kain dari penjuru tanah air karena saya memiliki keinginan untuk mengangkat kain tradisional dari Indonesia." Musa Widyatmodjo (jas putih). Foto: greeners.co/Gloria Safira

“Saya banyak menggunakan kain dari penjuru tanah air karena saya memiliki keinginan untuk mengangkat kain tradisional dari Indonesia.” Musa Widyatmodjo (jas putih). Foto: greeners.co/Gloria Safira

Dalam koleksi “Luxury Man”, baju atasan yang menonjolkan rasa tradisional dapat dipadukan dengan celana 3/4 agar terlihat kasual dan santai. Selain itu, kemeja ini dapat dipadukan dengan aksesori seperti dasi dan bowler hat atau topi chaplin.

Musa memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meluncurkan karya terbarunya, namun waktu bukanlah perkara besar baginya. Menurutnya, menampilkan kualitas suatu budaya adalah yang paling penting dalam rancangannya.

“Saya lebih menikmati prosesnya. Kalau prosesnya lama, kenapa harus terburu-buru dan bisa dilakukan dengan bertahap, jadi nggak perlu secara instan dan tergesa-gesa. Saya pun menggunakan cara menjahit manual serta tradisional dan tentu saja harus diperkuat unsur budayanya,” ujarnya.

Dalam berkarya, Musa memiliki filosofi yang menjadi motivasi dalam setiap rancangannya. Menurutnya, fesyen bukanlah hanya sebuah tontonan tetapi harus bisa digunakan dan untuk menciptakan fesyen, seorang desainer harus realistis dalam membuat sesuatu yang tradisional namun bercita rasa kota.

Penulis: Gloria Safira

Top