RiverBlue, Kala Limbah Pakaian Hancurkan Sumber Kehidupan

Reading time: 2 menit
Film dokumenter RiverBlue mengulas limbah pakaian dari fast fashion terhadap pencemaran lingkungan. Foto: Freepik

Judul: RiverBlue

Durasi: 1 jam 35 menit

Genre: Dokumenter

Tahun: 2016

Sejak runtuhnya pabrik Rana Plaza di Bangladesh pada tahun 2013 lalu, isu fast fashion secara drastis banyak menarik perhatian dunia. Kejadian Rana Plaza banyak mengubah pola pikir masyarakat terhadap dunia mode.

Berbagai gerakan dan film dokumenter bermunculan untuk menguak kekejaman dalam industri ini, salah satunya adalah RiverBlue. Rilis pada tahun 2016, RiverBlue merupakan karya dari Mark Angelo, seorang aktivis, konservasionis sungai Kanada, penulis, guru, dan juga pendayung nasional.

Berawal dari kegiatannya yang melakukan banyak restorasi sungai dan memulihkan aliran perkotaan, Mark menemukan fakta bahwa limbah fast fashion dapat mengancam dan mencemari perairan dunia.

Tidak hanya melihat kondisi perairan di Kanada, dokumenter ini merangkum perjalanan dan penelitian yang Mark lakukan untuk melihat kondisi perairan di negara-negara lainnya. Yakni Bangladesh, India, China, Italia, London, Zambia, Amerika Serikat hingga Indonesia.

Seperti yang sudah ia perkirakan sebelumnya, Mark menemukan fakta miris terkait sungai di negara-negara tersebut. Ironisnya, hingga saat ini masih banyak produsen mode yang menggunakan bahan kimia dan membuang limbah berbahaya ke sungai secara tidak bertanggung jawab.

RiverBlue: Pengaruh Limbah Fesyen Pada Kehidupan Manusia

Secara garis besar, RiverBlue menceritakan dampak pencemaran sungai di dunia terhadap kelangsungan hidup masyarakat akibat limbah pabrik fesyen. Sungai yang seharusnya menjadi salah satu sumber penting bagi kehidupan manusia, kini banyak berubah menjadi warna hitam, berbusa, dengan bau yang tidak sedap.

Seperti pada sungai Gangga di India yang sudah sangat tercemar oleh limbah pakaian berbahaya. Padahal, sungai tersebut memiliki beberapa fungsi utama seperti mengairi lahan pertanian yang masyarakat gunakan untuk konsumsi sehari-hari.

Fenomena “desa kanker”juga muncul akibat sungai yang tercemar di pedesaan di China. Lalu anak-anak yang memiliki tempat tinggal di sepanjang sungai tercemar di Bangladesh mengalami kehilangan indera penciuman mereka. Tidak hanya pada manusia, kini Sungai Buriganga di Bangladesh juga kehilangan fungsi utamanya yang semula untuk menyokong kehidupan para hewan peliharaan.

Melihat beberapa fenomena menyeramkan tersebut, Mark ingin memberikan gambaran kepada dunia bahwa kehidupan kita saat ini sedang terancam dengan sesuatu yang juga kita butuhkan yakni pakaian. Karyanya sekaligus juga sebagai pengingat pada produsen bahwa pakaian masih bisa kita gunakan tanpa harus mengorbankan lingkungan dan sumber kehidupan.

Dalam perjalanannya, Mark juga bekerja sama dengan beberapa aktivis untuk mengukur tingkat pencemaran pada beberapa sungai di tiap negara. Sobat Greeners bisa menyaksikan perjalanan Mark secara lengkap melalui dokumenter RiverBlue di layanan streaming film legal yang tersedia.

Penulis: Zahra Shafira

Editor : Ari Rikin

Sumber:

Situs Resmi RiverBlue

Fashionista

Top