Sampah, Amanah, Rupiah: Jatuh Bangun Bank Sampah di Indonesia

Reading time: 3 menit
Penasaran untuk tahu seluk beluk bank sampah di Indonesia. Cobalah baca buku ini! Foto: Greeners

Judul: Sampah, Amanah, Rupiah

Pengarang: Teguh Usis

Tahun Terbit: 2021

Penerbit: Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi

Tebal buku: 346 halaman

Bank adalah tempat menabung uang. Itu bank konvensional. Nah, kalau bank sampah, adalah tempat menabung sampah. Pola kerjanya mirip dengan bank beneran. Di bank sampah, warga bisa mendapatkan uang dengan menjual sampah yang dihasilkan dari rumah tangga”.

Sobat Greeners, apakah kalian tahu bagaimana awal mula munculnya bank sampah di Indonesia? Bank sampah muncul akibat goncangan gempa yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006 silam. Berawal dari fenomena sampah yang menggunung dan mengganasnya penyakit demam berdarah. Adalah Bambang Suwerda, penggagas pertama bank sampah di Indonesia. Sejarah inilah yang Teguh Usis ingin kenalkan kepada pembaca, “si pendekar sampah” yang menjadi acuan banyak pihak dalam urusan mengelola sampah.

Pada bukunya, Teguh Usis juga menuturkan perjuangan Bambang Suwerda membangun bank sampah. Berbagai julukan miring hingga “orang gila” yang tersemat padanya tidak membuat Bambang patah arang. Berkat kegigihannya membuat bank sampah, sampai saat ini bank sampah masih menjadi harapan banyak orang dan kian menyebar di seluruh Indonesia. Bank sampah menjadi tonggak penting kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Secarik Kisah Perjuangan Bank Sampah di Indonesia

Selain sejarah, penulis juga membawa sedikit cerita dari beberapa bank sampah yang tersebar di nusantara. Seperti Bank Sampah Malang, Bank Sampah Bersinar Bandung, Bank Sampah Bunga Tanjung Sijunjung, Bank Sampah Makassar, Bank Sampah Rumah Harum Depok. Serta Bank Sampah Induk Surabaya, Bank Sampah Induk Gesit Jakarta, Bank Sampah Nusantara dan Bank Sampah Barokah As-Salaam Padang.

Mari kita susuri secarik kisah Bank Sampah Malang, yang dua kali bobol, lalu bangkit. Pernah dua kali hampir gulung tikar, sang penggagas, Rahmat Hidayat tak kenal lelah untuk membangun Bank Sampah Malang dari keterpurukan. Bermula dari kegelisahannya menyaksikan masalah sampah yang menjadi persoalan pelik di kota Malang. Rahmat memanfaatkan bangunan bekas kamar mayat, yang ia ubah menjadi bank sampah pada tahun 2011.

Selain harapan agar lingkungan lebih bersih, bank sampah juga mengemban tugas untuk menjaga amanah pada masyarakat untuk mengelola sampah yang telah mereka berikan. Bukan kepedulian masyarakat yang masih rendah akan pentingnya bank sampah, namun Bank Sampah Malang menemukan kendala yang lebih miris. Rahmat dikhianati oleh teman dan karyawan yang seharusnya membantunya menjaga amanah masyarakat, mereka membuat kerugian pada bank sampah hingga ratusan juta rupiah.

Rahmat menyadari bahwa mengelola bank sampah harus bersih dari dalam, manajemen harus benar dan memiliki karyawan yang jujur. Dua kali kebobolan dan merugi menjadi pelajaran berharga bagi Bank Sampah Malang. Belajar dari hal tersebut, Bank Sampah Malang sudah jauh lebih baik dengan nasabah yang terus bertambah hingga saat ini.

Masih terdapat delapan kisah menarik dari perjuangan bank sampah lainnya pada buku ini. Kisah tentang “para pendekar sampah” yang tidak menyerah untuk menjaga lingkungannya dan mensejahterakan sesama manusia. Dalam perjalanannya, mereka juga menemukan “kerikil” hingga “batu besar”, namun tak juga sekalipun mematahkan semangatnya.

Bukan Hanya Sekadar Masalah Lingkungan

Pada ulasan buku kali ini, bank sampah menjadi topik utamanya. Hal ini menunjukkan, bank sampah merupakan salah satu bentuk konkret inovasi dan kontribusi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Kehadiran bank sampah menjadi bagian penting dalam implementasi ekonomi sirkular (circular economy). Bukan saja untuk lingkungan, kehadiran bank sampah juga memberikan dampak positif bagi sisi sosial, yakni edukasi dan ekonomi bagi masyarakat.

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah, membuat keberadaan bank sampah sebuah keniscayaan. Peran bank sampah begitu besar untuk menerima, mengolah dan menjual sampah yang tak lagi bisa masyarakat manfaatkan. Hingga waktu terus berjalan, teknologi juga terus berkembang, tak sedikit yang menawarkan berbagai inovasi dan terobosan. Bahkan saat ini, keberadaan bank sampah di Indonesia mudah masyarakat temukan pada berbagai aplikasi buatan anak negeri.

Penulis menuliskan, kenyataan ini tentu akan membawa kita kepada optimisme, tentang persoalan sampah di Indonesia yang dapat teratasi. Apabila masyarakat sudah memahami betapa pentingnya mengelola sampah, mereka akan dengan senang hati membatasi dan mengurangi sampah. Terlebih, jika masyarakat melakukannya dengan sepenuh cinta. Seperti kata Penyair sufi Jalaluddin Rumi: “dengan cinta, sampah menjadi jernih”.

Penulis : Zahra Shafira

Editor : Ari Rikin

Top