Tuan Tigabelas, Memaknai Harimau Sumatera Melalui Karya

Reading time: 3 menit
Tuan Tigabelas. Foto: @robbiesuharlim.

Jakarta (Greeners) – Dalam memperingati Hari Harimau Sedunia 2021 yang jatuh pada setiap tanggal 29 Juli. Greeners berkesempatan untuk berdiskusi dengan Tuan Tigabelas, salah satu musisi muda Indonesia yang menaruh perhatian besar kepada Sang Raja Hutan tersebut.

Tuan Tigabelas mengawali karirnya sebagai solo rapper di Industri Musik Indonesia sejak tahun 2017. Pada kesempatannya, Laki-laki dengan nama asli Upi ini menceritakan bagaimana ia memakai nama Tuan Tigabelas sebagai nama panggungnya.

Sederhananya, Tuan adalah laki-laki sedangkan Tigabelas merupakan tanggal kelahiran Upi sendiri. Namun ia menyebut terdapat arti filosofis dari nama panggungnya tersebut.

“Tigabelas tuh punya image buruk di mata masyarakat kita ya aku mau coba merubah itu jadi hal yang positif lewat musik yang aku kasih gitu. Supaya nextnya mungkin kalau orang dengar tigabelas jadi nggak seram, tigabelas itu edukatif, tigabelas itu positif karena ada Tuan Tigabelas,” jelas Upi kepada Greeners, Kamis (29/07/2021).

Selain nama Tuan Tigabelas, Upi juga memaknai Harimau Sumatera sebagai metafora dirinya dalam proses bermusik. Satwa endemik tersebut menarik perhatian Upi atas keperkasaan dan kekuatannya. Selagi menggunakan image Harimau Sumatera, Upi mempelajari Harimau Sumatera lebih lanjut. Pada saat itu ia menemukan bahwa keadaan Sang Raja Hutan sedang tidak baik-baik saja.

Last Roar, Auman Terakhir si Raja Hutan

Harimau Sumatera merupakan subspesies terakhir di Indonesia setelah Harimau Jawa dan Bali yang telah dinyatakan punah. Menurut kajian populasi dan habitat terbaru, saat ini hanya terdapat sekiranya 400 ekor Harimau Sumatera. Tentunya jumlah ini akan semakin berkurang jika kita terus merenggut habitatnya dengan tidak bijaksana.

Memiliki daerah asal yang sama yakni Sumatera, Upi merasa ia mempunyai sebuah ikatan dan kewajiban untuk menyuarakan hal tersebut. Sebagai musisi, Upi menilai bahwa menyebarkan awareness lewat musik adalah hal yang pertama yang bisa ia lakukan.

Berdasarkan hal tersebut, Upi merilis album pertamanya, yaitu “Harimau Soematra” dengan track list sebanyak 13 lagu. Pada  albumnya, terdapat lagu “Last Roar” sebagai bentuk dedikasinya terhadap Harimau Sumatera.

“Aku orang Sumatera jadi ini ada di rumahku kejadiannya, kalau bukan orang rumah yang ngomong mau orang siapa lagi yang bicara,” tegas Upi.

Upi menjelaskan bahwa Last Roar menggambarkan tentang Harimau Sumatera yang habitatnya banyak manusia hancurkan melalui pembabatan hutan atau eksploitasi lahan sawit. Sebagai subspesies terakhir, mereka meminta tolong kepada kita Manusia untuk berhenti melakukan hal tersebut.

Dalam pembuatan liriknya, Tuan Tigabelas mencoba metode baru yaitu memposisikan diri sebagai Harimau.

“Aku mencoba berkhayal kalau aku adalah seekor Harimau yang rumah saya dibakar anak-anaknya ikut terbakar Nggak punya tempat untuk kabur apa yang yang akan saya bicarakan kepada manusia” ucapnya.

Tuan Tigabelas merilis album pertamanya, yaitu “Harimau Soematra”. Foto: @tuantigabelas.

Tuan Tigabelas: Jika Selamatkan Rumahnya, Populasi Harimau Pasti Akan Selamat

Selain itu, pada kesempatannya Upi juga mengatakan bahwa, selain membahas mengenai Harimau, pada lagu Last Roar ia juga menyampaikan mengenai keselamatan Hutan. Ia menyebut bahwa menurunnya populasi Harimau Sumatera tidak hanya disebabkan oleh perburuan liar. Faktor lain yang berkontribusi adalah alih fungsi lahan, deforestasi, dan kebakaran hutan.

Upi menambahkan bahwa Harimau bukan satwa yang hidup berkelompok, ia merupakan pemain tunggal. Pemecahan masalah pada menurunnya populasi Harimau bukan semata-mata hanya menambahkan jumlah. Harimau merupakan satwa yang hidup di alam liar, apabila rumah mereka terus dibabat, mereka tidak akan mempunyai tempat tinggal yang layak.

“Ini bukan tentang bagaimana caranya menambah populasi harimau tapi kita harus menyelamatkan rumahnya dulu kalau rumahnya beres populasinya beres itu hal yang paling fundamental,” ujarnya.

Sebagai lanjutan aksinya, Upi mempersembahkan semua royalti dari penjualan album Harimau Soematra, CD dan juga merchandise ia alokasikan untuk konservasi hutan dan Harimau.

“Dengan hal kecil ini saya mengajak teman-teman kalau kalian dengerin lagu ini kalian udah nyumbang buat hutan sama Harimau. Jadi aku mau menyediakan platform biar teman-teman bisa berpartisipasi tanpa perlu turun ke hutan langsung karena kita semua punya kapasitasnya masing-masing untuk bergerak,” harapnya.

Tuan Tigabelas: Generasi Muda Tonggak Perubahan

Lewat hasil karyanya, Tuan Tigabelas banyak menaruh harapan, kepada masyarakat dan Pemerintah. Kepada Pemerintah ia berharap agar dapat menangani permasalahan ini dengan tegas, menindak segala tindakan buruk terhadap hutan. Serta tentunya, Upi berharap agar Pemerintah menggandeng Non-Governmental Organization (NGO) atau organisasi masyarakat untuk bersama-sama melestarikan hutan.

“Aku rasa semua pihak pasti bekerja sangat keras untuk hal ini khususnya untuk hutan. Harapanku pemerintah lebih terbuka untuk kolaborasi dengan NGO atau organisasi masyarakat. Jadi teman-teman NGO itu bisa ikut andil dalam melestarikan hutan kita dan akhirnya meringankan kerja pemerintah” tuturnya.

Selain Pemerintah, harapannya pada masyarakat terutama pada generasi muda, agar dapat menyebarkan awareness terhadap kepedulian lingkungan. Menurutnya peran generasi muda sangat penting untuk menyebarkan awareness khususnya pada dunia digital pada saat ini.

“Karena kita sekarang yang megang tongkat estafet untuk menentukan keberadaan harimau atau hutan 10 tahun atau 20 tahun lagi ke depan. Kita yang punya kuncinya sekarang, jadi anak muda adalah tonggak perubahan saya percaya itu,” tutupnya.

Penulis: Zahra Shafira

 

 

 

Top