Waspada Sindrom Inflamasi Multisistem Setelah Covid-19

Reading time: 2 menit
Sindrom Inflamasi Multisistem
Foto: shutterstock.com

Selain ancaman virus corona, masyarakat juga perlu waspada terhadap risiko sindrom inflamasi multisistem. Kasus baru tersebut dilaporkan menyerang 150 anak di New York, Amerika Serikat. Tim peneliti dari Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII di Bergamo, Italia, mengamati kasus anak-anak yang didiagnosis dengan penyakit kawasaki dan penyakit “mirip-kawasaki” baru di rumah sakit antara 1 Januari 2015 hingga 20 April 2020.

Sindrom inflamasi multisistem ini menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Penyakit tersebut menyebabkan peradangan pada dinding arteri berukuran sedang dan dapat merusak jantung.  Gejalanya meliputi demam persisten, ruam, mata merah, peradangan, dan kerusakan fungsi satu organ atau lebih.

Baca juga: Waspada Kolesterol Tinggi saat Mengonsumsi Hati Sapi

Dr. Jeffrey Burns, dokter spesialis perawatan kritis di Rumah Sakit Anak, di Boston mengatakan bahwa sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak tampaknya merupakan sindrom pasca-virus. Sindrom tersebut, kata dia, tidak secara langsung disebabkan oleh virus.

Melansir edition.cnn.com, baru-baru ini seorang dokter dan konsultan imunologi dan penyakit menular pada anak di Rumah Sakit Anak Evelina London, Dr. Julia Kenny mengatakan, pasien anak-anak menunjukkan gejala jantung yang signifikan dan terbukti sulit untuk mengevaluasinya secara klinis. Penderita sering kali terlihat kurang sehat padahal tes darah dan pemeriksaan jantung menunjukkan keadaan yang sangat tidak normal.

Sindrom Inflamasi Multisistem

Foto: shutterstock.com

Menurutnya, karena sindrom baru ini baru dapat teridentifikasi dalam empat Minggu terakhir, akan sangat penting untuk mempelajari lebih lanjut gejala dan pengobatannya. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui mekanisme penyakit tersebut berkaitan dengan Covid-19.

Meski demikian, Burns meyakini bahwa kasus akan muncul lebih banyak ketika Covid-19 memengaruhi lebih banyak orang. Menurutnya ini merupakan kondisi langka, tetapi memiliki konsekuensi besar jika jutaan orang terinfeksi. Ia juga mengatakan bahwa hipotesis didasarkan pada respons imun pasien. Sebagian besar anak-anak tidak terkena sindrom ini, bahkan tidak memerlukan perawatan di unit perawatan intensif  meskipun sangat sedikit yang meninggal.

Baca juga: Sehat Berpuasa di Saat Pandemi

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sedang menyiapkan pemberitahuan jejaring kesehatan untuk dikirim ke dokter di seluruh negara. Burns mengatakan World Health Organization juga bekerja untuk mendefinisikan sindrom dan memperingatkan dokter sehingga mereka akan tahu apa yang harus dicari dan bagaimana mengobatinya.

Penulis: Ridho Pambudi

Top