Waspadai Penyebaran Virus Zika

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Beberapa waktu belakangan, virus zika menjadi virus yang ramai diperbincangkan masyarakat luas. Hebohnya kehadiran virus ini bahkan sampai membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia harus mengeluarkan pernyataan resmi bahwa selama awal tahun 2016, belum ditemukan kasus penyakit yang diakibatkan oleh virus Zika.

Virus Zika merupakan virus yang berasal dari hutan-hutan di Afrika. Menurut ahli penyakit dalam Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MBB, SpPD-KGEH, virus ini diketahui publik saat virus ini berhasil diisolasi dari monyet yang berada di hutan-hutan di Uganda pada tahun 1948.

“Virus ini berasal dari hutan yang bernama Zika di Uganda dari tahun 40-an,” ungkap Ari kepada Greeners saat ditemui di RSCM, Jakarta.

Virus Zika merupakan virus dari keluarga flaviviridae dan genus flavivirus. Menurut Ari, virus Zika masih terhitung satu kelompok dengan virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) dan chikungunya. Virus Zika pun ditularkan pada manusia melalui nyamuk yang sama dengan penyebar virus DBD dan chikungunya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti.

“Ini penyakit tropical deases, jadi cuma ada di negara-negara tropis saja,” lanjut Ari.

Penurun Daya Tahan Tubuh dan Mikrosefali

Ari menjelaskan bahwa masa inkubasi virus Zika pada tubuh manusia tidak berbeda dengan dengan DBD dan chikungunya, yaitu tiga hingga delapan hari. Meski demikian, infeksi yang disebabkan oleh virus Zika akan menyebabkan penyakit yang sama sekali berbeda dari kedua penyakit tersebut.

Virus Zika yang menginfeksi tubuh manusia akan menyebabkan gejala seperti bintik merah pada kulit, sakit kepala, nyeri otot dan mata yang memerah. Selain itu, virus ini juga tidak dapat menurunkan trombosit atau sel darah merah pada tubuh. Hanya saja, virus Zika akan sangat berbahaya jika dibiarkan karena dapat menurunkan daya tubuh hingga titik minimum. Hal ini, lanjut Ari, dapat mendorong masuknya penyakit yang lain.

“Yang terburuknya kalau dia kena penyakit lain. Karena daya tahan tubuh lemah akhirnya dia kena radang paru-paru, typhus atau hepatitis A dan hepatitis C,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PADPI) Jakarta.

Selain itu, menurut Ari, virus Zika juga akan sangat berbahaya jika menyerang wanita hamil. Terinfeksinya virus tersebut pada wanita hamil akan memengaruhi janin dan menyebabkan si bayi memiliki ukuran kepala di bawah normal atau mikrosefali. Meskipun baru dugaan dan masih diteliti kaitan tersebut oleh WHO, namun Ari menyarankan agar masyarakat, khususnya wanita hamil, untuk lebih menghindari gigitan nyamuk.

“Walaupun WHO belum menyatakan virus ini penyebabnya tapi baru dugaan bahwa kepala janin yang kecil itu berasal dari virus ini,” imbuhnya.

Ari menyarankan agar masyarakat lebih menjaga kebersihan dan kerapihan di lingkungan sekitarnya guna mengurangi sarang nyamuk. Ia pun menyebut kampanye 3M yang dilakukan oleh Kemenkes sudah tepat untuk mencegah penyebaran virus Zika di Indonesia. Selain itu, penting pula untuk memperhatikan kondisi tubuh agar daya tahan tubuh tetap terjaga.

Sampai saat ini, vaksin pengobat virus Zika masih belum ditemukan. Oleh karenanya, akan lebih bijak jika kita melakukan pencegahan dari pada diam menunggu penyakit menyerang. Terlebih, musim hujan masih berlangsung di hampir semua wilayah Indonesia.

Penulis: TW/G37

Top