Kelahiran Pangeran Bhutan “Disambut” 108.000 Pohon

Reading time: 2 menit
Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema dari Kerajaan Bhutan mengumumkan kelahiran anak pertama mereka, seorang laki-laki, pada awal Februari 2016. Foto: Jetsun Pema/inhabitat.com

Dalam beberapa budaya, menanam pohon dianggap sebagai cara berterimakasih kepada alam semesta. Misalnya saja di Bhutan, penduduk lokal menanam tidak hanya satu tapi 108.000 batang pohon untuk merayakan kedatangan pangeran kerajaan mereka. Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema mengumumkan lahirnya anak pertama mereka, seorang laki-laki, di awal bulan Februari lalu. Satu bulan kemudian, para relawan kemudian menanam ratusan ribu pohon.

Aksi di Kerajaan Bhutan ini merupakan sebuah langkah untuk menyingkirkan masa lalunya dalam permasalahan hak asasi manusia dan membangun sebuah negara yang bahagia dan ramah lingkungan. Musim panas Lalu, Bhutan untuk pertama kalinya mencatatkan rekor dunia Guinness: menanam pohon paling banyak dalam satu jam, yaitu sebanyak 49.672. Selain itu mereka telah menyiapkan seperempat luas tanah yang mereka punya untuk dijadikan taman lindung nasional dan tujuan mereka saat ini adalah menjadi negara pertama yang benar-benar organik.

Tidak berhenti sampai disitu, Bhutan menerapkan kebijakan Tingkat Kebahagiaan Nasional yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970. Tingkat Kebahagiaan Nasional ini akan menggantikan Gross Domestic Product sebagai cara mengukur tingkat kehidupan di sebuah negara. Kebijakan ini berpusat pada sisi spiritual dan kecukupan secara emosional dibandingkan tingkat pendapatan.

Kelahiran pangeran Bhutan dirayakan dengan aksi penanaman 108.000 pohon. Untuk saat ini sang pangeran diberi panggilan The Gyalsey. Foto: Jetsun Pema/inhabitat.com

Kelahiran pangeran Bhutan dirayakan dengan aksi penanaman 108.000 pohon. Untuk saat ini sang pangeran diberi panggilan The Gyalsey. Foto: Jetsun Pema/inhabitat.com

Pohon yang ditanam dalam rangka lahirnya pangeran di kerajaan mereka adalah bagian dari penekanan terhadap sisi spiritual ini. Angka 108 adalah angka sakral di seluruh wilayah Bhutan untuk yang beragama Buddha, sementara pohon adalah simbol dari kehidupan.

Pimpinan yang mengatur upacara penanaman pohon ini, Tenzin Lekphell, mengatakan bahwa dalam ajaran Buddha sebuah pohon adalah penyedia kehidupan dan menghidupi begitu banyak bentuk kehidupan, menyimbolkan panjang umur, kesehatan, keindahan dan bahkan kasih sayang terhadap sesama. Setiap pohon melambangkan sebuah doa dan harapan dari orang yang menanamnya sehingga Yang Mulia Pangeran bisa hidup seperti pohon tersebut, tumbuh sehat, kuat, bijaksana dan menyayangi sesama.

Ratu Jetsun Pema menggendong anak pertamanya, pangeran Gyalsey. Kerajaan Bhutan bertekad membangun sebuah negara yang bahagia dan ramah lingkungan. Foto: Jetsun Pema/Facebook

Ratu Jetsun Pema menggendong anak pertamanya, pangeran Gyalsey. Kerajaan Bhutan bertekad membangun sebuah negara yang bahagia dan ramah lingkungan. Foto: Jetsun Pema/Facebook

Raja Jigme digambarkan sebagai sosok yang sangat populer. Pernikahannya dengan Ratu Jetsun di tahun 2011 merupakan acara terbesar yang diliput media dalam sejarah negara tersebut. Mereka akan mengumumkan nama resmi bayi mereka di pertengahan April tahun ini. Untuk saat ini, bayi itu diberi panggilan The Gyalsey.

Penulis: NW/G15

Top