Kursi Berbahan Dasar Limbah Kayu dan Plastik

Reading time: 2 menit
Kursi dari Limbah Kayu
Kursi dari Limbah Kayu dan Plastik. Foto: www.yankodesign.com

Industri furnitur memiliki peran besar terhadap dampak lingkungan. Hal ini dinilai dari limbah yang dihasilkan oleh industri seperti potongan, serpihan kayu, debu, dan serbuk gergaji dalam jumlah besar. Berbeda dengan industri lain, sebuah perusahaan bernama Emeco berbasis di Hanover, Pennsylvania meluncurkan mebel berbahan dasar limbah kayu dan plastik.

Ide tersebut muncul saat Emeco berada di ambang kehancuran secara bertahap. Para pengurusnya kemudian mulai mencari cara lain untuk berinovasi. Salah satunya dengan memanfaatkan bahan berkelanjutan yang  inovatif sebagai upaya menghindari pemborosan dan meminimalisir dampak lingkungan.

Baca juga: Rumah Pohon Modern yang Bersatu dengan Alam

Magnus Breitling, pendiri Emeco berpikir untuk menggunakan serbuk gergaji sebagai bahan dasar mebel. Bahan tersebut kemudian dikombinasikan dengan potongan polimer sintetik sehingga menghasilkan produk yang hampir seluruhnya didaur ulang.

Pada 2012, para inovator Emco berkolaborasi dengan desainer asal Perancis Philipie Starck. Ia mulai mencoba menggabungkan limbah gagang sapu kayu dan plastik. Setelah bahan dikompresi dan diubah menjadi komposit kayu terbentuklah sebuah kursi berbahan dasar limbah. Partikel-partikel kayu menciptakan tekstur berbintik-bintik yang membentuk permukaan sehingga setiap kursi akan memiliki pola yang unik.

Kursi dari Limbah Kayu

Foto: www.yankodesign.com

Starck membenarkan bahwa sebagian besar industri manufaktur merupakan salah satu penghasil limbah terbesar. “Beberapa ujung potong plastik dan kayu dibuang. Bayangkan itu dapat menjadi sebuah bahan baru dalam membuat sesuatu yang kuat dan dan indah. “

Menurutnya limbah apa pun yang berakhir di tempat sampah memiliki potensi untuk dikelola kembali melalui desain yang kreatif dan berkelanjutan. Proses mendaur ulang dan merancang agar dapat dimanfaatkan kembali menjadi tanggung jawab setiap individu. “Hal ini memungkinkan saya untuk menggunakan bahan daur ulang dan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak perlu dibuang  dan  dapat dinikmati seumur hidup,” kata Starck.

Baca juga: Alat Pemecah Air Hasilkan Bahan Bakar Hidrogen

Produk Starck bernama Broom menggunakan bahan dari limbah aluminium yang didaur ulang. Ia juga memakai PET daur ulang, kayu polypropylene, eko-beton, dan gabus. Broom juga terbuat dari 90 persen limbah polypropylene dan serat kayu. Seluruh bahan tersebut diambil langsung oleh Emeco dari limbah industri pabrik dengan kompoisis 75 persen limbah polypropylene dan 15 persen limbah kayu.

Melansir emeco.net, semua proses produksi dalam menghasilkan perabot berkelanjutan hanya membutuhkan sedikit energi. Jejak karbon yang ditimbulkan diklaim lebih sedikit sehingga dampak lingkungan juga dinilai tiga kali lipat lebih sedikit.

Starck meyakini bahwa setiap produk furnitur menghasilkan energi yang lebih rendah. Karena dalam setiap desain pembuatan tidak menggunakan lekukan atau pola yang rumit, “Lebih sedikit material, lebih sedikit limbah, lebih sedikit energi. Jadi, kursi Broom menjadi jauh lebih ramah lingkungan.”

Penulis: Ridho Pambudi

Top