Di Desa Kalisari, Banyumas, Jawa Tengah, terdapat 150 pabrik tahu yang telah memulai langkah drastis dengan mengolah limbah dari proses produksi tahu menjadi energi yang bersih untuk desa mereka.
Dalam pembuatan tahu, diperlukan air dalam jumlah banyak untuk mengubah kacang kedelai menjadi sari pati kedelai yang kemudian menjadi tahu. Air yang digunakan sebanyak 8 galon untuk tiap kilo saripati kedelai. Asam asetat ditambahkan ke dalam air agar saripati tersebut menggumpal. Setelah dididihkan dan diaduk, airnya dibuang dan tahu dipotong-potong sesuai kebutuhan.
Biasanya air sisa rebusan tersebut dibuang ke saluran air. Namun sekarang, pabrik-pabrik tahu tersebut bergabung dalam sebuah proyek yang mengolah air limbah tahu tersebut menjadi energi yang bermanfaat.
Air limbah tahu tersebut dimasukkan ke dalam tangki digester untuk diberikan bakteri tertentu yang menghasilkan biogas. Gas yang dihasilkan kemudian disalurkan melalui pipa-pipa, langsung ke kompor milik warga yang sudah dimodifikasi.
Dulu sebelum menggunakan biogas, warga harus menunggu kiriman tabung gas atau malah menggunakan kayu bakar untuk memasak. Pengiriman tabung gas yang tidak tentu waktunya, kadang membuat warga menunggu selama seminggu atau bahkan sebulan penuh sebelum mendapatkan kiriman lagi. Sekarang mereka memiliki sumber energi yang konsisten, selalu ada saat dibutuhkan dengan harga yang tiga kali lipat lebih murah untuk gas dalam jumlah yang tak terbatas.
Pemerintah setempat berharap gas dari digester ini bisa juga digunakan untuk pembangkit listrik mengingat tangki yang jauh lebih besar sedang dibangun agar bisa melayani lebih banyak penduduk dan menghasilkan biogas yang jauh lebih banyak.
Kelebihan lainnya dari proyek ini adalah terjaganya kualitas air dari polusi yang ditimbulkan oleh pabrik-pabrik tahu tersebut. Dulu air bekas pabrik tahu biasanya masuk ke sungai sehingga mencemari perairan sekitar pabrik dan juga pengairan untuk sawah. Dengan pemakaian digester ini, para penduduk desa mulai merasakan perubahan pada kualitas air sungai dan hasil panen sawah mereka.
Proyek energi terbarukan ini adalah satu dari sekian banyak inisiatif berskala kecil yang sedang terjadi di Indonesia, negara yang sangat tergantung pada penggunaan bahan bakar fosil. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menghasilkan 25% energi terbarukan dari total penggunaan energi di tahun 2025, sementara saat ini posisi Indonesia adalah salah satu negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Penulis: NW/G15