WORK Coffee Jakarta Usung Konsep Minim Sampah dan Berkelanjutan

Reading time: 3 menit
Suasana WORK Coffee yang mengusung less waste. Foto: WORK Coffee

Minum kopi sudah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dulu kala. Fakta tersebut terus mendorong pertumbuhan bisnis kedai kopi atau coffee shop di Indonesia yang kian menjamur hingga saat ini. Salah satunya WORK Coffee.

Dominasi anak muda juga turut andil dalam angka pertumbuhan bisnis tersebut, apakah Sobat Greeners salah satunya? Berdasarkan riset independen Toffin, kedai kopi di Indonesia mengalami peningkatan tiga kali lipat dari 1.000 gerai pada tahun 2016 menjadi 2.950 gerai pada pertengahan tahun 2019.

Dari berbagai kedai kopi yang ada, apakah Sobat Greeners pernah membayangkan “ngopi” di tempat yang selain instagramable namun juga mengusung prinsip-prinsip ramah lingkungan?

WORK Coffee Jakarta yang berada di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan mengusung prinsip berkelanjutan dan mempunyai slogan yakni “Less Waste More Coffee”. Berangkat dari keprihatinannya terhadap sampah, Founder WORK Coffee Indonesia Nur Primadiantho mengubah bisnis konvensionalnya menjadi bisnis yang lebih hijau.

Memulai bisnis kopi sejak tahun 2017, WORK Coffee Jakarta adalah cabang ke-4 yang konsisten menerapkan pengurangan plastik dan sampah pada proses produksi maupun operasinya. Prima menjelaskan, alasan menerapkan prinsip hijau pada bisnisnya berawal dari beberapa sudut pandang. Antara lain rasa ketidakmampuannya dalam mengolah dan bertanggung jawab terhadap sampah yang ia hasilkan.

“Kesan kita sebagai manusia adalah apa yang kita hasilkan apa yang kita kerjakan itu kita harus bertanggung jawab. Nah karena kami tidak dapat bertanggung jawab terhadap sampah yang kami hasilkan. Jadi kami memilih untuk tidak memproduksi atau menghasilkan sampah di masa depan,” jelas Prima kepada Greeners, Jumat (29/7).

WORK Coffee Hilangkan Layanan Take Away

Guna mencapai prinsip minim sampah, WORK Coffee mempunyai beberapa peraturan yang mereka terapkan. Salah satunya yaitu menghilangkan sistem layanan take away atau bawa pulang. Mereka juga tidak mendaftarkan semua cabang WORK Coffee pada platform pesan antar ojek online.

“WORK Coffee tidak menyediakan layanan take away atau bawa pulang di hampir semua cabangnya. Jadi kami juga tidak menyediakan layanan antar online yang lagi tren sekarang,” tegasnya.

Sebab, tidak hanya untuk mengurangi penggunaan plastik atau kemasan, hal itu juga mereka lakukan guna mengurangi timbulnya sampah. Bahkan Prima secara tegas menghilangkan setiap makanan yang masih menggunakan kemasan plastik dari menu. “Kalau untuk servis ke customer kita sama sekali enggak ada plastik itu sudah saya jamin,” ucapnya.

Apabila konsumen ingin menggunakan layanan take away, WORK Coffee menyarankan untuk membawa tumbler atau kontainer dari rumah yang dapat digunakan kembali.

Dari sisi operasional lainnya, WORK Coffee juga berusaha mengurangi emisi dari minimnya penggunaan pendingin udara. Pada setiap desain cabangnya yang berada di Bandung, Bekasi dan Jakarta, Prima menerapkan konsep open space agar mendapatkan udara dan pencahayaan yang alami.

Sebagai langkah pengurangan emisi lainnya, Prima hanya membeli semua bahan produksi yang berada dekat dengan setiap cabang. Hal itu dapat mengurangi emisi kendaraan, serta memudahkan pengiriman barang memakai box yang bisa mereka pakai ulang.

Founder WORK Coffee Indonesia Nur Primadiantho. Foto: Greeners/Apriohansyah

Ubah Ampas Kopi Menjadi Kompos

Selain itu, WORK Coffee juga bertanggung jawab untuk memilah dan mengolah sampah yang mereka hasilkan setiap harinya. Semua sampah organik baik dari ampas kopi dan dapur mereka kelola hingga menjadi pupuk kompos.

“Di WORK itu semua sampah kita pilah setiap hari kita timbang sesuai dengan jenisnya. Lalu kami olah, jadi hampir semua sampah organik itu kita olah mandiri di tiap cabang. Kita ada komposter ada crusher dan nanti hasil kompos itu ya kami bagikan atau kami jual juga di setiap outlet,” paparnya.

Untuk melestarikan dan menyebarkan prinsip berkelanjutan, WORK Coffee baru saja mengadakan 0 % festival pada 25 – 27 Juli lalu. Acara tersebut harapannya menjadi wadah ide dan usaha-usaha hijau lainnya untuk membuat dunia yang lebih baik dan berkelanjutan.

Selanjutnya, Prima juga sudah menyiapkan sebuah tempat di Bandung untuk mempertemukan komunitas-komunitas lingkungan. Dimana mereka dapat mengadakan pameran atau workshop dari masing-masing inovasi hijau yang sudah mereka lakukan.

“Harapannya dari inkubasi itu dapat suatu hal yang bisa kita terapin. Lalu insya Allah tahun depan kita udah punya recycle plan sendiri di Jakarta yang bisa mengolah sampah residu,” imbuhnya.

Penulis : Zahra Shafira

Editor : Ari Rikin

Top