David Sutasurya: Kita Berada di Ambang Keruntuhan Ekologis

Reading time: 4 menit
David Sutasurya. Foto: greeners.co/Gede Surya Marteda

David Sutasurya. Foto: greeners.co/Gede Surya Marteda

Dia menceritakan waktu masih aktif bekerjasama dengan TNGP, pernah ada proyek pembuatan kereta gantung dan jalur mobil sampai ke puncak. “Kebayang nanti rusaknya seperti apa?” tambahnya. David yakin bila tidak dikelola dengan baik, isu sosio-ekonomi akan memberikan dampak yang negatif untuk alam.

Berangkat dari alasan itu, David memindahkan konsentrasinya ke akar dari masalah tersebut yakni mengubah pola pikir masyarakat dengan edukasi. Sejak satu dekade terakhir, YPBB memfokuskan diri pada isu-isu urban seperti tentang sustainable development atau persampahan. YPBB aktif memberikan edukasi dan sosialisasi untuk masyarakat Kota Bandung lewat kegiatan-kegiatan seperti pelatihan relawan zero waste, pendampingan zero waste event dan pendampingan langsung ke masyarakat.

Konsistensi dalam menyuarakan tentang sustainable development ini akhirnya membuka kesempatan YPBB untuk bisa turut berkontribusi dalam membentuk kebijakan publik di beberapa kota di Indonesia. Termasuk salah satunya adalah penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan Rencana Pengembangan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua yang di gadang menjadi salah satu perencanaan kota dengan konsep berkelanjutan yang hampir mencapai ideal.

Menjadi Ayah yang baik

Dalam menjalani kesehariannya, David sangat mengedepankan pentingnya integritas dalam diri. Keselarasan dalam pikiran, ucapan, dan tindakan adalah poin penting untuk menjadikan diri sendiri sebagai alat perjuangan dalam misi mengubah kultur yang tidak memihak alam. Mulai dari pilihan-pilihan yang dihadapi dalam keseharian dapat mempengaruhi integritas seseorang.

“Misal ada orang-orang yang mendiskusikan tentang isu sampah, tapi menggunakan botol plastik kemasan sekali pakai. Memang hanya bagian kecil, tapi dengan menggunakannya mereka sudah merusak integritas itu,” ujarnya. David yakin bahwa ketika memiliki integritas, kehadiran kita akan mengamplifikasi nilai yang kita yakini.

David mempraktikan nilai-nilai tersebut dalam kesehariannya. Menggunakan kantong dan wadah sendiri ketika berbelanja, bercocok tanam sendiri untuk bahan makanan, menggunakan botol minum dan kotak bekal sendiri ketika bepergian, memilah sampah di rumah dan di kantor, tindakan-tindakan itu melekat dengan diri David.

Nilai-nilai yang dipraktikan oleh David, ditularkan juga kepada keluarganya. David mengakui bahwa hal tersebut merupakan tantangan tersendiri apalagi bila dihadapkan dengan anak-anaknya. Namun dengan dukungan dari istrinya, David dapat dengan sabar menanamkan nilai-nilai keberlanjutan itu dalam keseharian keluarganya. Bahkan, David mengatakan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan oleh keluarganya selama setahun hanya sebesar satu kantong plastik yang isinya kebanyakan kemasan plastik jajanan anak.

“Dulu sebelum pindah rumah, kami praktis tidak membuang sampah selama tiga tahun,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang apa yang dilakukan di luar rutinitas pekerjaan dan aktivitas lingkungannya, David menjawab dengan sedikit bercanda bahwa hobbinya mengulik aplikasi yang ada di telepon genggam dan gawainya. “Saya ini kombinasi antara nature freak dan technology freak,” kelakarnya sembari menutup percakapan dengan tim Greeners.

Penulis: Gede Surya Marteda

Top