MCC UNAS Selami Kehidupan Laut Indonesia

Reading time: 3 menit
MCC UNAS rutin melakukan penyelaman untuk konservasi terumbu karang. Foto : MCC UNAS

Jakarta (Greeners) – Menikmati keindahan pemandangan bawah laut memiliki keasyikan sendiri. Bagaimana tidak, berbagai ragam biota laut di dalamnya terpampang nyata. Mulai dari ikan-ikan, terumbu karang dengan keanekaragaman warna dan bentuk. Namun, hal itu tak berlaku jika banyak sampah mengganggu dan merusak kehidupan mereka.

Hal itulah yang menjadi salah satu concern Marine Conservation Club Universitas Nasional (MCC UNAS). Badan Semi Otonom (BSO) Fakultas Biologi ini bergerak di bidang konservasi kelautan. MCC UNAS bentuk untuk mewadahi para mahasiswa Biologi mendalami ilmu kelautan dan menyelam, khususnya kesamaan minat dan bakat di antara para anggotanya.

Divisi Pemberdayaan Sumberdaya Manusia (PSDM) M. Hudan Assalam menyatakan, tantangan sampah plastik masih menjadi ancaman yang merusak ekosistem laut. Ia tak hanya menemukan sampah plastik di sekitar pantai, tapi juga di kedalaman laut.

Bahkan sampah plastik masih ia temukan saat penyelaman di kedalaman 30-40 meter. “Meski sampahnya tak terlalu banyak seperti di pinggir pantai, ini tentu merusak pemandangan dan ekosistem laut,” katanya dalam Kupas Komunitas bersama Greeners, baru-baru ini.

Laut memiliki fungsi yang penting di antaranya sebagai penyerap emisi karbon dioksida untuk memerangi perubahan iklim hingga menjaga keseimbangan ekosistem dan biota di dalamnya. Tak hanya itu, keanekaragaman biota laut di dalamnya dapat dimanfaatkan secara optimal, baik secara ekonomi, sosial dan budaya bagi kehidupan masyarakat.

Berbagai kegiatan konservasi laut, seperti pendataan dan pelestarian melalui transplantasi terumbu karang mereka lakukan untuk menghidupkan ekosistem di laut. Hudan menyebut, beberapa transplantasi terumbu karang yang pernah mereka lakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

MCC Unas Lakukan Transplantasi Terumbu Karang

Tak sekadar melakukan transplantasi, Hudan menyebut monitoring rutin harus mereka lakukan terhadap terumbu karang yang telah mereka tanam. Terumbu karang sangat rentan dan pertumbuhannya sangat lambat. “Hanya berapa milimeter saja dalam setahun makanya paling tidak kita monitoring tiga bulan rutin, sekalian dibersihkan alganya,” ucapnya.

Menurut Hudan pertumbuhan karang juga bisa menjadi indikasi perubahan iklim. Misalnya, fenomena coral bleaching yang banyak terjadi di Kepulauan Seribu. Imbas perubahan iklim, karang mengalami pemutihan karena kehilangan pigmen warnanya. Jika masyarakat biarkan, sambung dia karang akan mati dengan sendirinya.

Selain melakukan konservasi, hal yang tak kalah penting yakni terkait dengan aktivitas penyelaman itu sendiri. Hudan menyebut berbagai jenis tingkatan penyelaman harus memiliki sertifikat sehingga kemampuannya diakui.

Beberapa jenis sertifikat penyelaman yaitu scientific diving yang lebih menekankan kegiatan konservasi. Ada pula fun diving yang lebih menjadikan kegiatan menyelam sebagai rekreasi dan commercial diving bagi penyelam profesional untuk pekerjaan-pekerjaan bawah laut.

Dalam konteks penyelaman biasa, wisatawan juga bisa melakukan, meski belum memiliki sertifikat. Namun Hudan menyebut, pentingnya etika dalam menyelam agar tak merusak terumbu karang. Misalnya, dengan menjaga jarak untuk memastikan tak menginjak atau menyentuh terumbu karang.

Foto bersama MCC UNAS di kawasan ekosistem mangrove. Foto: MCC UNAS

Edukasi Laut Sejak Dini ala MCC UNAS

Program edukasi terkait konservasi laut juga menjadi salah satu concern yang MCC UNAS lakukan. Hudan menyebut, edukasi sejak dini perlu MCC UNAS lakukan ke anak-anak sekolah agar menyadarkan mereka akan pentingnya laut. Misalnya, edukasi di sela-sela kegiatan beach clean up yang rutin MCC UNAS lakukan.

“Sebelum dilakukan beach clean up kita edukasi mereka terkait dengan pengelolaan sampah di laut. Fungsinya laut terhadap manusia lalu kita bersih-bersih pantai. Jadi bukan hanya bersih-bersih saja,” imbuhnya.

Tak hanya itu, MCC UNAS juga melakukan penanaman mangrove. Hudan menyatakan, penanaman bibit-bibit mangrove mereka peroleh dari orang lokal. Monitoring rutin juga mereka lakukan setelah menanam mangrove.

Sejak berdiri pada 17 Oktober 2014 lalu, MCC UNAS mempunyai beberapa program kerja rutin dari beberapa divisi yaitu Latihan Keterampilan Kolam (LKK), Pelantikan dan Pengabdian ke Masyarakat (PSDM) yang bisa berupa edukasi dan sosialisasi.

Selain itu MCC UNAS juga mengembangkan ilmu pengetahuan seputar kelautan, membina anggota dalam mendukung penelitian dan pengenalan juga melestarikan ekosistem laut. MCC juga mengembangan kemampuan berenang dan menyelam bagi seluruh anggota dan kalangan mahasiswa Fakultas Biologi UNAS.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top