Sahul Unas Edukasi Masyarakat untuk Kenali Peran Ular

Reading time: 2 menit
Aktivitas lapangan Sahul Unas. Foto: Sahul Unas

Jakarta (Greeners) – Kerap kali masyarakat masih memiliki ketakutan terhadap hewan melata seperti ular. Hewan ini kerap dianggap berbahaya dan sebagai parasit yang merugikan manusia.

Padahal berbagai jenis ular yang ada di lingkungan tak semuanya merugikan manusia. Bahkan eksistensi dari hewan ini turut menyeimbangkan rantai makanan.

Ketua Kelompok Studi Herpetologi (KSH) Sahul Universitas Nasional (Unas) Aqil Rahmadana menyebut, keberadaan hewan herpetofauna, termasuk ular justru memberikan dampak positif terhadap ekosistem.

“Keberadaan herpetofauna sangat penting dalam rantai makanan dan menjadi bioindikator lingkungan,” katanya dalam Kupas Komunitas bersama Greeners, baru-baru ini.

Herpetofauna merupakan hewan melata yang di dalamnya ada jenis amfibi dan reptil. Keberadaan herpetofauna sangat penting dalam rantai makanan dan menjadi bioindikator lingkungan.

Hewan herpetofauna terdiri dari dua kelompok yaitu reptil dan amfibi. Hewan reptil misalnya ular, kura-kura, kadal dan buaya. Sementara yang masuk dalam kategori amfibi ini misalnya katak dan kodok.

Aqil menyebut, jika amfibi berkurang atau punah maka akan memengaruhi populasi lainnya, misalnya hama sebagai salah satu makanan amfibi yang semakin meningkat. Hal ini, akan berdampak pertanian atau perkebunan.

Sahul Unas rutin melakukan pengamatan herpetofauna. Foto: Sahul Unas

Peran Penting Ular dan Amfibi di Ekosistem

Mengingat pentingnya peranan amfibi dalam ekosistem, Aqil menyebut pentingnya edukasi masyarakat agar semakin sadar akan keberadaan hewan herpetofauna ini.

Selain itu, ia menyebut perubahan iklim yang terjadi turut berdampak signifikan terhadap populasi hewan amfibi. Berdasarkan salah satu jurnal, perubahan iklim berdampak pada kepunahan sekitar 1.000 jenis spesies amfibi.

Kendati demikian, Aqil menyatakan, pentingnya pencegahan atau upaya preventif saat menyentuh kulit amfibi karena mengandung bakteri yang dapat memicu penyakit. “Kita harus cuci tangan, pakai masker, karena kulit amfibi mengandung bakteri berbahaya,” imbuhnya.

Aqil mengungkapkan, bermula dari mengenal beragam karakteristik hewan herpetofauna itulah menumbuhkan kecintaan terhadap hewan jenis ini. Hal itulah yang melatari terbentuknya Kelompok Studi Herpetologi (KSH) Sahul Unas.

Berdiri pada 29 September 2020, kelompok studi ini aktif melakukan berbagai aktivitas pengamatan hewan herpetofauna. Tak hanya itu, mereka juga aktif untuk saling berbagi dan mengedukasi terkait hewan jenis ini, salah satunya ular.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top