BBKSDA Jatim dan SINTAS Telusuri Jejak Macan Tutul di Raung Ijen

Reading time: 2 menit
BBKSDA Jatim dan SINTAS telusuri jejak macan tutul di Raung Ijen. Foto: Kemenhut
BBKSDA Jatim dan SINTAS telusuri jejak macan tutul di Raung Ijen. Foto: Kemenhut

Jakarta (Greeners) – Yayasan SINTAS Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur menelusuri jalur terjal yang jarang tersentuh manusia di Bentang Alam Raung-Ijen, Jawa Timur. Di sana, mereka mencari jejak macan tutul jawa sebagai bagian dari upaya konservasi.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Java-wide Leopard Survey (JWLS), sebuah upaya kolaboratis pertama dalam survei dan konservasi macan tutul jawa skala pulau. Program ini melibatkan berbagai pihak. Di antaranya pemerintah sebagai pemangku kawasan dan otoritas kebijakan, Yayasan SINTAS Indonesia sebagai project leader, PT iForte, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia sebagai donor, serta organisasi lokal sebagai pelaku utama di tingkat tapak.

BACA JUGA: Cegah Monkeypox, Hentikan Pelihara Satwa Liar!

Dalam misi penting ini, mereka tidak hanya mencari jejak kaki di tanah basah, tetapi juga mencari tanda-tanda kehidupan dari penghuni puncak rantai makanan macan tutul jawa (Panthera pardus melas). Satwa ini merupakan satu-satunya kucing besar yang tersisa di Pulau Jawa.

Bentang Alam Raung-Ijen bukan hanya sekadar hamparan hijau di peta Jawa Timur. Wilayah ini adalah rumah bagi berbagai kehidupan yang harus tetap terjaga.

Kamera Pengintai Deteksi Jejak Macan Tutul Jawa

Antara Oktober hingga pertengahan November 2024, sebanyak 80 kamera pengintai terpasang di 40 stasiun yang tersebar di Blok Utara kawasan ini. Hasilnya menggugahβ€”sebanyak 126 tanda kehadiran satwa terdeteksi, termasuk lima sampel feses yang diduga milik macan tutul Jawa.

Sampel-sampel tersebut kini tengah dianalisis secara genetik di laboratorium Fakultas Kehutanan UGM. Hal ini membuka peluang besar untuk lebih memahami dinamika populasi spesies ini.

BACA JUGA: Jangan Biarkan Bayi Monyet Jadi Hewan Peliharaan, Stop Normalisasi!

Namun, di balik temuan yang menggembirakan, ada kekhawatiran yang menyertai. Tim juga menemukan gangguan terhadap habitat satwa yang belum benar-benar hilang. Hal ini bisa mengancam keberadaan macan tutul dan satwa lainnya, seperti lutung jawa (Trachypithecus auratus) dan kijang (Muntiacus muntjak).

“Ancaman ini bukan hanya soal kerusakan alam, tetapi juga masa depan ekosistem yang saling terhubung,” ujar Koordinator Lapangan JWLS, Ummi Farikhah dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/3).

BBKSDA Jatim dan SINTAS telusuri jejak macan tutul di Raung Ijen. Foto: Kemenhut

BBKSDA Jatim dan SINTAS telusuri jejak macan tutul di Raung Ijen. Foto: Kemenhut

Melindungi Warisan Alam

Survei ini bukan sekadar tentang angka atau peta lokasi. Ini adalah kisah perjuangan melindungi warisan alam yang tak ternilai. Kamera-kamera pengintai yang terpasang akan terus merekam aktivitas satwa liar selama 90 hari ke depan. Ini menjadi saksi bisu yang merekam kehidupan di tengah ancaman yang mengintai.

Penarikan kamera dijadwalkan hingga akhir Februari 2025. Harapannya, data yang terkumpul dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang pola pergerakan dan preferensi habitat macan tutul Jawa.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top