AMJI Tak Sekadar Seremoni Jaga Bumi dari Krisis Iklim

Reading time: 2 menit
Komitmen Aksi Muda Jaga Iklim ingin meluas dan berdampak ke masyarakat. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Jakarta (Greeners) – Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) dimulai Jumat, 29 Oktober 2022. Harapannya aksi ini tak sekadar seremonial. Akan tetapi, bisa menggugah partisipasi masyarakat untuk menjaga bumi dari krisis iklim.

AMJI merupakan gerakan bersama yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dengan menekankan pelibatan aktif anak muda sebagai motor penggerak. Tahun 2022 ini, AMJI melibatkan lebih dari 80 komunitas dan berkumpul sebanyak 217 titik di Indonesia. Lokasinya antara lain, Papua, Papua Barat, Maluku, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan di Tanjung Pasir, Banten.

Dalam rangkaian aksi ini, AMJI akan menanam mangrove, bersih pantai, diskusi dan nonton bareng terkait lingkungan dan krisis iklim.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Citarum Ciliwung Pina Ekalipta menyatakan, meski gerakan tanam mangrove sebanyak 217 titik di Indonesia merupakan suatu langkah kecil, tapi potensi mangrove sangat luar biasa. Sebagai ekosistem lahan basah mampu menyimpan karbon sebesar 800 ton per hektare.

“Justru bermula dari aksi kecil inilah kita mampu memanfaatkan potensi mangrove yang besar. Pelepasan emisi ke udara pada hutan mangrove lebih kecil daripada hutan di daratan,” katanya dalam Media Briefing Aksi Muda Jaga Iklim di Jakarta, Kamis (27/10).

Pastikan Keberlanjutan Penanaman Mangrove

Namun, Pina menekankan setelah aksi tanam mangrove, harus ada tanggung jawab keberlanjutannya. Ia menyatakan, aksi ini memiliki tujuan luas untuk edukasi perubahan perilaku hingga mendorong perekonomian masyarakat sekitar.

“Jangan sampai berhenti sekadar seremonial. Tanam mangrove sudah biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar. Kita butuh penekanan edukasi sosialisasi untuk memotivasi masyarakat agar mampu memanfaatkan sekaligus menjaga nilai ekonomi mangrove itu,” papar dia.

Misalnya, pemanfaatan mangrove menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi seperti keripik. Juga pemanfaatan untuk obat-obatan dan potensi biota yang hidup di sekitar mangrove. Langkah ini sekaligus juga dapat memastikan tanggung jawab masyarakat sekitar untuk menjaga keberlanjutan penanaman mangrove.

Konferensi pers AMJI di Jakarta. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Suara Anak Muda Terhadap Krisis Iklim

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta Dian Banjar Agung menyatakan pentingnya pelibatan organisasi dan komunitas pemuda aktif untuk mendorong aksi AMJI meluas ke masyarakat sekitar. Misalnya, melalui kerja sama dengan organisasi karang taruna setempat.

“Mereka memiliki organisasi rapi, ini potensi untuk menggerakkan potensi pemuda secara serentak,” kata dia.

Koordinator Nasional Penjaga Laut Yolanda Erlina Parede menyatakan tahun 2045, Indonesia telah memasuki usia yang ke 100 tahun, potensi populasi anak-anak muda yang produktif sangat besar. Di sisi lain, faktanya pada tahun 2045 hingga 2050, prediksinya akan mengalami climate emergency.

“Namun ternyata dampak krisis iklim tak harus menunggu 2045 nanti, tapi sudah kita rasakan sekarang. Mulai dari kita yang kerap mengalami perubahan cuaca yang tak menentu hingga gagal panen masyarakat petani dan nelayan sebagai sektor paling rentan,” ungkap Yolanda.

Anak muda sebagai agen perubahan juga menjadi kelompok paling rentan terkena dampak krisis iklim. Oleh karenanya melalui gerakan AMJI ini Yolanda berharap, anak muda mampu menyuarakan semangat dan menggaungkan dampak krisis iklim secara masif dan serentak.

Senada dengan itu, Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Anak Muda Yayasan Econusa Nina Nuraisyah berharap, gerakan AMJI mampu mendorong lebih banyak masyarakat luas yang peduli terhadap dampak krisis iklim.

“Yang dulunya abai maka menjadi lebih peduli, dan yang sudah peduli maka semakin lantang menularkan aksi ini,” imbuhnya.

Penulis: Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top