Kolaborasikan Anak Muda untuk Peduli Jaga Bumi

Reading time: 2 menit
Komunitas ini menyakini dengan kolaborasi anak muda, bumi akan terus lestari. Foto: Kolaborasi Bumi Indonesia

Bali (Greeners) – Semangat kolaborasi menjadi “bara api” dalam komunitas Kolaborasi Bumi Indonesia. Meski terbilang baru sebagai komunitas yang fokus dalam bidang kesehatan dan lingkungan, komunitas ini konsisten menggaungkan suara anak muda untuk aktif di dalamnya.

Founder sekaligus Ketua Kolaborasi Bumi Indonesia, Ni Putu Gita Saraswati Palgunadi mengungkapkan, semangat kolaborasi sejatinya sudah ada dalam anak muda. Hanya saja perlu membangkitkan semangat anak muda itu.

“Karena aku mikirnya, kok anak muda itu sebenarnya banyak sih, tapi butuh kayak sesuatu untuk menggerakkan mereka. Jadi kita tergerak untuk membangun dan mendirikan Kolaborasi Bumi Indonesia,” katanya kepada Greeners, saat aksi bersih mangrove di Bali, baru-baru ini.

Perempuan yang akrab disapa Gita ini mengatakan, banyak organisasi atau komunitas yang berlomba-lomba branding untuk nama organisasi atau komunitasnya sendiri. Padahal, sambungnya menjaga kelestarian alam dapat cepat dilakukan dengan kolaborasi.

“Buat kami kolaborasi kita penting banget. Mungkin itu yang membedakan kita dengan organisasi lain. Kita benar-benar mengedepankan kolaborasi di atas apapun,” ucapnya.

Atas dasar itulah, ia bersama salah seorang temannya, alumni Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana akhirnya membentuk komunitas ini pada 18 Desember 2021 lalu. Kerusakan-kerusakan pada lingkungan yang berimbas pada kesehatan juga menjadi salah satu pemicu yang menyadarkan Gita akhirnya antusias membangun komunitas ini. “Isu kesehatan dan lingkungan masih sangat butuh perhatian dan tenaga anak muda,” imbuhnya.

Kendati masih seumur jagung, komunitas ini mengalami perkembangan yang cukup baik. Berbagai challenge, kampanye, serta sharing dengan melibatkan banyak elemen melalui media sosial menjadi prioritas ke depan organisasi ini.

Misalnya, sambung Gita terdapat salah satu program diskusi dengan komunitas lain bernama Pandangan Bumi guna belajar dan mempererat tali silaturahmi. Program lain yaitu Kolaborasi Connect yang live di Instagram dengan komunitas lain untuk menggali visi dan misi di dalamnya.

Kolaborasikan Kesehatan dan Lingkungan

Komunitas ini juga mendapat pendanaan dari salah satu foundation dengan program Menstrucaraka. Gita mengawinkan antara pilar kesehatan dan lingkungan hidup ke dalam program tersebut.

Menstrucaraka merupakan salah satu program pengelolaan kebersihan dan kesehatan saat perempuan mengalami menstruasi kelas 7 di tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Program ini melibatkan duta manajemen kebersihan menstruasi.

Bagi siswa terpilih akan menjadi peer educator untuk mengedukasi kebersihan menstruasi pada teman sebayanya. Menurut Gita, para remaja akan lebih nyaman dan aman untuk bisa diskusi dan sharing masalah manajemen kebersihan menstruasi dengan sesama temannya.

Kebersihan organ perempuan harus dipastikan dengan menggunakan pembalut yang bersih dan ada dukungan akses pembuangan yang memadai. Pembalut perempuan, sambung dia apabila tidak terkelola dengan baik juga dapat berdampak pada lingkungan dalam jangka panjang.

“Sementara saat ini perempuan sudah jarang sekali dilibatkan dalam membuat keputusan terkait kebijakan air, sanitasi dan fasilitas kebersihan. Padahal manajemen kebersihan menstruasi (MKM) sangat berdampak terhadap banyak hal, khususnya lingkungan,” paparnya.

Beragam aksi kegiatan terus komunitas ini lakukan, seperti memastikan pemilahan sampah di laut. Pasalnya, sampah dapat berdampak pada ekosistem hewan di laut. Misalnya, beberapa hewan laut kerap terjebak dengan plastik yang mereka kira makanannya.

Ia menekankan agar semua masyarakat dapat berperan kecil dalam mengelola sampah secara baik. “Langkah kecil bisa kita lakukan mulai dari memilah sampah dari rumah sebelum akhirnya mengelolanya,” pungkasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Top